Chapter 25 –
Informasi I
[3rd
Person Point of View – Mbak Kunti As Center Point]
“Haaaa~
Kenapa selalu aku yang mendapat tugas ini?”
Dari
ketinggian 200 hingga 300 meter dari permukaan tanah dimana hutan [Skyp] berada, terlihat sesosok wanita
dengan kain putih yang menutupi seluruh tubuhnya dari leher hingga kaki. Rambut
hitamnya yang panjang terurai seakan-akan melambai-lambai akibat terpaan angin
ditempat ia berada.
Mendapatkan
tugas dari pemuda bernama Jatmiko, wanita yang dikenal dengan panggilan Mbak
Kun ini segera pergi setelah mendengar perintah dari Jatmiko.
Mengamati
keadaan hutan dan mencari sebab dari kehancuran dihutan ini, Mbak Kun sendiri sejujurnya
paham jika ini bukanlah hal yang mudah mengingat hutan [Skyp] ini sangat luas. Mungkin dapat dikatakan mencapai 1/3 luas
Greenland. Namun jika dikatakan daerah hutan terkecil tentu saja itu adalah
bagian Barat dan Timur yang tidak terlalu luas.
Kenapa selalu Pocong yang harus ada didekat
Mas Jat sih! Aku juga kan mau didekat Mas Jat !
Dengan
raut muka yang terlihat kesal sejak pertama kali mendapat tugas dari Jatmiko
untuk menyelidiki hutan ini, Mbak Kun hanya dapat menggumam dan protes dalam
benaknya. Jika diperhatikan, hal ini juga yang menjadi penyebab Mbak Kun
cenderung tidak menyukai Pocong.
Tidak! Tidak! Kalau aku berpikir seperti itu
terus, tugas yang diberikan oleh Mas Jat tidak akan selesai! Selain itu,
semakin lama aku menyelesaikan tugas ini, itu berarti semakin lama juga aku
bertemu dengan Mas Jat!
Menggelengkan
kepalanya kekiri dan kekanan beberapa kali, Mbak Kun mulai kembali fokus kepada
tugas yang diberikan kepadanya. Diamatinya keadaan hutan yang hancur dari atas
dengan teliti.
“Sepertinya,
kerusakan ini lebih parah dari apa yang Mas Jat pikirkan…”
Hampir
seluruh bagian hutan yang rusak membentuk suatu pola horizontal. Melihat hal
ini, Mbak Kun membuat sebuah kesimpulan jika orang yang menghancurkan hutan ini
adalah salah satu [Magic User]
bertipe angin atau tanah. Yang membuat Mbak Kun berpikir seperti ini adalah
karena tidak adanya tanda-tanda pohon menghitam yang disebabkan oleh api
ataupun petir. Selain itu tanah pun tidak terlihat basah sehingga tidak mungkin
jika seorang pengguna air yang menghancurkan daerah ini. adapun kesimpulan lain
yang ia ambil adalah pengguna bertipe ruang dan waktu atau [Space Time Magic] namun menurut kabar
yang beredar saat ini hanya ada 4 orang yang mampu menggunakan kemampuan tersebut
terlebih lagi, setengah diantaranya diangkap karena melakukan tindak pelecehan
seksual. Dengan kata lain,
“[Space Time Magic User] hanyalah
kumpulan orang mesum”
Setidaknya
itulah yang ada dipikiran Mbak Kun selagi menampilkan raut muka datar selagi
mengatakan kalimat tersebut.
Druak… krak… sraaak…
“Hmm?
Suara apa itu?!”
Mendengar
suara yang sangat keras dari arah kanannya, Mbak Kun mengalihkan pandangannya
kearah datangnya suara tersebut. disana ia melihat batu berukuran sangat besar
muncul secara tiba-tiba didekatnya.
“!!!”
[Magic User] pengguna tanah?! Terlebih
lagi ada apa dengan batu berukuran raksasa seperti itu?!
Selagi
mendongakkan kepalanya melihat batu besar yang retak hingga kebagian dimana
batu tersebut menembus awan lalu hancur berkeping-keping tidak lama setelahnya,
membuat Mbak Kun terkejut dan membuka mulutnya lebar.
“!”
Gawat! Aku harus segera menghindar!
Tidak
lama setelah ia menyadari situasinya, Mbak Kun segera menghindari retakan batu
tersebut.
Setelah memastikan dirinya aman,
difokuskan matanya kearah hutan didekat batu tersebut berasal, ia melihat
seorang pemuda berambut ungu senja sedang menghindari serangan dari lima orang yang
menyerupai bandit.
“Jangan bilang kalau pemuda itulah
yang membuat batu tadi?! Gawat! Aku harus segera melaporkan hal ini ke Mas
Jat!”
Selain
itu aku khawatir dengan keadaan Mas Jat saat ini, terlebih lagi… jika ia
bersama dengan Pocong!
