Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Sunday, January 29, 2017

[Nusantara] Chapter 31 - Rio Vs Kruzgar IV



Chapter 31 – Rio Vs Kruzgar IV

[1st Person Point of View – Rio As Center Point]

Sejujurnya gua sendiri gak yakin apa yang akan terjadi jika gua harus menahan serangan api yang ia lakukan beberapa saat yang lalu.

Sangat Panas.

Setidaknya hanya kedua kata itulah yang mewakili apa yang gua pikirkan sesaat menerima serangan tersebut secara langsung.

Selain itu, jika bukan karena kemampuan Skill Up yang dialokasikan seluruhnya kepada Pertahanan, entah apa yang akan terjadi kepada badan gua. Mungkin gua akan mendapat luka bakar. Keadaan yang terparah adalah tubuh gua hangus tak tersisa. Mungkin.

 “Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”

Walaupun gua berusaha untuk memprovokasi bandit sialan itu, dibagian hati gua yang terdalam, gua ingin segera pergi dari hutan sialan ini. Entah apa yang akan terjadi sama gua seandainya bandit itu benar-benar serius untuk membunuh gua. Tunggu dulu, mungkin sejak pertama dia menyerang gua dengan pedang apinya itu, dia sudah berniat untuk membunuh gua. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya untuk apa juga gua memprovokasi dia?

Jangan bilang… sebenarnya gua itu bodoh? Nggak, nggak mungkin, haha… nggak mungkin gua bodoh… iya kan?

Lupakan soal itu, apa dia sudah gila? Membakar hutan dengan santainya seperti itu. Oi oi oi bandit sialan! Diluar sana… lebih tepatnya didunia gua berasal, banyak orang yang mencari udara sejuk dari hutan, sedangkan disini lu… lu dengan santainya membakar hutan… jangan bercanda, Sialan! Kalau kayak gitu terus, gua juga bisa-bisa kena pasal tentang illegal logging tau gak sih!

            Hmm? Tanahnya bergetar? A-ada apa ini? Gempa? Ha… haaah?!

            Tu-tunggu dulu! Apa mata gua gak salah lihat nih? Itu orang nginjek tanah aja, tanahnya yang hancur, lu kira lu Lulung apa oi!

            Jangan bilang, itu orang mau langsung menuju kearah gua apa? Jangan bercanda! Ta-tahan dulu! Gua gak yakin kalo gua masih bisa selamat dari serangan itu orang.

            [Tuan tenang saja, percaya dengan kemampuan bertahan Tuan]

            Ini buku sialan, dari tadi lu kemana aja! Giliran gua kesusahan lu gak ada, sial!

            Gua alihkan kedua bola mata ini secepat yang gua bisa namun, gua gak bisa menemukan si buku sialan dengan suara om-om genit—Nusa dimanapun. Sial, tidak ada waktu lagi buat gua mencari letak Nusa, yang harus gua pikirkan sekarang adalah gimana caranya agar gua bisa menghindari serangan dari bandit sialan itu.

            “Ap—!”

            Sial, apa-apaan dengan gerakannya itu, gak ada waktu buat gua menghindari serangan seperti itu. Terlebih lagi,

            Pedang! Oi oi oi! Lu serius gua bisa menahan pedang?! Maksud gua dengan tangan kosong?

            Sesaat pedang itu akan mengenai tubuh gua, secara spontan gua memejamkan mata gua selagi berharap agar serangannya itu meleset. Gua sendiri gak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi disekitar gua namun, setidaknya gua bisa merasakan jika tangan, kaki, perut, dada, bahkan leher gua disentuh oleh sesuatu dan itu terasa sangat… geli.

            Jangan bilang pedang yang dipegangnya adalah mainan?! Tapi lebih baik gua membuka mata gua secara perlahan-lahan.

            Selagi gua membuka kelopak mata gua secara perlahan-lahan, gua bisa mendengar suara batang pohon seakan-akan terkena sesuatu yang kuat. Tidak hanya itu, gua merasakan angin semilir dan sejuk menerpa tubuh gua sejak beberapa saat yang lalu.

            “Apa segitu saja kemampuanmu, Bocah!”

            Haaah?! Ini orang ngomong apa?! “Apa segitu saja kemampuanmu”? Jangan bercanda! Harusnya gua yang ngomong gitu!

