Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Thursday, December 29, 2016

[Tutorial] Alice Step by Step Coloring Tutorial With Mouse (Original Character From Kevin & Coloring RFTaurus)

Yo ! Jumpa lagi Illustrator kesayangan kalian RFTaurus... 

kali ini RF akan memberikan Tutorial Coloring full secara bertahap...

Software yang akan RF pakai disini adalah SAI Paintool

Kali ini RF berkolaborasi dengan salah satu Artist yang menjadi Influence untuk Style gambar RF, namanya adalah Silvester Kevin Wijaya atau yang biasa RF sapa dengan panggilan "Mas Kev"

Pertama biarkan RF menjelaskan Spesifikasi Character yang akan kita Coloring :

Original Character atau OC yang akan RF Warnai adalah "Alice"


Seperti sebelumnya kali ini RF akan mewarnainya menggunakan Mouse...

Oke Tidak pakai lama, mari kita mulai Tutorialnya...

Step 1


Step Pertama seperti biasanya, siapkanlah terlebih dahulu yang sudah kalian Gambar, karena kali ini RF berkolaborasi dengan Mas Kev, maka yang menggambarnya adalah Mas Kev... dan tentu saja seperti yang diharapkan dari Mas Kev, proporsi karakter dan ekspresinya sangat dapet dan berasa...

Step 2


Mungkin untuk sebagian besar orang, hal yang paling menyebalkan adalah melakukan Line Art, terutama untuk pengguna Mouse atau nama kerennya adalah Mouse User

Line Art adalah hal yang paling penting sebelum melakukan proses pewarnaan. RF selalu melakukan hal ini sebelum memulai mewarnai. 

Kelebihannya : 
Akan memudahkan kita saat akan melakukan proses Coloring karena saat kita menselection area, seleksi yang dilakukan tidak akan keluar garis.

Kelemahan :
Memakan waktu yang cukup lama dan tentu saja membutuhkan kesabaran lebih

Bagian yang belum tau Pen tool untuk melakukan Line Art, ini adalah tool yang RF gunakan :

 



1 : (Pen Tool) 
Pen tool gunanya untuk melakukan LineArt dan jangan lupa untuk memastikan kalian bekerja pada layer Linework Layer

2 : (Pressure)
Tool ini berguna untuk mengatur ketajaman garis yang akan kita buat ketajaman disini seperti lancip atau tebalnya suatu garis dan lainnya

3 : (Magic Wand)
Tool ini berguna untuk melakukan seleksi pada layer yang sudah kita batasi dengan Pen tool

4 : (LineWork Layer)
Pada Layer ini kita dapat menemukan tool Pressure dan juga Pen yang memiliki Node, RF sendiri menyebut pen itu dengan sebutan Node Pen karena jika kalian ingin mengatur pen tersebut dengan menekan "CTRL" kalian akan melihat banyak node yang berada disitu.

5 : (Layer Art)
Pada Layer inilah RF menyarankan kalian melakukan pewarnaan pada gambar kalian.

P.S : 
RF Sarankan kalian menggunakan warna yang mudah dibedakan agar memudahkan kalian dalam memisahkan bagian-bagian yang akan kalian warnai misal : warna krem gelap untuk kulit dan kuning gelap untuk rambut

Step 3


untuk bagian ini mungkin setiap orang melakukannya dengan cara yang berbeda-beda, RF sendiri biasanya memulai dengan mewarnai kulit dan mata, mengapa ? karena dengan begini akan memudahkan menentukan warna kontras kedepannya (Setidaknya itulah yang RF bayangkan).

pertama gunakanlah "Magic Wand" untuk melakukan Seleksi... seleksi yang akan terjadi saat menggunakan tool ini adalah area yang kalian pilih akan berubah menjadi warna biru namun tidak perlu khawatir karena ini hanyalah efek bawaan dari softwarenya untuk menunjukkan bahwa area tersebut sudah terseleksi oleh kita.

kedua berikanlah warna dasar lalu timpahlah menggunakan warna yang lebih gelap dan berikan beberapa efek seperti kilatan pada bagian kulitnya...

Step 4





Lakukanlah Step 3 secara berulang-ulang, hingga kalian mendapatkan hasil akhir yang pas seperti ini, dan sekali lagi RF sarankan agar kalian menggunakan layer yang berbeda saat melakukan pewarnaan agar tidak sulit jika kalian mendapatkan warna yang kurang pas dan ingin merubahnya...


Step 5



Langkah terakhir adalah dengan cara memberikan Background dan beberapa efek lainnya seperti efek kelopak bunga sakura yang berguguran seperti diatas,

Jika kalian masih bingung, kunjungi juga tutorial dari RF :

untuk tutorial efek dan Background menyusul OKE !


Bagaimana tutorial kali ini ? apa membantu untuk kalian ? jika kalian memiliki masukkan, saran, pendapat, ataupun kritik, silahkan berikan komentar langsung disitus ini...

