Chapter 31 – Rio
Vs Kruzgar IV
[1st
Person Point of View – Rio As Center Point]
Sejujurnya gua sendiri gak yakin apa
yang akan terjadi jika gua harus menahan serangan api yang ia lakukan beberapa
saat yang lalu.
Sangat Panas.
Setidaknya hanya kedua kata itulah
yang mewakili apa yang gua pikirkan sesaat menerima serangan tersebut secara
langsung.
Selain itu, jika bukan karena
kemampuan Skill Up yang dialokasikan
seluruhnya kepada Pertahanan, entah apa yang akan terjadi kepada badan gua.
Mungkin gua akan mendapat luka bakar. Keadaan yang terparah adalah tubuh gua
hangus tak tersisa. Mungkin.
“Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan!
Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”
Walaupun gua berusaha untuk
memprovokasi bandit sialan itu, dibagian hati gua yang terdalam, gua ingin
segera pergi dari hutan sialan ini. Entah apa yang akan terjadi sama gua
seandainya bandit itu benar-benar serius untuk membunuh gua. Tunggu dulu,
mungkin sejak pertama dia menyerang gua dengan pedang apinya itu, dia sudah
berniat untuk membunuh gua. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya untuk apa juga
gua memprovokasi dia?
Jangan
bilang… sebenarnya gua itu bodoh? Nggak, nggak mungkin, haha… nggak mungkin gua
bodoh… iya kan?
Lupakan soal itu, apa dia sudah gila?
Membakar hutan dengan santainya seperti itu. Oi oi oi bandit sialan! Diluar
sana… lebih tepatnya didunia gua berasal, banyak orang yang mencari udara sejuk
dari hutan, sedangkan disini lu… lu dengan santainya membakar hutan… jangan
bercanda, Sialan! Kalau kayak gitu terus, gua juga bisa-bisa kena pasal tentang
illegal logging tau gak sih!
Hmm? Tanahnya bergetar? A-ada apa ini?
Gempa? Ha… haaah?!
Tu-tunggu dulu!
Apa mata gua gak salah lihat nih? Itu orang nginjek tanah aja, tanahnya yang
hancur, lu kira lu Lulung apa oi!
Jangan
bilang, itu orang mau langsung menuju kearah gua apa? Jangan bercanda! Ta-tahan
dulu! Gua gak yakin kalo gua masih bisa selamat dari serangan itu orang.
[Tuan tenang saja, percaya dengan kemampuan
bertahan Tuan]
Ini buku sialan, dari tadi lu kemana aja!
Giliran gua kesusahan lu gak ada, sial!
Gua alihkan
kedua bola mata ini secepat yang gua bisa namun, gua gak bisa menemukan si buku
sialan dengan suara om-om genit—Nusa dimanapun. Sial, tidak ada waktu lagi buat
gua mencari letak Nusa, yang harus gua pikirkan sekarang adalah gimana caranya
agar gua bisa menghindari serangan dari bandit sialan itu.
“Ap—!”
Sial,
apa-apaan dengan gerakannya itu, gak ada waktu buat gua menghindari serangan
seperti itu. Terlebih lagi,
Pedang! Oi oi oi! Lu serius gua bisa menahan
pedang?! Maksud gua dengan tangan kosong?
Sesaat pedang itu
akan mengenai tubuh gua, secara spontan gua memejamkan mata gua selagi berharap
agar serangannya itu meleset. Gua sendiri gak terlalu yakin apa yang sebenarnya
terjadi disekitar gua namun, setidaknya gua bisa merasakan jika tangan, kaki,
perut, dada, bahkan leher gua disentuh oleh sesuatu dan itu terasa sangat… geli.
Jangan bilang pedang yang dipegangnya adalah
mainan?! Tapi lebih baik gua membuka mata gua secara perlahan-lahan.
Selagi gua membuka
kelopak mata gua secara perlahan-lahan, gua bisa mendengar suara batang pohon
seakan-akan terkena sesuatu yang kuat. Tidak hanya itu, gua merasakan angin
semilir dan sejuk menerpa tubuh gua sejak beberapa saat yang lalu.
“Apa
segitu saja kemampuanmu, Bocah!”
Haaah?! Ini orang ngomong apa?! “Apa segitu
saja kemampuanmu”? Jangan bercanda! Harusnya gua yang ngomong gitu!
Ini orang mikir
gak sih?! Yang tadi itu lu sebut dengan “Serangan”?! Bahkan Cuma kerasa
geli-geli doang buat gua.
“…”
Gi-gimana ini?! mukanya udah bangga
banget lagi! Apa gua harus pura-pura kesakitan gitu?! Nggak, gak mau gua
pura-pura kesakitan. Lagi pula, buat apa juga gua mikir kayak begitu?
“Sangat mengecewakan!”
Muka
lu Semvak ”Sangat Mengecewakan”!
Emangnya lu pikir lu siapa, hah?!