            Ini orang mikir gak sih?! Yang tadi itu lu sebut dengan “Serangan”?! Bahkan Cuma kerasa geli-geli doang buat gua.

“…”

Gi-gimana ini?! mukanya udah bangga banget lagi! Apa gua harus pura-pura kesakitan gitu?! Nggak, gak mau gua pura-pura kesakitan. Lagi pula, buat apa juga gua mikir kayak begitu?

“Sangat mengecewakan!”

Muka lu Semvak ”Sangat Mengecewakan”!

Emangnya lu pikir lu siapa, hah?! Seenaknya bilang kayak gitu! Lagi pula, serangannya tadi juga apa-apaan coba?! Geli doang yang kerasa!

“Benar sekali! Sangat mengecewakan… apa cuma segitu saja kemampuanmu, Bandit Sialan?!”

Hehem~ ba-bagaimana? Gua jamin lu kesel kan gua balikin ucapan lu seutuhnya.

Sejujurnya, saat ini keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuh gua. Kaki gua juga sudah gemetar sejak beberapa saat yang lalu. terlebih lagi, gua mau kencing.

Tu-tunggu sebentar, apa-apaan dengan tatapannya itu. Oi oi oi! Gua masih normal loh. Gua paham gua jomblo tapi tetap saja gua gak akan tertarik sama lu, Bandit Sialan!

Selagi gua memperhatikan gerak-gerik dari bandit didepan gua, suara angin berhembus melewati sela-sela pepohonan yang telah hancur terdengar sangat halus di telinga gua.

[Tuan! Jika Tuan membutuhkan sesuatu dari saya, Tuan cukup berbicara saja dengan suara pelan]

“Berisik lu! Sekarang lu dimana sialan?!”

Sejujurnya gua sangat kesal terhadap buku sialan ini, bukannya membantu, dia malah bersembunyi ditempat yang aman sendirian.

[Saat ini saya berada 10 meter diatas Tuan]

Hah?! Diatas? Ah!

Sesaat setelah gua melirikkan mata kearah atas, disana gua melihat sebuah buku berwarna biru kusam sedang melayang dengan tenangnya disekitar pepohonan.

Sial! Enak sekali dia bersantai ditempat seperti itu. Ah iya benar juga,

“Oi, sebenarnya seberapa kuat pertahanan yang lu kasih ke gua?”

[Menurut dugaan saya, itu cukup untuk menahan 3 buah ledakan nuklir Tuan]

Oi! Jangan seenaknya mengatakan hal tersebut jika hanya sebuah dugaan!

Tapi 3 buah nuklir, kah? Kok gua berasa jadi kecoa ya? Haaa~ lupakan soal itu, sekarang gua harus gimana nih? Itu bandit juga cuma ngeliatin gua terus dari tadi, jangan bilang dia hobi kearah situ lagi?!

Tapi jika diperhatikan lagi, hebat juga ya baju daleman gua bahkan gak robek sama sekali. Apa mungkin senjatanya itu beneran mainan ya?

“Bocah! Kukira kau sudah mati?!”

            “Jangan Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”

            Lu pikir, lu doang yang mengira kalau gua sudah mati hah?! Gua juga sempet berpikiran hal yang sama, Sialan!

Tanahnya… bergetar lagi? Oi oi oi! Jangan bilang sekali lagi dia mau meluncur kearah gua?!

Hilang?!

Bukan, bukan menghilang hanya saja, terlalu cepat buat mata gua melihat pergerakannya! Tapi dilihat dari arah tebasannya,

Dia mengarah kaki kanan gua?!

Sesaat gua berpikir mengenai hal tersebut, bandit sialan itu telah melewati tubuh gua dan tentu saja untuk kesekian kalinya gua tebasan pedangnya dan kali ini dengan mata terbuka lebar. Namun satu hal yang dapat kupastikan,

Tebasan pedangnya… cuma geli-geli doang. Gak kerasa sakit sama sekali?!

“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa, Hah?!”

“Ap—?!”

Kaget! Mukanya keliatan kaget tuh hahaha… rasain!

“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik sekali bocah!”

“Menarik, menarik saja dari tadi, berisik sialan!”

Ini orang otaknya masih waras gak sih? Capek gua dengernya, berisik!

Ah gawat, gua mau nguap lagi. Kalo itu orang liat gua nguap, otaknya bisa-bisa tambah miring.

“Baiklah kalau itu maumu, Sialan! Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”

Tuh kan! Gua bilang juga apa?! Ini orang otaknya emang udah geser kali ya?!