Terimakasih sebelumnya, sampai jumpa pada tutorial berikutnya ☻


Sunday, December 25, 2016

[Nusantara] Chapter 26 – Informasi II




Chapter 26 – Informasi II

            [3rd Person Point of View – The Tuyuls As Center Point]

“I-ini… [Svregna], kan?!”

“[Svreg… na]? Apa itu, Kak?”

Melihat adiknya yang kebingungan, bocah gundul bercelana hijaupun menjelaskan secara singkat mengenai [Svregna]

“Ja-jadi…”

Secara singkat dari apa yang dijelaskan oleh Bocah gundul bercelana hijau itu dapat diketahui jika [Svregna] adalah salah satu ras yang menghuni [Pangea]. Selain itu, ras ini adalah ras campuran dimana setengah hingga seperempat dari darah mereka mengandung darah dari ras manusia dan 2 ras lainnya atau lebih,

“De-dengan kata lain, mereka a-adalah ras yang terdiri dari 3 darah atau lebih”

“Hmm, begitu… sudahlah aku juga tidak paham apa yang sebenarnya kakak katakana sejak tadi, hihihi…”

“Eeeee~?!”

Mendengar ucapan dari adiknya membuat sang kakak terkejut. Baginya ia sudah menerangkan dengan bahasa yang seharusnya mudah dipahami namun, adiknya tetap mengatakan hal tersebut seolah-olah menolak usaha kakaknya secara tidak langsung.

Haaaa~ adik ini… oh benar juga!

Tanpa berpikir lama, Bocah gundul dengan celana hijau segera memeriksa tubuh dari perempuan itu. Dilihat dari penampilannya, kemungkinan ia memiliki darah campuran kelinci dan juga peri hutan.

“Napasnya cukup stabil, ta-tapi… energi spiritualnya sa-sangat lemah”

Setelah memastikan hal tersebut, Bocah itu segera berdiri dan menatap adiknya. Tanpa memberikan pertanyaan sang adik paham dengan maksud tatapan kakaknya dan memberikan pundaknya untuk menggendong wanita yang terlihat seperti berumur kurang lebih 13 tahun ini.

“Sip! Sekarang kita harus kemana, Kak?”

Be-benar juga! Karena aku berusaha menghindari wilayah yang dituju oleh Mbak Kun setelah merasakan energi spiritual yang sangat besar untuk mengambil jalan memutar menuju tempat ini, sepertinya kami berdua sudah memakan waktu cukup lama

“Se-sebaiknya kita menuju ketempat dimana Mas Jat berada saat ini”

“Siap, Kak! Dimana tempatnya?!”

“Lu-lurus saja dari sini”

Mendengar petunjuk dari kakaknya, sang adik menggendong wanita yang memiliki tubuh yang lebih tinggi darinya itu tanpa masalah sedikitpun selagi ia melompat dari pohon ke pohon bagaikan seorang ninja dengan rambut kuning.

Tapi, cepat sekali orang dengan energi spiritual besar itu pergi setelah menyembuhkan anak wanita ini. Terlebih lagi hingga dapat membuat energi spiritual yang lemah kembali stabil seperti ini… sepertinya pilihanku mengambil jalan memutar menuju ketempat ini benar

Selagi memikirkan hal tersebut, mereka berdua segera menuju kearah dimana Jatmiko berada.

***

[3rd Person Point of View – Jatmiko As Center Point]

“Hah?! Serius nih, Mbak Kun?”

“Serius, Mas Jat”

Mendengar laporan dari Mbak Kun, Jatmiko hanya dapat membuka mulutnya lebar-lebar. Seakan-akan ia tidak percaya, Jatmiko sudah mengulangi pertanyaannya beberapa kali.

“Maksud ane, batu tadi sampai keawan?! Serius nih?”

“Serius, Mas Jat… bahkan bukan hanya sampai, retakan batu itu sudah melewati awan”

“Oi! Oi! Oi! Kalian mau berapa kali mengulangi pertanyaan dan jawaban itu sih? Ane saja sudah bosan mendengarnya”

Mendengar omongan Pocong yang saat ini sudah kembali kewujud normalnya membuat Mbak Kun yang sejak tadi tersenyum bahagia karena dapat berbicara lama dengan Jatmiko menjadi kesal dan melemparkan tatapan dingin kearahnya. Merasakan tatapan dari Mbak Kun membuat Pocong terdiam membisu.

“Jadi, anak lelaki dengan rambut ungu yang melakukannya?”

“Benar, Mas Jat!”

Tapi dari semua orang, kenapa harus rambut ungu?

Selagi memikirkan hal tersebut, Jatmiko, Mbak Kun, dan Pocong tidak memperlambat langkahnya sedikitpun dan terus menuju kearah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun.

