Sunday, July 3, 2016

[Nusantara] Chapter 1 - Prolog

Chapter 1 – Prolog




[Suara panah menembus Bilik Kayu]


“Ap- !? oi… oi… ini Bo…hong kan ?”


[Suara Benda tajam saling beradu]


[Suara Teriakan dan Jeritan Keras Dari Segala Arah]


Oi… oi… oi… ini pasti teknologi 4 dimensi terbaru kan !? atau mungkin… 5 dimensi !? siapa saja tolong katakan “iya, benar!” dong Oi… !

Jujur saja saat ini aku tidak percaya dengan pemandangan yang kulihat tepat didepan mataku ini. Ribuan… tidak mungkin lebih tepatnya ratusan ribu orang disekelilingku saat ini sedang memegang berbagai macam benda tajam. Pedang… tombak… sabit… bahkan kapak diayunkan kepada prajurit lainnya. Bagaimanapun aku melihatnya ini adalah situasi perang yang seharusnya tidak akan terjadi di zaman ku.


Perlahan tapi pasti, keringat dingin mengalir deras dari sekujur pori-pori tubuhku. Mataku hanya bisa terbelalak melihat situasi didepanku ini. Berbagai macam benda tajam yang diayunkan kepada prajurit lain mengeluarkan cairan merah setelah mengenai targetnya bagaikan sebuah tomat berwarna merah yang saat kita kepal dengan tenaga akan menyebabkan cairan buahnya menyembur keluar… setidaknya pemandangan seperti itulah yang saat ini tersaji tepat didepan mataku. Disaat aku kebingungan, sebuah suara keras memasuki pendengaranku…


[Incenerate Flame]


Seketika aku mengalihkan pandanganku menuju arah suara, sebuah pemandangan yang lebih mengejutkan terekam jelas oleh mataku… pemandangan dimana sebuah api besar muncul membelah langit layaknya sebuah naga yang mengusir siapapun yang menghalangi jalannya. Dan saat itulah aku mulai bertanya-tanya bagaimana bisa aku berada ditempat seperti ini…



***


[1 Jam sebelum kejadian]


“Haa~ kenapa dari semua buku sejarah Nusantara yang ada disini… ga ada yang lengkap ya ? kalo gitu ngapain gua harus jauh-jauh pergi ke perpustakaan nasional di Jakarta ? lagi pula kenapa dari semua undian yang ada malah gua yang dapet tugas harus nyari sejarah Nusantara yang lengkap ?”


Selagi aku, Rio Reynaldi, menelusuri berbagai rak buku yang ada diperpustakaan Nasional terbesar di Indonesia ini, hal yang bisa kulakukan hanyalah menggerutu dan menghela napas. Bagaimana tidak, pasalnya sudah lebih dari 30 menit sejak aku tiba disini, aku belum menemukan petunjuk mengenai buku seperti apa yang harus aku cari. Petunjuk yang aku punya hanyalah “Sejarah Lengkap Nusantara”… lagi pula kalau aku pikir-pikir… bukankah tidak akan ada orang yang mau menuliskan sejarah lengkap secara terkronologi… bukankah itu merepotkan, iya kan ?


[Suara getaran Handphone dari kantung celana bahan]


Mmm…? Dari nenek ?


***


[From : Nenek]


[Aldi hati-hati ya, tadi Nenek liat diberita ada gempa didekat gunung Merapi, 7,8 SR katanya… kamu kalo misalnya ada gempa langsung lari ya Aldi]

***



“Uu~a… lagi-lagi gempa ? udah berapa kali ya di bulan ini ? oh iya… bales dulu aja biar nenek ga khawatir…”

*** 


 [Send to : Nenek]


[iya nek, Aldi pasti langsung ngumpet dibawah meja kok nek :D]



*** 


Selagi menelusuri rak buku sepanjang kurang lebih 5 meter, akhirnya aku menemukan rak dengan tulisan “Bagian Sejarah”. Kuperiksa buku yang berada disitu satu per satu dengan teliti. Selagi aku mencari, aku mengeluarkan sebungkus permen dari saku rompi berwarna biru yang sedang kupakai saat ini.