“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’, gitu?!”

“Bocah!”

Dari tadi itu orang bilang “bocah… bocah…” aja, kalo dari pandangan gua sih kayaknya yang bocah itu dia! Gak sadar kali ya?!

Uwah?! Gawat, entah kenapa kayaknya dia beneran serius dah ini?! urat diototnya aja sampai keluar semua begitu. Ditambah lagi, senyum-senyum gak jelas gitu, wah kacau, otaknya miring beneran ini mah!

“Ha!”

Sekali lagi, bandit sialan itu meluncur kearah gua. Kali ini kecepatannya bukanlah sebuah hal yang dapat dianggap enteng. Gua sendiri bahkan sudah tidak dapat mengikuti gerakannya lagi. Namun satu hal yang pasti, dia menuju langsung kearah gua.

“Haaaa~!”

“…”

Ap—? Oi! Jangan bercanda! Serangannya memang Cuma terasa geli namun… kenapa gua bisa melihat tanahnya seakan-akan bergerak sangat cepat melewati gua?! Seakan-akan… gua lah yang terpental dengan kecepatan tinggi?

Gua sendiri bahkan tidak dapat mendengar suara dari pohon yang hancur setelah terkena punggung gua. Tidak salah lagi, gua memang terpental akibat serangannya.

Setelah gua mengerti apa yang sebenarnya terjadi, gua melihat sebuah lingkaran sihir kecil berwarna merah menyala terbentuk tepat dihadapannya dan lidah api seakan-akan melahap tubuh dari bandit sialan itu.

“Ada apa dengan lingkaran sihir itu?!”

[Ah, itu adalah mantera [Firo Assets] Tuan]

Ini buku, ngomong tiba-tiba mulu!

“Lu bantu gua kenapa?! Ditambah lagi, ngapain lu ngikutin gua yang kepental hah?!”

[Ah! Soal itu, karena jika saya terpisah sejauh 1 kilometer dari Tuan, maka Tuan akan mati]

Dia bilang “Ah!”, jangan bercanda! Beritahu itu dari awal kenapa! Jangan anggap enteng nyawa orang oi!

“Sebenernya itu buat apa?”

[Tuan tenang saja, itu hanyalah sebuah mantera bertipe [Support], dengan kata lain tidak aka nada pengaruhnya dengan Tuan]

“Serius lu?”

[Serius]

Kenapa setiap dia bilang serius, gua merasakan sesuatu kalo dia itu lagi nipu gua? Gua harap itu cuma perasaan gua aja

Selagi gua berdebat mengenai hal yang tidak penting, entah mengapa gua kehilangan pandangan dari bandit sialan itu. Mungkin karena gua sudah terpental cukup jauh jadi gua gak bisa melihat bayangannya lagi. Baguslah kalau begitu, gua bisa pergi dari hutan ini.

Hmm? Tunggu sebentar, sebenarnya untuk apa gua kehutan ini dan melawan bandit-bandit sialan itu? Bukannya itu semua untuk mengambil kembali tas gua?! Sekarang tasnya ada dimana? Tasnya kan ada di deket jaket gua… kenapa gua sampe lupa! Mana sekarang gua cuma pake celana basket tanpa sempak lagi. Dingin!

Selagi gua terkejut akan kebodohan gua, gua merasakan sesuatu dari balik punggung gua. Sebelum gua sempat untuk memastikannya, gua saat ini telah terpental keudara setelah sesuatu mengenai punggung gua.

Ti-tinggi amat?! Si-siapa saja, tolong gua!

“Argh!”

Dia lagi?! Seriusan?

            “Haaa~!”

Oi oi oi! Sekarang dia mau menusuk dada gua pakai pedang mainan?! Seriusan nih! Otaknya udah miring kali ya? Lagi-lagi senyum! Ini orang bikin gua ngeri, seriusan takut gua dalam berbagai macam hal, gua takut!

Selagi bulu kuduk gua merinding melihat senyuman bandit sialan itu, entah apa yang terjadi namun, sejumlah api mulai berkumpul diujung pedang mainannya. Dan sesaat api itu sudah semakin pekat, ia meneriakkan….