Sudah lebih dari 60 menit Jatmiko bertemu kembali dengan Mbak Kun dan menghabiskan 30 menit menuju kearah yang ditunjukkan olehnya. Selama rentang waktu itu, tidak satupun retakan batu berhasil mencapai tubuh Jatmiko. Lebih tepatnya seluruh retakan batu tersebut hilang dan terkikis sesaat menyentuh kabut hitam pekat yang dihasilkan oleh Pocong saat sedang menjadi wujud pedang. Selain itu walaupun Pocong telah kembali kewujud asalnya, kabut tersebut tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan menghilang dan terus melindungi Jatmiko tanpa menghancurkan sesuatu yang tidak membahayakan dirinya.

“Tapi, seorang [Magic User] bertipe tanah, kah?”

Haaa~ dari kemampuannya tidak salah lagi… ini pasti merepotkan

Menghela napasnya, Jatmiko akhirnya tiba ditempat yang ditunjukkan oleh Mbak Kun. Disana yang ia lihat adalah hutan yang telah menjadi satu dengan tanah. Dengan kata lain, didepan Jatmiko hanya tersisa dataran hancur yang sebelumnya adalah hutan.

Orang yang menyebabkan ini benar-benar tidak tahu yang namanya pemanasan global apa? Hutan itu penghasil oksigen! Jangan seenaknya menghancurkan hutan dong!

Selagi menunjukkan mata layaknya ikan mati mengingat ia akan terkena masalah dari [Guild] karena tidak sempat meghentikkan perbuatan orang tersebut disaat ia sedang berada ditempat, Jatmiko hanya bisa pasrah meratapi amarah dari ketua [Guild].

“Ma-mas Jat!”

“Jat-jat!”

Mendengar namanya dipanggil, Jatmiko mengalihkan pandangannya kearah datangnya suara tersebut. disana ia menemukan dua bocah gundul yang mengenakan celana hijau dan merah sedang menuju kearahnya.

“Oh! [The Tuyuls], bagaimana? Apa kalian menemukan sesuatu?”

“Ma-mas Jat, ka-kami menemukan…”

“…ini?!”

Bruk…

Selesai menanyakan kabar dari mereka berdua, Bocah gundul dengan celana merah menjatuhkan prempuan yang ada dipunggungnya dan memperlihatkannya kepada Jatmiko. Melihat kelakuan adiknya, Bocah gundul dengan celana hijau memukul kepala adiknya pelan dan menyuruhnya meminta maaf.

Setelah selesai meminta maaf, mereka berdua menjelaskan dari awal hingga mereka menemukan perempuan tersebut.

“Jadi, kemungkinan orang dengan rambut ungu itu juga yang menyembuhkan anak ini?”

“Ra-rambut… ungu? Walau a-aku tidak tahu orang yang Mas Jat curigai barusan, ta-tapi mungkin orang itulah yang menyembuhkan anak perempuan ini”

Mendengar jawaban dari Bocah gundul dengan celana hijau membuat Jatmiko semakin bertambah bingung. Sebenarnya apa yang membuat orang itu bertindak berlebihan sehingga menghancurkan hutan ini. Selain itu, jika dilihat dari kemampuannya apakah ia tidak bisa menahan diri hanya untuk melawan bandit?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenak Jatmiko, namun ia menyimpulkan jika ini semua mungkin ada hubungannya dengan anak perempuan ini dan juga… balas dendam atau sesuatu yang lain. Ia sendiri tidak tahu dengan tepa tapa yang sebenarnya terjadi.

Tapi, apapun alasannya, tolong jangan buat ane dimarahi sama ketua dong!

Selagi Jatmiko memprotes tindakan lelaki tersebut, ia segera menuju kearah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun. Selain itu, Bocah gundul dengan celana berwarna hijau menggunakan salah satu kemampuannya, [Spiritual Search], untuk memastikan apakah orang yang dikatakan Mbak Kun dan dirinya itu adalah orang yang sama atau bukan. Jika mereka berdua adalah orang yang sama, hal ini akan mengurangi laporan Jatmiko namun jika berbeda, sudah jelas ini hanya akan menambahkan pekerjaannya lebih banyak lagi.

“Nn?—!!!”

“Mas Jat! Anak ini sudah sadar”

Akhirnya, satu lagi informasi untuk mengurangi pekerjaan ane, bertambah!


Sunday, December 18, 2016

[Nusantara] Chapter 25 – Informasi I




Chapter 25 – Informasi I

            [3rd Person Point of View – Mbak Kunti As Center Point]

            “Haaaa~ Kenapa selalu aku yang mendapat tugas ini?”

            Dari ketinggian 200 hingga 300 meter dari permukaan tanah dimana hutan [Skyp] berada, terlihat sesosok wanita dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya dari leher hingga kaki. Rambut hitamnya yang panjang terurai seakan-akan melambai-lambai akibat terpaan angin ditempat ia berada.

            Mendapatkan tugas dari pemuda bernama Jatmiko, wanita yang dikenal dengan panggilan Mbak Kun ini segera pergi setelah mendengar perintah dari Jatmiko.