Ditinggalkannya tempat tersebut
setelah menandai pemuda itu dengan sobekan kain putihnya, Mbak Kun segera
menuju kearah dimana tempat Jatmiko berada beberapa saat lalu dengan perasaan
khawatir.
Tidak lama setelah ia tiba, Mbak Kun
melihat mas Jat dengan mudahnya menghancurkan seluruh retakan batu besar
gelombang kedua dengan menggunakan wujud pedang dari pocong, [Sword Ghost].
Walaupun Mbak Kun sempat terdiam dengan
perasaan kesal karena Jatmiko menggunakan Pocong, iapun memutuskan untuk
melihat Mas Jat beraksi. Namun perasaan kesal itu menghilang setelah Mbak Kun
mendengar pujian para bandit yang tanpa mereka sadari diselamatkan oleh Mas
Jat. Selagi tersenyum, Mbak Kun pun segera pergi menuju kearah Mas Jat untuk
melaporkan tempat pelaku yang menghancurkan hutan [Skyp] ini.
“Mas Jat!”
“Mbak Kun, bagaimana hasilnya?”
***
[3rd
Person Point of View – The Tuyuls As Center Point]
“Dik,
tu-tunggu sebentar dong!”
“Kakak
lambat nih!”
Disaat
yang bersamaan dimana Mbak Kun sedang mencari penyebab dari arah atas hutan,
dua orang bocah gundul dengan celana boxer
berwarna hijau dan biru sedang mencari dari bawah.
Tidak
berbeda dengan Mbak Kun, kedua bocah gundul ini mendapatkan perintah yang sama
dari Jatmiko atau yang biasa mereka panggil dengan sebutan Mas Jat. Mereka
mendapatkan perintah untuk mencari dari dalam hutan.
Saat
ini mereka berdua sedang berdebat… lebih tepatnya bocah gundul dengan celana
hijau tertinggal cukup jauh dari adiknya yang memakai celana berwarna merah.
Jika
dilihat sekilas, muka mereka berdua tidak jauh berbeda, yang membedakan mereka
saat ini adalah ekspresi mata, warna celana, dan juga peralatan yang mereka
bawa. Bocah gundul dengan celana berwarna hijau membawa panah dan anak panah
dipunggungnya, selain itu ekspresinya yang ketakutan membuatnya mudah untuk
dibedakan. Sedangkan adiknya memakai celana merah dengan membawa sebilah pisau
berwarna hitam dengan raut muka yang tampak selalu bersemangat.
“A-adik!
Aku merasakan sesuatu dari arah kananmu!”
“Kanan!
Siap!”
“Tu-tunggu!”
Tanpa
mempedulikan kakaknya, bocah gundul dengan celana merah segera menuju kearah
kanan. Mengapa bocah gundul dengan celana merah begitu mempercayai kakaknya?
Jawabannya mudah, itu karena kakanya ahli dalam melihat energi spiritual
seseorang.
“Tu-tunggu,
Dik! Mbak Kun sudah menuju kearah sana lebih dulu!”
“Mbak
Kun… lebih dulu?”
“Da-dari
pada itu, lebih baik ki-kita lurus saja…”
“Lurus
ya! Siap!”
“A-adik?!”
Uuuu~ a-adik ini! Aku bahkan belum selesai
menjelaskan keadaannya…
Melihat
tingkah adiknya yang selalu saja bersemangat sepanjang tahun membuat bocah
gundul bercelana hijau dengan tinggi badan tidak kurang dari 120cm itu menghela
napasnya. Walaupun ia senang karena adiknya sangat percaya dengan dirinya,
disisi lain ia juga merasa khawatir karena sifat adiknya yang tidak mengenal
kata bahaya.
Selagi
kakak dari bocah gundul itu tertinggal dibelakang, adiknya saat ini dengan
kecepatan penuh segera menuju kearah yang diberitahukan oleh kakaknya tanpa
mempertanyakan alasannya terlebih dahulu. Matanya dan juga gerakannya yang
lebih gesit dibandingkan kakaknya yang lebih ahli dalam menggunakan otaknya
membuat ia memutuskan untuk selalu berjalan didepan kakak kesayangannya itu
dengan maksud untuk selalu sigap jika sesuatu terjadi ditempat yang dituju oleh
kakaknya itu, walau kakaknya sendiri tidak mengetahui hal ini.
“Hmm?
Kakak! Aku menemukan sesuatu!”
“Eh?!
Se-sesuatu?!”
Sekitar
45 menit berselang setelah Mbak Kun berhasil menemukan penyebab kehancuran
hutan ini dan bertemu dengan Jatmiko, bocah gundul bercelana hijau itu segera
mempercepat langkahnya, setelah mendengar suara dari adiknya. Sesaat ia sampai
ditempat adiknya berada ia menemukan seorang anak perempuan yang sedang
terduduk tidak sadarkan diri didekat sebuah pohon.
“I-ini…
[Svregna], kan?!”
0 comments:
Post a Comment