[Phyro Explosion]

Entahlah apa yang ia teriakkan namun disekeliling gua mendadak menjadi sangat bising. Namun disatu sisi, gua tidak dapat menutup telinga karena tekanan angin yang sangat kuat menerpa seluruh tubuh gua, gua juga tidak begitu yakin. Satu hal yang pasti, udara disekitar gua jadi sangat panas. Panas sekali.

Tak lama setelah kebisingan itu menghilang selama beberapa detik, sebuah ledakan besar terjadi tepat didepan dada gua. Jujur saja gua sangat terkejut melihat hal tersebut. bagaikan saat lu sedang menaiki sebuah roller coaster yang pada awalnya lu merasa takut namun seketika kecepatannya bertambah, lu akan tersenyum tanpa lu sadari. Setidaknya itulah yang terjadi kepada gua saat ini. tersenyum tanpa alasan yang jelas.

Selain itu, udara disekitar gua saat ini sangat panas. Seriusan, bandit sialan itu paham betul untuk membuat orang berkeringat.

“Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

Tanpa kusadari, aku mengatakan hal tersebut. mengatakannya selagi menahan perasaanku yang bahkan aku sendiri tidak mengerti apa yang kurasakan. Senang, marah, bingung, semuanya bercampur menjadi satu. Namun, entah untuk alasan apa, aku tetap memilih untuk tersenyum lebar dihadapannya—

”—Bandit Sialan!”

Sunday, January 22, 2017

[Nusantara] Chapter 30 - Rio Vs Kruzgar III



Chapter 30 – Rio Vs Kruzgar III

[1st Person Point of View – Rey As Center Point]

            Zep—

Kebisingan yang terbuat dari udara yang terkompresi terjadi beberapa detik dan tidak lama setelah itu,

—Dhuar!

     Sebuah ledakan besar terjadi disekelilingku dengan radius 1 km, lebih tepatnya terjadi dihadapanku dan tentu saja akulah yang menyebabkannya. Berkat mantera [Firo Assets] akupun terhindar dari dampak ledakan yang diciptakan oleh mantera [Phyro Explosion].

            Kali ini, tamatlah riwayatmu, Bo—

            “—Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

          Dihadapanku, sebuah senyuman sinis nan licik terpantul secara langsung dimataku. Senyuman yang seakan-akan mengejek dan menolak keberadaanku. Senyuman yang cukup untuk memprovokasi iblis sekalipun, ditunjukkannya untuk merendahkanku.

            ”—Bandit Sialan!”

            Bocah ini !

            Sebelum aku menyadarinya, mulutku tersenyum lebar melihat gelagat bocah dihadapanku ini. walaupun ia berada pada kondisi yang tidak menguntungkan, bagaimana mungkin ia masih dapat menunjukkan ekspresi memprovokasi seperti itu. Tidak mungkin, aku belum pernah melihat orang segila dan senekat dia. Harus kuakui sekali lagi, Bocah sialan ini benar-benar mempunyai nyali yang besar.

            Ditengah ledakan besar yang dihasilkan oleh kemampuanku ini, lupakan masalah ekpresinya yang berusaha memprovokasiku, jika diperhatikan sekali lagi tidak sedikitpun seranganku melukai tubuhnya. Bahkan aku tidak melihat sedikitpun goresan luka ditubuhnya.

            Sebenarnya seberapa besar kemampuan bertahan Bocah Sialan ini?

          Setidaknya hanya kalimat itulah yang terngiang di pikiranku saat ini. Kombinasi serangan yang kulancarkan kepada bocah ini tidak lebih dari 5 menit berlalu dan jika dilihat dari kerusakan disekitar hutan tempat kami sekarang, aku sangat yakin setiap serangan demi serangan memiliki dampak kerusakan yang sangat besar. Namun, tidak sedikitpun luka gores tampak ditubuhnya. Hanya dengan melihat hal ini aku dapat menyimpulkan jika Bocah Sialan ini adalah seorang spesialis bertahan.

            Berselang beberapa detik sejak Bocah Sialan itu memprovokasiku, api yang sangat panas mulai membentuk pusaran angin tepat dibagian dada bocah sialan itu. Pusaran angin yang terbuat dari api ini secara perlahan mulai mengendap disatu titik dan membentuk lingkaran tipis setebal 2cm.

            Kau pikir serangan yang tadi adalah serangan sesungguhnya? Jika kau berpikir seperti itu, disaat itulah kau telah kalah Bocah!