            Mengamati keadaan hutan dan mencari sebab dari kehancuran dihutan ini, Mbak Kun sendiri sejujurnya paham jika ini bukanlah hal yang mudah mengingat hutan [Skyp] ini sangat luas. Mungkin dapat dikatakan mencapai 1/3 luas Greenland. Namun jika dikatakan daerah hutan terkecil tentu saja itu adalah bagian Barat dan Timur yang tidak terlalu luas.

            Kenapa selalu Pocong yang harus ada didekat Mas Jat sih! Aku juga kan mau didekat Mas Jat !

            Dengan raut muka yang terlihat kesal sejak pertama kali mendapat tugas dari Jatmiko untuk menyelidiki hutan ini, Mbak Kun hanya dapat menggumam dan protes dalam benaknya. Jika diperhatikan, hal ini juga yang menjadi penyebab Mbak Kun cenderung tidak menyukai Pocong.

            Tidak! Tidak! Kalau aku berpikir seperti itu terus, tugas yang diberikan oleh Mas Jat tidak akan selesai! Selain itu, semakin lama aku menyelesaikan tugas ini, itu berarti semakin lama juga aku bertemu dengan Mas Jat!

            Menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan beberapa kali, Mbak Kun mulai kembali fokus kepada tugas yang diberikan kepadanya. Diamatinya keadaan hutan yang hancur dari atas dengan teliti.

            “Sepertinya, kerusakan ini lebih parah dari apa yang Mas Jat pikirkan…”

            Hampir seluruh bagian hutan yang rusak membentuk suatu pola horizontal. Melihat hal ini, Mbak Kun membuat sebuah kesimpulan jika orang yang menghancurkan hutan ini adalah salah satu [Magic User] bertipe angin atau tanah. Yang membuat Mbak Kun berpikir seperti ini adalah karena tidak adanya tanda-tanda pohon menghitam yang disebabkan oleh api ataupun petir. Selain itu tanah pun tidak terlihat basah sehingga tidak mungkin jika seorang pengguna air yang menghancurkan daerah ini. adapun kesimpulan lain yang ia ambil adalah pengguna bertipe ruang dan waktu atau [Space Time Magic] namun menurut kabar yang beredar saat ini hanya ada 4 orang yang mampu menggunakan kemampuan tersebut terlebih lagi, setengah diantaranya diangkap karena melakukan tindak pelecehan seksual. Dengan kata lain,

            “[Space Time Magic User] hanyalah kumpulan orang mesum”

            Setidaknya itulah yang ada dipikiran Mbak Kun selagi menampilkan raut muka datar selagi mengatakan kalimat tersebut.

            Druak… krak… sraaak…

            “Hmm? Suara apa itu?!”

         Mendengar suara yang sangat keras dari arah kanannya, Mbak Kun mengalihkan pandangannya kearah datangnya suara tersebut. disana ia melihat batu berukuran sangat besar muncul secara tiba-tiba didekatnya.

            “!!!”

[Magic User] pengguna tanah?! Terlebih lagi ada apa dengan batu berukuran raksasa seperti itu?!

            Selagi mendongakkan kepalanya melihat batu besar yang retak hingga kebagian dimana batu tersebut menembus awan lalu hancur berkeping-keping tidak lama setelahnya, membuat Mbak Kun terkejut dan membuka mulutnya lebar.

            “!”

            Gawat! Aku harus segera menghindar!

            Tidak lama setelah ia menyadari situasinya, Mbak Kun segera menghindari retakan batu tersebut.

Setelah memastikan dirinya aman, difokuskan matanya kearah hutan didekat batu tersebut berasal, ia melihat seorang pemuda berambut ungu senja sedang menghindari serangan dari lima orang yang menyerupai bandit.

“Jangan bilang kalau pemuda itulah yang membuat batu tadi?! Gawat! Aku harus segera melaporkan hal ini ke Mas Jat!”

Selain itu aku khawatir dengan keadaan Mas Jat saat ini, terlebih lagi… jika ia bersama dengan Pocong!

Ditinggalkannya tempat tersebut setelah menandai pemuda itu dengan sobekan kain putihnya, Mbak Kun segera menuju kearah dimana tempat Jatmiko berada beberapa saat lalu dengan perasaan khawatir.

Tidak lama setelah ia tiba, Mbak Kun melihat mas Jat dengan mudahnya menghancurkan seluruh retakan batu besar gelombang kedua dengan menggunakan wujud pedang dari pocong, [Sword Ghost].

Walaupun Mbak Kun sempat terdiam dengan perasaan kesal karena Jatmiko menggunakan Pocong, iapun memutuskan untuk melihat Mas Jat beraksi. Namun perasaan kesal itu menghilang setelah Mbak Kun mendengar pujian para bandit yang tanpa mereka sadari diselamatkan oleh Mas Jat. Selagi tersenyum, Mbak Kun pun segera pergi menuju kearah Mas Jat untuk melaporkan tempat pelaku yang menghancurkan hutan [Skyp] ini.

“Mas Jat!”

“Mbak Kun, bagaimana hasilnya?”