Seenaknya bilang kayak gitu! Lagi pula, serangannya tadi juga apa-apaan coba?!
Geli doang yang kerasa!
“Benar sekali! Sangat mengecewakan…
apa cuma segitu saja kemampuanmu, Bandit Sialan?!”
Hehem~
ba-bagaimana? Gua jamin lu kesel kan gua balikin ucapan lu seutuhnya.
Sejujurnya, saat ini keringat dingin
sudah membasahi sekujur tubuh gua. Kaki gua juga sudah gemetar sejak beberapa
saat yang lalu. terlebih lagi, gua mau kencing.
Tu-tunggu sebentar, apa-apaan dengan
tatapannya itu. Oi oi oi! Gua masih normal loh. Gua paham gua jomblo tapi tetap
saja gua gak akan tertarik sama lu, Bandit Sialan!
Selagi gua memperhatikan gerak-gerik
dari bandit didepan gua, suara angin berhembus melewati sela-sela pepohonan
yang telah hancur terdengar sangat halus di telinga gua.
[Tuan!
Jika Tuan membutuhkan sesuatu dari saya, Tuan cukup berbicara saja dengan suara
pelan]
“Berisik lu! Sekarang lu dimana
sialan?!”
Sejujurnya gua sangat kesal terhadap
buku sialan ini, bukannya membantu, dia malah bersembunyi ditempat yang aman
sendirian.
[Saat
ini saya berada 10 meter diatas Tuan]
Hah?!
Diatas? Ah!
Sesaat setelah gua melirikkan mata
kearah atas, disana gua melihat sebuah buku berwarna biru kusam sedang melayang
dengan tenangnya disekitar pepohonan.
Sial! Enak sekali dia bersantai
ditempat seperti itu. Ah iya benar juga,
“Oi, sebenarnya seberapa kuat
pertahanan yang lu kasih ke gua?”
[Menurut
dugaan saya, itu cukup untuk menahan 3 buah ledakan nuklir Tuan]
Oi!
Jangan seenaknya mengatakan hal tersebut jika hanya sebuah dugaan!
Tapi 3 buah nuklir, kah? Kok gua
berasa jadi kecoa ya? Haaa~ lupakan soal itu, sekarang gua harus gimana nih?
Itu bandit juga cuma ngeliatin gua terus dari tadi, jangan bilang dia hobi
kearah situ lagi?!
Tapi jika diperhatikan lagi, hebat
juga ya baju daleman gua bahkan gak robek sama sekali. Apa mungkin senjatanya
itu beneran mainan ya?
“Bocah! Kukira kau sudah mati?!”
“Jangan
Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”
Lu pikir, lu doang yang mengira kalau gua
sudah mati hah?! Gua juga sempet berpikiran hal yang sama, Sialan!
Tanahnya… bergetar lagi? Oi oi oi!
Jangan bilang sekali lagi dia mau meluncur kearah gua?!
Hilang?!
Bukan, bukan menghilang hanya saja,
terlalu cepat buat mata gua melihat pergerakannya! Tapi dilihat dari arah
tebasannya,
Dia
mengarah kaki kanan gua?!
Sesaat gua berpikir mengenai hal
tersebut, bandit sialan itu telah melewati tubuh gua dan tentu saja untuk
kesekian kalinya gua tebasan pedangnya dan kali ini dengan mata terbuka lebar.
Namun satu hal yang dapat kupastikan,
Tebasan
pedangnya… cuma geli-geli doang. Gak kerasa sakit sama sekali?!
“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin
kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa,
Hah?!”
“Ap—?!”
Kaget!
Mukanya keliatan kaget tuh hahaha… rasain!
“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik
sekali bocah!”
“Menarik, menarik saja dari tadi,
berisik sialan!”
Ini
orang otaknya masih waras gak sih? Capek gua dengernya, berisik!
Ah gawat, gua mau nguap lagi. Kalo
itu orang liat gua nguap, otaknya bisa-bisa tambah miring.
“Baiklah kalau itu maumu, Sialan!
Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”
Tuh
kan! Gua bilang juga apa?! Ini orang otaknya emang udah geser kali ya?!
“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’,
gitu?!”
“Bocah!”
Dari tadi itu orang bilang “bocah…
bocah…” aja, kalo dari pandangan gua sih kayaknya yang bocah itu dia! Gak sadar
kali ya?!
Uwah?!
Gawat, entah kenapa kayaknya dia beneran serius dah ini?! urat diototnya aja
sampai keluar semua begitu. Ditambah lagi, senyum-senyum gak jelas gitu, wah
kacau, otaknya miring beneran ini mah!
“Ha!”
Sekali lagi, bandit sialan itu
meluncur kearah gua. Kali ini kecepatannya bukanlah sebuah hal yang dapat dianggap
enteng. Gua sendiri bahkan sudah tidak dapat mengikuti gerakannya lagi. Namun
satu hal yang pasti, dia menuju langsung kearah gua.