[Suara membuka bungkus permen ditempat sepi]


Kubuka bungkus permen itu dan segera kumasukan ke dalam mulutku. Rasa asam dari permen ini benar-benar membuatku kembali segar.


“ah !”


Selagi aku memeriksa satu per satu judul buku sejarah yang ada di rak, aku menemukan sebuah buku dengan judul “History of the Lost Kingdom”. karena penasaran, kuambil buku itu. Hal yang membuatku penasaran bukanlah karena judul buku yang menggunakan bahasa asing melainkan karena tulisan “Put Your Blood in the Cover Before You Read !”. buku dengan Cover berwarna biru donker yang penuh dengan debu ini saja sudah membuatku penasaran ditambah lagi dengan petunjuk aneh itu.


Apaan ini ? “Put The Blood”… taruh… tidak… mungkin maksudnya teteskan darah         kali ya ? ada-ada aja…


Selagi aku berpikir seperti itu, aku pun mencoba mengelupas kulit kering disekitar ibu jariku karena penasaran. Bagiku hal ini lebih mudah dibandingkan dengan menggigit ibu jarimu seperti berbagai tokoh utama yang sering muncul di dalam komik… lagi pula ini tidak terlalu menyakitkan dan hanya nyeri sesaat saja.


Sesaat aku berhasil membuat sedikit darah dari samping ibu jariku keluar, ku oleskan darah tersebut di depan Cover buku setelah aku membersihkan debu yang berada disitu dan disaat itulah…


[Suara perut berbunyi]


Aku merasakan rasa sakit didalam perutku. Rasa sakit yang bukan main ini seolah-olah dapat membuat kehidupanku berakhir begitu saja. Tidak salah lagi ini pasti gara-gara…


“Permen… A-A-Asem… ta-ta…di… ugh!”


Tanpa berpikir panjang kusilangkan kakiku segera dan secara reflek ku masukan buku yang kupegang tadi kedalam “Shoulder Bag” yang sejak tadi ada dipunggungku. Untung saja toilet diperpustakaan nasional ini ada di dekat lantai satu jadi aku tidak harus jauh-jauh pergi keluar untuk mencari toilet. Walaupun jaraknya dekat tapi dengan perutku yang semakin lama semakin menghisap tenagaku jarak sekitar 15 meter ini terasa sangat jauh.


Sekitar 3 menit kemudian akhirnya aku sampai didalam toilet dengan dinding berwarna putih dan 3 buah tempat cuci tangan yang ditaruh secara Linear serta 3 buah bilik toilet yang tepat berada disebelah kanannya dengan warna biru muda. Tanpa berpikir panjang aku segera masuk ketoilet paling kanan yang merupakan toilet duduk. Kubuka semua celanaku dan kugantungkan disebelah kiriku bersamaan dengan tas yang sejak tadi ku pakai.


“aaa~h… nikmatnya…”


Setelah aku merasa sedikit lega, kuambil kembali buku yang tadi secara reflek ku masukan kedalam tas.


 Lagi pula siapa sih yang ngebuat buku pake Cover warna biru segala ? bukannya malah terlalu mencolok ya ? ditambah lagi tulisan iseng di Cover-nya… maksudnya apa coba ?


Selagi kuperhatikan Cover buku itu, tidak terjadi hal apapun setelah aku mengoleskan sedikit darahku ke bagian Cover-nya. Ternyata memang Cuma iseng doang ya ?... setidaknya itulah yang kupikirkan.


[Suara getaran dari seluruh arah ruangan]


“ge-gempa ! seriusan nih !”


Namun saat aku mengedipkan mataku, didepan pengelihatanku ada sebuah tulisan dengan kotak berwarna biru layaknya dalam sebuah Game Online saat kita akan melihat pesan pemberitahuan ataupun hasil isi percakapan hanya saja kotak Dialog berwarna biru muda ini sedikit transparan sehingga aku dapat melihat pintu melaluinya…


<Apakah Kamu Ingin Mencoba Mengubah Sejarah ?>


<Iya/Tidak>


“hah ? apaan nih ?”