***

[3rd Person Point of View – The Tuyuls As Center Point]

            “Dik, tu-tunggu sebentar dong!”

            “Kakak lambat nih!”

            Disaat yang bersamaan dimana Mbak Kun sedang mencari penyebab dari arah atas hutan, dua orang bocah gundul dengan celana boxer berwarna hijau dan biru sedang mencari dari bawah.

            Tidak berbeda dengan Mbak Kun, kedua bocah gundul ini mendapatkan perintah yang sama dari Jatmiko atau yang biasa mereka panggil dengan sebutan Mas Jat. Mereka mendapatkan perintah untuk mencari dari dalam hutan.

            Saat ini mereka berdua sedang berdebat… lebih tepatnya bocah gundul dengan celana hijau tertinggal cukup jauh dari adiknya yang memakai celana berwarna merah.

            Jika dilihat sekilas, muka mereka berdua tidak jauh berbeda, yang membedakan mereka saat ini adalah ekspresi mata, warna celana, dan juga peralatan yang mereka bawa. Bocah gundul dengan celana berwarna hijau membawa panah dan anak panah dipunggungnya, selain itu ekspresinya yang ketakutan membuatnya mudah untuk dibedakan. Sedangkan adiknya memakai celana merah dengan membawa sebilah pisau berwarna hitam dengan raut muka yang tampak selalu bersemangat.

            “A-adik! Aku merasakan sesuatu dari arah kananmu!”

            “Kanan! Siap!”

            “Tu-tunggu!”

            Tanpa mempedulikan kakaknya, bocah gundul dengan celana merah segera menuju kearah kanan. Mengapa bocah gundul dengan celana merah begitu mempercayai kakaknya? Jawabannya mudah, itu karena kakanya ahli dalam melihat energi spiritual seseorang.

            “Tu-tunggu, Dik! Mbak Kun sudah menuju kearah sana lebih dulu!”

            “Mbak Kun… lebih dulu?”

            “Da-dari pada itu, lebih baik ki-kita lurus saja…”

            “Lurus ya! Siap!”

            “A-adik?!”

            Uuuu~ a-adik ini! Aku bahkan belum selesai menjelaskan keadaannya…

            Melihat tingkah adiknya yang selalu saja bersemangat sepanjang tahun membuat bocah gundul bercelana hijau dengan tinggi badan tidak kurang dari 120cm itu menghela napasnya. Walaupun ia senang karena adiknya sangat percaya dengan dirinya, disisi lain ia juga merasa khawatir karena sifat adiknya yang tidak mengenal kata bahaya.

            Selagi kakak dari bocah gundul itu tertinggal dibelakang, adiknya saat ini dengan kecepatan penuh segera menuju kearah yang diberitahukan oleh kakaknya tanpa mempertanyakan alasannya terlebih dahulu. Matanya dan juga gerakannya yang lebih gesit dibandingkan kakaknya yang lebih ahli dalam menggunakan otaknya membuat ia memutuskan untuk selalu berjalan didepan kakak kesayangannya itu dengan maksud untuk selalu sigap jika sesuatu terjadi ditempat yang dituju oleh kakaknya itu, walau kakaknya sendiri tidak mengetahui hal ini.

            “Hmm? Kakak! Aku menemukan sesuatu!”

            “Eh?! Se-sesuatu?!”

            Sekitar 45 menit berselang setelah Mbak Kun berhasil menemukan penyebab kehancuran hutan ini dan bertemu dengan Jatmiko, bocah gundul bercelana hijau itu segera mempercepat langkahnya, setelah mendengar suara dari adiknya. Sesaat ia sampai ditempat adiknya berada ia menemukan seorang anak perempuan yang sedang terduduk tidak sadarkan diri didekat sebuah pohon.

            “I-ini… [Svregna], kan?!”

Sunday, December 11, 2016

[Nusantara] Chapter 24 – Jatmiko, Sang [Ghost Initiator]




Chapter 24 – Jatmiko, Sang [Ghost Initiator]

            [3rd Person Point of View – Mas Jat As Center Point]

            [Suara Pedang Diayunkan Dengan Sekuat Tenaga]

“Uwaa~ Hampir saja ?! Yang lebih penting… Mas Poc jangan malah sembunyi tapi bantu ane kenapa ?!”

“Tch !”

Sesaat sebelum seluruh bandit menyerang Mas Jat, disaat yang bersamaan Pocong yang sejak tadi menemani Mas Jat secara tiba-tiba mengusulkan jika ia merasakan keberadaan orang ke-10 sehingga ia memilih untuk mencari orang yang dimaksud oleh Mas Poc namun….

Sial kenapa ane malah ketipu sama si kamvret ya ?! Kalau dipikir-pikir lagi sejak kapan Mas Poc bisa merasakan keberadaan seseorang lebih hebat dari ane ?

“Awas saja kalau ketahuan dimana itu makhluk bersembunyi ! Ane abisin tuh Pocong satu !”