            Selagi aku menyeringai menunjukkan gigi taring yang kubanggakan kepada Bocah yang terjun bebas dari ketinggian beberapa puluh kilometer ini, sekali lagi kupastikan kemenanganku. Lingkaran tipis yang berkumpul didepan dadanya adalah wujud sejati dari seranganku, [Phyro Explosion].

            Gumpalan lingkaran tipis tersebut bagaikan sebuah bom berbentuk bor tipis yang akan meledak seketika api yang dihasilkan dari ledakan pertama [Phyro Explosion] berkumpul seluruhnya dibagian pusat lingkaran. Ledakan kedua dari kemampuan ini 3 hingga 5 kali lebih kuat dari ledakan pertama. Dengan kata lain….

            Ledakan pertama hanyalah umpan untuk mengukur seberapa tangguh pertahanan yang dimiliki oleh musuh. Selain itu, pertarungan sudah berakhir seketika ujung pedangku menyentuh tubuhnya dan sesaat aku mengaktifkan kemampuan [Phyro Explosion] untuk kedua kalinya, disaat itulah—

            “—Kekalahanmu, Bocah!”

            “Hee~ begitu, kah ?!”

            Sepertinya bocah sialan ini sangat mempercayai kemampuan bertahannya. Namun, kepercayaan dirinya itulah yang akan mengakhiri hidupnya.

            Oh Api yang menyelimuti lembah tak berujung dipadang Helvanya… bawalah petaka hilangkan anugerah… tunjukkanlah kemarahanmu…

            Kurang dari beberapa detik setelah aku menyelesaikan Mantera untuk menggunakan kemampuan tingkat kedua dari [Phyro Explosion], api yang berkumpul didepan dada bocah sialan itu mulai menggumpal dan secara perlahan berubah menjadi berbentuk spiral….

            “Kaha! Rasakanlah wujud sesungguhnya dari seranganku ini—”

[Helvanya Phyro Explosion]

Seketika aku menutup mantera tersebut dengan menyebutkan wujud asli dari kemampuan [Phyro Explosion], spiral api yang terus membidik jantung dari bocah itu mulai berputar secara perlahan-lahan. Semakin lama putarannya semakin kencang.

Kuhahahahaha… bocah sialan itu akhirnya menunjukkan ekspresi terkejut. Tapi sayang—

            “—Inilah akhir dari keangkuhanmu, Bocah!”

            Layaknya seekor rusa yang terjebak diantara kedua tombak, bocah itu berusaha untuk menyingkirkan spiral api didepan dadanya. Dilihat dari ekspresinya, dapat kukatakan jika bocah itu saat ini merasa terpojok. Walaupun aku tahu jika ujung pohon lancip yang berada dibelakangnya itu tidak akan membuatnya terluka sedikitpun namun hal ini bagus untuk mengalihkan perhatiannya karena untuk mengaktifkan kemampuan [Helvanya] ini dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi.

            Tombak spiral yang terbuat dari lidah api yang diciptakan oleh kemampuan [Phyro Explosion] semakin lama semakin membesar dan juga putarannya semakin cepat. Hanya dengan melihatnya saja, aku yakin kemampuanku ini dapat membuat lubang besar dipermukaan gunung.

            Namun, entah kenapa aku merasa kemampuan yang kubanggakan ini tidak cukup untuk mengalahkan bocah ini. walaupun firasat yang kurasakan ini tidak berdasar tapi disatu titik tertentu aku merasakan sedikit kegelisahan.

            Apa mungkin karena senyumannya yang telah memprovokasiku atau…

            Tidak, aku harus percaya dengan kemampuanku sendiri. Setidaknya kemampuan inilah yang membuatku dijuluki sebagai—Fleary Bandit.

            Tapi dilihat darimanapun, kali ini bocah itu tidak diragukan lagi akan tamat riwayatnya. Lebih baik aku mengantarkan kepergiannya dengan senyuman. Senyuman yang menunjukkan keserakahan dari seorang bandit. Senyuman yang akan membuatnya terus mengingat hari dimana kepercayaan dirinya hancur. Hari dimana sekali lagi namaku, Ray Kruzgar membuat sejarahnya.

            “Selamat Tinggal, Bocah!”

