Sunday, December 25, 2016

[Nusantara] Chapter 26 – Informasi II




Chapter 26 – Informasi II

            [3rd Person Point of View – The Tuyuls As Center Point]

“I-ini… [Svregna], kan?!”

“[Svreg… na]? Apa itu, Kak?”

Melihat adiknya yang kebingungan, bocah gundul bercelana hijaupun menjelaskan secara singkat mengenai [Svregna]

“Ja-jadi…”

Secara singkat dari apa yang dijelaskan oleh Bocah gundul bercelana hijau itu dapat diketahui jika [Svregna] adalah salah satu ras yang menghuni [Pangea]. Selain itu, ras ini adalah ras campuran dimana setengah hingga seperempat dari darah mereka mengandung darah dari ras manusia dan 2 ras lainnya atau lebih,

“De-dengan kata lain, mereka a-adalah ras yang terdiri dari 3 darah atau lebih”

“Hmm, begitu… sudahlah aku juga tidak paham apa yang sebenarnya kakak katakana sejak tadi, hihihi…”

“Eeeee~?!”

Mendengar ucapan dari adiknya membuat sang kakak terkejut. Baginya ia sudah menerangkan dengan bahasa yang seharusnya mudah dipahami namun, adiknya tetap mengatakan hal tersebut seolah-olah menolak usaha kakaknya secara tidak langsung.

Haaaa~ adik ini… oh benar juga!

Tanpa berpikir lama, Bocah gundul dengan celana hijau segera memeriksa tubuh dari perempuan itu. Dilihat dari penampilannya, kemungkinan ia memiliki darah campuran kelinci dan juga peri hutan.

“Napasnya cukup stabil, ta-tapi… energi spiritualnya sa-sangat lemah”

Setelah memastikan hal tersebut, Bocah itu segera berdiri dan menatap adiknya. Tanpa memberikan pertanyaan sang adik paham dengan maksud tatapan kakaknya dan memberikan pundaknya untuk menggendong wanita yang terlihat seperti berumur kurang lebih 13 tahun ini.

“Sip! Sekarang kita harus kemana, Kak?”

Be-benar juga! Karena aku berusaha menghindari wilayah yang dituju oleh Mbak Kun setelah merasakan energi spiritual yang sangat besar untuk mengambil jalan memutar menuju tempat ini, sepertinya kami berdua sudah memakan waktu cukup lama

“Se-sebaiknya kita menuju ketempat dimana Mas Jat berada saat ini”

“Siap, Kak! Dimana tempatnya?!”

“Lu-lurus saja dari sini”

Mendengar petunjuk dari kakaknya, sang adik menggendong wanita yang memiliki tubuh yang lebih tinggi darinya itu tanpa masalah sedikitpun selagi ia melompat dari pohon ke pohon bagaikan seorang ninja dengan rambut kuning.

Tapi, cepat sekali orang dengan energi spiritual besar itu pergi setelah menyembuhkan anak wanita ini. Terlebih lagi hingga dapat membuat energi spiritual yang lemah kembali stabil seperti ini… sepertinya pilihanku mengambil jalan memutar menuju ketempat ini benar

Selagi memikirkan hal tersebut, mereka berdua segera menuju kearah dimana Jatmiko berada.

***

[3rd Person Point of View – Jatmiko As Center Point]

“Hah?! Serius nih, Mbak Kun?”

“Serius, Mas Jat”

Mendengar laporan dari Mbak Kun, Jatmiko hanya dapat membuka mulutnya lebar-lebar. Seakan-akan ia tidak percaya, Jatmiko sudah mengulangi pertanyaannya beberapa kali.

“Maksud ane, batu tadi sampai keawan?! Serius nih?”

“Serius, Mas Jat… bahkan bukan hanya sampai, retakan batu itu sudah melewati awan”

“Oi! Oi! Oi! Kalian mau berapa kali mengulangi pertanyaan dan jawaban itu sih? Ane saja sudah bosan mendengarnya”

Mendengar omongan Pocong yang saat ini sudah kembali kewujud normalnya membuat Mbak Kun yang sejak tadi tersenyum bahagia karena dapat berbicara lama dengan Jatmiko menjadi kesal dan melemparkan tatapan dingin kearahnya. Merasakan tatapan dari Mbak Kun membuat Pocong terdiam membisu.

“Jadi, anak lelaki dengan rambut ungu yang melakukannya?”

“Benar, Mas Jat!”

Tapi dari semua orang, kenapa harus rambut ungu?