Walaupun Mas Jat memikirkan hal lain ditengah-tengah pertarungan dengan para bandit, bukan berarti konsentrasi Mas Jat terpecah justru sebaliknya, Mas Jat sangat tenang dan masih menunjukkan sikap santainya selagi terus menghindari setiap gerakan dari para bandit yang berusaha menyerangnya.

Melompat menghindari anak panah yang dilepaskan kearahnya dari titik buta, menundukkan kepala selagi membenarkan sandal jepit dengan merek “Selow” yang merupakan salah satu ciri khasnya seraya menghindari tebasan sebilah pedang, menghindari setiap bilah tombak yang didorong kearahnya selagi membenarkan jaket putih miliknya, dan bahkan melompati tebasan sebilah pedang panjang lalu menginjaknya untuk mengambil buah [Apegur] yang berada didekat salah satu bandit dan terus menghindari setiap serangan selagi memakan buah tersebut. Siapapun yang melihat adegan ini tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya mungkin akan berpikir bahwa mereka semua sedang berlatih atraksi untuk sebuah pertunjukkan sirkus. Setidaknya sesantai itulah Mas Jat menghadapi situasi ini.

“Tapi dilihat darimanapun kalian ini amatiran ya ?”

“Ap—”

“Iya maksud ane dari cara kalian menyerang dan memegang pedang terlihat sangat berantakan walaupun ane juga gak bisa bilang kalau teknik pedang ane bagus, tapi… Biar ane akui kalau koordinasi kalian memang sangat baik”

“Bocah sialan !”

***

[1st Person Point of View – Pocong As Center Point]

Mas Jat kayaknya gak akan tahu kalau ane lagi mengamati dari belakang pohon ini kufufufu~. Nanti kalau ditanya dimana orang ke-10 yang ane cari, ane jawab aja “Kabur Mas Jat *Tehe”. Kalau dipikir-pikir juga, mana mungkin ane bisa merasakan hawa keberadaan seseorang lebih hebat dari Mas Jat.

Lagipula Mas Jat itu harusnya lebih mengandalkan ane sebagai Partner dong. Biar ane kasih tahu ya, ane ini dari ras Pocong. Mungkin ras ane itu kelihatannya lemah Karena kebanyakan orang lebih memilih untuk menilai seseorang dari penampilan luarnya saja tanpa menghiraukan hal lainnya. Tapi asal tahu saja ya, ras ane ini adalah salah satu ras tertua di negara asal Mas Jat, jadi jangan anggap kalau ane itu lemah karena tidak pernah menunjukkan kekuatan ane yang sebenarnya. Lagipula kalau ane serius, mau jadi apa tempat ini ? Lautan api kedua, begitu ? Heh ! Jangan bercanda ! Nanti ane juga yang repot akhirnya. Oleh Karena itu ane lebih memilih untuk berdiam ditempat ini.

Ah ! Ini bukan berarti ane takut ataupun berpikir kalau ane hanya akan menghambat Mas Jat jika berada disana, oke ?! Ane disini hanya… Hanya… Ah ! Benar juga, ane hanya ingin mengamati sejauh apa perkembangan Mas Jat tanpa ane disisi Mas Jat. Benar hanya ingin mengamati perkembangan Mas Jat. Jika keadaan sudah sangat genting mungkin ane harus turun tangan untuk membereskan sisanya tapi kalau ane turun tangan sekarang, Mas Jat tidak akan berkembang. Oleh sebab itu untuk saat ini lebih baik ane mengamati Mas Jat layaknya seorang ibu yang mengawasi anaknya saat mencoba melakukan perkenalan pertama saat ditaman kanak-kanak.

Lagipula Mas Jat apa-apaan coba, masa ane sendiri yang harus nunggu dipojokkan sih. Itu bocah yang kepalanya licin kayak piring aja dapet tugas masa ane kagak. Ane juga kan mau sekali-kali diandalkan. Selain itu, kenapa selalu Nenek tua itu sih yang disuruh mengintai ? Ane juga kan bisa Sat Set Sat Set kayak siapa itu… Ah ! Iya itu James… James Rubono ! Itu loh… Agen mata-mata profesional yang sering ada di Tv  itu.

Ah ! Seperti yang diharapkan dari Mas Jat, menghadapi 9 orang yang main keroyokkan sudah kayak latihan akrobat saja. Seperti yang diharapkan dari anak didik ane… ayah bangga denganmu, Nak !

Kalau Mas Jat dengar, ane bisa disiksa ini, mudah-mudahan gak ada yang dengar !

Buset dah, Mas Jat ! Masih sempat-sempatnya makan [Apegur].

Aduh air liur ane keluar gawat !

Slurp…

Waduh kayaknya enak tuh…

Tapi dilihat darimana juga, mereka gak cocok jadi lawan Mas Jat sama sekali. Ane jadi kasihan sama banditnya kalau begini… Semoga mereka tidak patah semangat dipermainkan oleh Mas Jat.