“Haaaa~!”
“…”
Ap—?
Oi! Jangan bercanda! Serangannya memang Cuma terasa geli namun… kenapa gua bisa
melihat tanahnya seakan-akan bergerak sangat cepat melewati gua?! Seakan-akan…
gua lah yang terpental dengan kecepatan tinggi?
Gua sendiri bahkan tidak dapat
mendengar suara dari pohon yang hancur setelah terkena punggung gua. Tidak
salah lagi, gua memang terpental akibat serangannya.
Setelah gua mengerti apa yang
sebenarnya terjadi, gua melihat sebuah lingkaran sihir kecil berwarna merah
menyala terbentuk tepat dihadapannya dan lidah api seakan-akan melahap tubuh
dari bandit sialan itu.
“Ada apa dengan lingkaran sihir
itu?!”
[Ah,
itu adalah mantera [Firo Assets] Tuan]
Ini
buku, ngomong tiba-tiba mulu!
“Lu bantu gua kenapa?! Ditambah lagi,
ngapain lu ngikutin gua yang kepental hah?!”
[Ah!
Soal itu, karena jika saya terpisah sejauh 1 kilometer dari Tuan, maka Tuan
akan mati]
Dia
bilang “Ah!”, jangan bercanda! Beritahu itu dari awal kenapa! Jangan anggap
enteng nyawa orang oi!
“Sebenernya itu buat apa?”
[Tuan
tenang saja, itu hanyalah sebuah mantera bertipe [Support], dengan kata lain
tidak aka nada pengaruhnya dengan Tuan]
“Serius lu?”
[Serius]
Kenapa
setiap dia bilang serius, gua merasakan sesuatu kalo dia itu lagi nipu gua? Gua
harap itu cuma perasaan gua aja
Selagi gua berdebat mengenai hal yang
tidak penting, entah mengapa gua kehilangan pandangan dari bandit sialan itu.
Mungkin karena gua sudah terpental cukup jauh jadi gua gak bisa melihat
bayangannya lagi. Baguslah kalau begitu, gua bisa pergi dari hutan ini.
Hmm?
Tunggu sebentar, sebenarnya untuk apa gua kehutan ini dan melawan bandit-bandit
sialan itu? Bukannya itu semua untuk mengambil kembali tas gua?! Sekarang
tasnya ada dimana? Tasnya kan ada di deket jaket gua… kenapa gua sampe lupa!
Mana sekarang gua cuma pake celana basket tanpa sempak lagi. Dingin!
Selagi gua terkejut akan kebodohan
gua, gua merasakan sesuatu dari balik punggung gua. Sebelum gua sempat untuk
memastikannya, gua saat ini telah terpental keudara setelah sesuatu mengenai
punggung gua.
Ti-tinggi
amat?! Si-siapa saja, tolong gua!
“Argh!”
Dia
lagi?! Seriusan?
“Haaa~!”
Oi
oi oi! Sekarang dia mau menusuk dada gua pakai pedang mainan?! Seriusan nih! Otaknya
udah miring kali ya? Lagi-lagi senyum! Ini orang bikin gua ngeri, seriusan
takut gua dalam berbagai macam hal, gua takut!
Selagi bulu kuduk gua merinding
melihat senyuman bandit sialan itu, entah apa yang terjadi namun, sejumlah api
mulai berkumpul diujung pedang mainannya. Dan sesaat api itu sudah semakin
pekat, ia meneriakkan….
[Phyro
Explosion]
Entahlah apa yang ia teriakkan namun disekeliling
gua mendadak menjadi sangat bising. Namun disatu sisi, gua tidak dapat menutup
telinga karena tekanan angin yang sangat kuat menerpa seluruh tubuh gua, gua
juga tidak begitu yakin. Satu hal yang pasti, udara disekitar gua jadi sangat
panas. Panas sekali.
Tak lama setelah kebisingan itu
menghilang selama beberapa detik, sebuah ledakan besar terjadi tepat didepan
dada gua. Jujur saja gua sangat terkejut melihat hal tersebut. bagaikan saat lu
sedang menaiki sebuah roller coaster
yang pada awalnya lu merasa takut namun seketika kecepatannya bertambah, lu
akan tersenyum tanpa lu sadari. Setidaknya itulah yang terjadi kepada gua saat
ini. tersenyum tanpa alasan yang jelas.
Selain itu, udara disekitar gua saat
ini sangat panas. Seriusan, bandit sialan itu paham betul untuk membuat orang
berkeringat.
“Sudah kubilang… Apa hanya segini
kemampuanmu—“
Tanpa kusadari, aku mengatakan hal
tersebut. mengatakannya selagi menahan perasaanku yang bahkan aku sendiri tidak
mengerti apa yang kurasakan. Senang, marah, bingung, semuanya bercampur menjadi
satu. Namun, entah untuk alasan apa, aku tetap memilih untuk tersenyum lebar
dihadapannya—
”—Bandit Sialan!”