Selagi memikirkan hal tersebut, Jatmiko, Mbak Kun, dan Pocong tidak memperlambat langkahnya sedikitpun dan terus menuju kearah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun.

Sudah lebih dari 60 menit Jatmiko bertemu kembali dengan Mbak Kun dan menghabiskan 30 menit menuju kearah yang ditunjukkan olehnya. Selama rentang waktu itu, tidak satupun retakan batu berhasil mencapai tubuh Jatmiko. Lebih tepatnya seluruh retakan batu tersebut hilang dan terkikis sesaat menyentuh kabut hitam pekat yang dihasilkan oleh Pocong saat sedang menjadi wujud pedang. Selain itu walaupun Pocong telah kembali kewujud asalnya, kabut tersebut tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan menghilang dan terus melindungi Jatmiko tanpa menghancurkan sesuatu yang tidak membahayakan dirinya.

“Tapi, seorang [Magic User] bertipe tanah, kah?”

Haaa~ dari kemampuannya tidak salah lagi… ini pasti merepotkan

Menghela napasnya, Jatmiko akhirnya tiba ditempat yang ditunjukkan oleh Mbak Kun. Disana yang ia lihat adalah hutan yang telah menjadi satu dengan tanah. Dengan kata lain, didepan Jatmiko hanya tersisa dataran hancur yang sebelumnya adalah hutan.

Orang yang menyebabkan ini benar-benar tidak tahu yang namanya pemanasan global apa? Hutan itu penghasil oksigen! Jangan seenaknya menghancurkan hutan dong!

Selagi menunjukkan mata layaknya ikan mati mengingat ia akan terkena masalah dari [Guild] karena tidak sempat meghentikkan perbuatan orang tersebut disaat ia sedang berada ditempat, Jatmiko hanya bisa pasrah meratapi amarah dari ketua [Guild].

“Ma-mas Jat!”

“Jat-jat!”

Mendengar namanya dipanggil, Jatmiko mengalihkan pandangannya kearah datangnya suara tersebut. disana ia menemukan dua bocah gundul yang mengenakan celana hijau dan merah sedang menuju kearahnya.

“Oh! [The Tuyuls], bagaimana? Apa kalian menemukan sesuatu?”

“Ma-mas Jat, ka-kami menemukan…”

“…ini?!”

Bruk…

Selesai menanyakan kabar dari mereka berdua, Bocah gundul dengan celana merah menjatuhkan prempuan yang ada dipunggungnya dan memperlihatkannya kepada Jatmiko. Melihat kelakuan adiknya, Bocah gundul dengan celana hijau memukul kepala adiknya pelan dan menyuruhnya meminta maaf.

Setelah selesai meminta maaf, mereka berdua menjelaskan dari awal hingga mereka menemukan perempuan tersebut.

“Jadi, kemungkinan orang dengan rambut ungu itu juga yang menyembuhkan anak ini?”

“Ra-rambut… ungu? Walau a-aku tidak tahu orang yang Mas Jat curigai barusan, ta-tapi mungkin orang itulah yang menyembuhkan anak perempuan ini”

Mendengar jawaban dari Bocah gundul dengan celana hijau membuat Jatmiko semakin bertambah bingung. Sebenarnya apa yang membuat orang itu bertindak berlebihan sehingga menghancurkan hutan ini. Selain itu, jika dilihat dari kemampuannya apakah ia tidak bisa menahan diri hanya untuk melawan bandit?

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenak Jatmiko, namun ia menyimpulkan jika ini semua mungkin ada hubungannya dengan anak perempuan ini dan juga… balas dendam atau sesuatu yang lain. Ia sendiri tidak tahu dengan tepa tapa yang sebenarnya terjadi.

Tapi, apapun alasannya, tolong jangan buat ane dimarahi sama ketua dong!

Selagi Jatmiko memprotes tindakan lelaki tersebut, ia segera menuju kearah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun. Selain itu, Bocah gundul dengan celana berwarna hijau menggunakan salah satu kemampuannya, [Spiritual Search], untuk memastikan apakah orang yang dikatakan Mbak Kun dan dirinya itu adalah orang yang sama atau bukan. Jika mereka berdua adalah orang yang sama, hal ini akan mengurangi laporan Jatmiko namun jika berbeda, sudah jelas ini hanya akan menambahkan pekerjaannya lebih banyak lagi.

“Nn?—!!!”

“Mas Jat! Anak ini sudah sadar”

Akhirnya, satu lagi informasi untuk mengurangi pekerjaan ane, bertambah!


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close