Walaupun gak terlalu kedengaran, kayaknya kebiasaan Mas Jat kambuh lagi tuh. Mengomentari lawan ditengah-tengah pertarungan seperti itu. Haaaa~ gak aneh kalau lawannya jadi kesal begitu.

Hmmm ? Apa itu ? Batu ? Tapi batu apa itu ? Bukannya diameternya terlalu besar ? Gawat ! Mas Jat ! Awas !

***

[3rd Person Point of View – Mas Jat As Center Point]

Haaa~ melelahkan ! Sangat melelahkan !

“haaa !”

“Hup !”

Selagi menguap, Mas Jat dapat dengan mudahnya menghindari setiap serangan yang diarahkan kepadanya. Ia menghindari setiap serangan tersebut bagaikan menghindari sebuah lemparan pasir yang anak kecil berumur sekitar 3 sampai 5 tahun.

Jika diperhatikan dengan seksama, kesembilan bandit itulah yang sudah kelelahan menghadapi Mas Jat yang hanya menghindar tanpa menyerang mereka sekalipun dan sebaliknya setiap kali Mas Jat menghindari serangan mereka, ada saatnya mereka mengenai teman sendiri sehingga keseluruhan luka yang diterima oleh bandit-bandit itu selain bekas jeratan disekitar kulit mereka digoreskan oleh teman mereka sendiri sesama bandit.

Kaki tergores akibat ayunan pedang, pundak tertusuk akibat dorongan tombak yang ingin mengenai Mas Jat namun dengan lincahnya dihindari Mas Jat, bahkan panah yang hampir saja mengenai selangkangan seorang bandit lelaki sehingga membuatnya terdiam membatu Karena kaget… mungkin dapat dikatakan jika ia pingsan ditempat Karena ketakutan kehilangan bola emas miliknya.

Mungkin ini yang dikatakan mereka yang berbuat, mereka juga yang harus bertanggung jawab… Ah ! Benar juga !

“Hei ! Apa kalian tahu siapa yang menghancurkan hutan ini ? *Hup… *Sat…”

“Kalau tahu memangnya kenapa, Hah ?!”

“Kami tidak ada niat untuk memberitahukan hal itu kepada bocah sepertimu”

“Haaa~ gagal, kah ? Kalian ini kenapa tidak bisa diajak bekerja sama sih ? Kalau beginikan hanya menambah kerjaan ane saja tahu”

Setelah mendengar jawaban dari beberapa bandit, membuat Mas Jat menghembuskan napasnya karena lelah dengan sikap yang ditunjukkan oleh para bandit yang hanya akan menambahkan pekerjaannya.  

[Suara Gemuruh]

“Hmm ?! Benda apa itu ? Batu ?! Tapi bukankah itu terlalu besar ?”

[Suara Gemuruh Semakin Keras Seiring Jarak yang Semakin Mendekat]

“Ap—”

Gawat Kalau Ane menghindar sekarang, orang-orang kamvret ini pasti kena Karena dari tingkah laku mereka sepertinya tidak ada yang menyadarinya tapi dengan kecepatan seperti itu dan jumlah yang banyak… tidak salah lagi ! Kemungkinan dialah yang menghancurkan hutan ini !

“Melihat kemana kau bocah ! Ha !”

“Diam sebentar kamvret ! *Hup”

[Suara Orang Dilompati Lalu Diinjak Kepalanya]

[Suara Orang Terseret Dengan Muka Menghadap Ketanah]

“Ua !”

Selagi tetap memasang senyum diwajahnya, Mas Jat menghindari serangan dari salah seorang bandit yang sama sekali tidak mengetahui situasi mereka saat ini dengan sangat mudahnya. Hal ini membuat Mas Jat menjadi sedikit kesal dan memilih untuk melompat lalu menginjak kepala bandit tersebut setelah itu ia berdiri disalah satu batang pohon [Apegur].

Kalau begini bisa gawat ! Sial ! Si Kamvret satu kemana sih !

“Mas Jat ! Awas !”

“Eh ! Kam—”

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, punggung Mas Jat disundul oleh makhluk yang seluruh tubuhnya dibalut oleh kain putih yang diikat dibeberapa bagian badannya.

[Suara Orang Jatuh Dari Pohon Setinggi 2-3 Meter]

“Kamvret ! Lu mau apa—”

 [Suara Pohon Hancur Oleh Batu Besar yang Jatuh Dari Arah Langit]

Sebelum selesai memarahi Pocong, Mas Jat melihat Pohon tempat ia berdiri beberapa saat lalu hancur oleh serpihan batu besar yang berasal dari arah langit. Melihat hal ini, mata Mas Jat hanya bisa terbuka lebar Karena ia sendiri sama sekali tidak menyadari hal tersebut. dan Karena Pocong juga ia berhasil diselamatkan karena kesalahannya itu.

“Mas Jat ! Ini bukan saatnya untuk Memara—bertengkar ! Kalau seperti ini terus, hutannya bisa tambah hancur !”

“Benar juga tuh !”