Selagi aku kebingungan dengan tulisan tersebut, kuayunkan tangan ku beberapa kali dan hasilnya… aku memang tidak bisa menyentuh kotak tersebut dengan tanganku. Karena penasaran akhirnya aku katakan…


“Tidak terima kasih…”


Hal yang membuatku penasaran bukanlah apa yang berada dibalik kata “Iya” melainkan bagaimana reaksinya saat mendengar jawabanku… setidaknya aku yakin dia akan merasa sangat malu.


Tak lama setelah itu… tulisan tersebut menghilang dan berganti dengan yang baru.


<Apakah Kau Yakin Dengan Pilihanmu ?>


<Iya/Tidak>


“Iya… yakin”


Dan setelah itu sama seperti sebelumnya, tulisan itu silih berganti setelah aku memilihnya…


<Apakah Kau Serius ?>


“Iya Serius”


<Tidak Ingin Mencoba Untuk Berubah Pikiran ?>


“Tidak”


<Ini Kesempatan Sekali Seumur Hidup, Apa Kau Yakin ?>


“Iya Yakin”


Semakin lama aku menolak semakin menyebalkan pula pertanyaan yang diajukan. Bagiku semua pertanyaan ini hanyalah terlihat bagaikan seorang Salesman yang sedang menawarkan barang dagangannya.


<Ayolah Tolong Katakan “IYA” Gitu Sekali Saja, “IYA”, Ayo Bilang “IYA”>


“Emangnya lu Pikir Gua Anak TK apa HA!? Mau lu melas-melas sampe guling-guling juga jawaban gua tetep “TIDAK”… ngerti ?”


<Jangan Begitulah… Tolong Sekali Saja Bilang “IYA”, yah… Nanti Dikasih Uang deh>


Uwaaa~ ini yang nanya aja jujur gua gatau siapa ? malah mau nyogok segala lagi…


“Siapa lu !? mau ngasih gua uang !? kayanya kok… lu makin lama makin ngeselin sih !?”


<Makanya Bilang “IYA” sekali aja ya… T.T>


“Ngapain Lu pake emoticon sedih segala Hah !? ga ada efeknya ke gua !?”


Jujur saja… semakin lama pertanyaan yang dibuat semakin memohon. Walaupun maksudnya cukup bilang “IYA”, tapi “IYA” disini adalah “IYA” kalau aku setuju ingin merubah sejarah. Karena terdengar sangat merepotkan makanya lebih baik aku tolak saja…


“Haaaa~… ok gua bilang “IYA” puas lu hah !”


<Nah Gitu Dong… Kalo Begitu… Apakah Kamu->


“Ah ! Kelamaan lu ! udah cepetan… intinya Gua  mah Iya aja !”


Dan disaat aku berkata begitu tiba-tiba tuliskan pada kotak berwarna biru seperti dalam Game tersebut menghilang dan disaat itulah… ketenanganku kembali…


“Sial… apa-apan coba tadi maksudnya… haaa~… lagi pula kenapa bisa ada tulisan kaya gitu ?”


Sama seperti sebelumnya seketika aku mengedipkan mata, akupun menyadari satu hal… walaupun aku masih terduduk di toilet ini, suara sunyi yang berada disekitar bilik toiletku berada beberapa detik yang lalu tiba-tiba menjadi ramai dan seketika itu pula sebuah panah melesat tepat menembus pintu depan bilikku dan sebuah lubang terbentuk tepat dijalur panah itu berasal. Sebuah lubang yang cukup besar untukku dapat melihat kearah luar. Dan begitulah alasan kenapa aku bisa berada pada situasi seperti sekarang ini… situasi dimana aku, Rio Reynaldi, terjebak ditengah-tengah perang kedua belas Negara dan hanya bisa terduduk diatas Toilet tanpa bisa bergerak selagi berharap…


"Semoga Bisa Bilas Dengan Selamat T.T”  

----------------
Note  :

gimana nih Chapter 1 - Prolog-nya [Nusantara] ??

mungkin agak telat Updatenya karena kesalahan Link dalam membaca GMT wkwkwk :P

Tapi diusahakan minggu depan tidak akan salah Updatenya oleh karena itu.... tetap tunggu dan ikuti terus kisah tokoh utama kita, Rio, ya... :D

Salam World2Link...

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close