Disaat Mas Jat dan Pocong sedang membahas hal tersebut, terdengar suara teriakan penuh dengan rasa takut dan juga kebingungan dari arah belakang mereka berdua. Melihat kearah suara-suara itu datang, Mas Jat melihat orang-orang yang beberapa saat lalu melawannya berlarian untuk menyelamatkan nyawa mereka setelah melihat jumlah dari batu yang saat ini sedang menuju kearah mereka semua dengan kecepatan tinggi.

“A-apa itu ?! Apa yang sebenarnya terjadi ?! Batu ?! Tapi… Batu Apa itu ?!”

“Oi ! Yang lebih penting lagi, Lihat Itu ?!”

“Batunya ! Batunya menuju kearah sini !”

“Gawat ! Lari !”

Haaaa~ lagi-lagi pekerjaan lainnya… Hari ini kayaknya terlalu menyebalkan !

Setelah duduk sila untuk beberapa saat, Mas Jat melihat keadaan dibelakangnya dan dengan santainya Mas Jat berdiri selagi mengusap rambutnya dengan tangan kirinya. Menghembuskan napasnya dengan sedikit perasaan kesal karena ia merasa semua tugas yang ia lakukan bertambah satu demi satu, Mas Jat menghadap kearah datangnya batu besar yang menuju kearahnya dengan jumlah yang sangat banyak. Mengarahkan telapak tangan kanannya kearah datangnya batu itu—

“Pocong ! Jadilah Senjata”

“Siap, Mas Jat !”

“[Sword Ghost] !”

Sejumlah kabut tebal pekat berwarna hitam mulai mengelilingi tubuh pocong dan berkumpul tepat kearah telapak tangan Mas Jat. Disaat seluruh tubuh Pocong sudah tertutupi oleh kabut tebal, sebuah pedang muncul tepat dihadapan Mas Jat.

Sebuah Pedang berwarna Hitam dengan pinggiran putih dengan 3 buah lentera berwarna biru menyerupai arwah mengelilingi pedang tersebut. jika diperhatikan lebih dekat, dapat dilihat jika pedang tersebut memiliki aksesoris yang menyerupai muka pocong dengan gagang berbetuk tali pocong bagian atas.

Digenggamnya pedang tersebut erat-erat oleh Mas Jat dan tidak lama setelah itu tubuh pocong menghilang bersamaan dengan termaterialisasinya pedang dengan nama [Sword Ghost] tersebut.

Diayunkannya pedang tersebut berkali-kali diruang kosong antara batu besar dan Mas Jat dan dalam satu kedipan mata, Tidak terlihat lagi batu besar yang menuju kearah para bandit dan juga Mas Jat tersebut. Jika dilihat lebih dekat lagi, batu tersebut sudah hancur berkeping-keping dengan ukuran diameter tidak kurang dari 10 cm.

“Fuuuu~ menyebalkan !”

Melihat reaksi Mas Jat yang santai dan juga tenang seakan-akan tidak terjadi sesuatu yang mengancam nyawa, membuat para bandit membuka mulut mereka lebar-lebar.

“Ki-kita… Selamat ?”

“Kita Selamat !”

Teriakan suka cita terdengar dari arah belakang Mas Jat. Ada yang tertawa tanpa henti, ada yang jatuh terduduk lemas, dan bahkan ada yang menangis selagi tersenyum. Melihat adegan itu sekilas, Mas Jat segera meninggalkan para bandit dan menuju kearah batu besar itu datang.

Sepertinya selesai juga urusan disini… Sekarang tinggal satu lagi masalahnya !

Mengabaikan para bandit dibelakangnya, Mas Jat segera menuju ketempat dimana semua sumber masalah yang ia alami berasal.

“Oi ! Mengapa kau terdiam seperti itu ?!”

“Pe-pedang itu…”

“Pedang ? Ada Apa dengan pedangnya ?”

“Kau ! Apa kau tidak tahu !”

“Untuk apa aku mempedulikan masalah pedang ? Apa harga jualnya mahal ?”

“Dasar bodoh ! Aku pernah mendengar isu tentang seorang pengguna pedang saat kita sedang singgah di [Kerajaan Lotoregna]

“Jadi, sebenarnya ada apa dengan pedang itu ?”

“Pedang berwarna hitam dengan pinggiran putih dan juga lentera biru menyerupai arwah yang hanya muncul saat ada kabut hitam pekat, tidak salah lagi… Dia… Orang itu adalah seorang petualang yang mencapai peringkat ‘GH’ hanya dalam waktu 1 tahun”

“Jangan bilang…!”

“Ah ! Walaupun aku tidak begitu yakin tapi sepertinya dia itu—”

“—Jatmiko, Sang [Ghost Initiator]”

Tentu saja apa yang para bandit itu bicarakan tidak mencapai telinga Mas Jat sama sekali. Dan hanya didengar oleh Mbak Kun yang sejak tadi mengamati dari atas karena khawatir dengan keadaan Mas Jat.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close