            Bersamaan dengan ucapanku, Tombak spiral yang terus berputar didadanya semakin kencang dan juga semakin besar. Menghanguskan semua yang berada pada jangkauan lidah apinya. Mendorong dan berfokus menyerang pada satu titik yang sudah menjadi incarannya, Jantung dari bocah sialan itu. Dibelakang putarannya tercipta pusaran api yang sangat besar dan juga panas. Cuaca disekitar daerah inipun seketika menjadi cerah karena seluruh awan terhempas oleh dahsyatnya putaran tombak spiral api—[Helvanya Phyro Explosion].

            Bagaikan sebuah iblis yang akan menjatuhkan malaikat menuju daratan, bocah itu terdorong sangat cepat menuju kepermukaan tanah disekitar hutan [Skyp]. Tubuhnya terdorong dengan sangat cepat bagaikan sebuah batu yang dilempar sekuat tenaga.

           Getaran kencang dan juga suara keras tercipta seketika bocah itu menyentuh daratan. Tidak selesai disitu, tombak spiral itu terus berputar tanpa henti membuat sebuah lubang besar yang tercipta secara perlahan akibat tekanan dari kemampuan ini.

            Tidak lebih dari beberapa menit, sebuah cekungan yang sangat dalam tercipta disekitar permukaan hutan [Skyp]. Cekungan yang tercipta akibat permukaan tanah yang terkikis oleh tekanan dari [Helvanya] ini secara perlahan-lahan mulai menghitam. Beberapa batu yang tidak kuat akan hawa panasnya mulai terlihat seakan-akan melebur dan berubah menjadi material panas.

            Senyap.

            Sesaat tombak api itu selesai berputar, lidah api mulai berubah dan berpencar menjadi setipis kabut. Kabut itu secara perlahan-lahan mulai menyelimuti tubuh bocah sialan itu. Uap panas terdengar berdesis dari arahnya. Tidak aneh jika saat ini ia sudah hangus terbakar dan juga dibagian dada kirinya terdapat lubang yang sangat besar. Tunggu, mungkin saja disitu tidak ada lubang karena tubuhnya sudah berubah menjadi abu. Tapi apapun yang terjadi, hanyalah akhir yang mengenaskan yang menanti bocah sialan itu.


            Tidak lama setelah seluruh kabut api itu menyelimuti seluruh permukaan tubuh bocah itu, suara ledakan dahsyat terjadi tepat disekitar tubuh bocah sialan itu. Ledakan itulah yang mengakhiri seluruh rangkaian serangan dari kemampuanku—[Helvanya Phyro Explosion] dan juga nyawa dari bocah sialan yang bahkan aku sendiri tidak tahu namanya.

Sunday, January 15, 2017

[Nusantara] Chapter 29 – Rio Vs Kruzgar II



Chapter 29 – Rio Vs Kruzgar II

[1st Person Point of View – Rey As Center Point]

            “Hou~”

            Bocah ini! Kuhahaha… kupikir dia sudah mati hanya karena serangan lemah seperti itu.

            Selagi aku memperhatikan bocah dihadapanku, suara angin berhembus melewati sela-sela pepohonan yang telah hancur terdengar halus.

            Tidak satupun dari kami berdua memalingkan pandangan kami. Mungkin terdengar aneh tapi aku merasakan aura disekitar bocah sialan itu telah berubah. tubuhnya yang gemetar beberapa saat yang lalu, kini telah berhenti… terlebih lagi, postur berdirinya saat ini terlihat sangat tegak.

            Tunggu! Tubuhnya… tidak terluka sama sekali?! Ba-bagaimana bisa?

            Diselang kesunyian yang telah berlangsung beberapa detik ini, aku menyadari bahwa seluruh tebasan ringanku tidak berdampak sedikitpun kepadanya. Lupakan masalah meninggalkan luka atau tidak, baju yang ia kenakan saat ini bahkan tidak robek sedikitpun.

            Mungkinkah ia menghindari seluruh seranganku? Sejujurnya akupun tidak memiliki kepastian akan hal itu. Alasannya satu dan sangat mudah untuk kumengerti, itu karena… seketika aku menebasnya, aku dengan jelas merasakan pedangku menyayat daging tubuhnya. Untukku yang telah menebas dan menghabisi nyawa seseorang ratusan bahkan ribuan kali hampir tidak mungkin aku salah mengira akan sensasi yang kurasakan ini.

            Sebenarnya apa yang terjadi? Untuk bocah ingusan sepertinya bisa menghindari… menahan seranganku dengan tubuhnya adalah hal yang hampir mendekati mustahil. Lupakan jika ia memiliki tubuh kekar dan berotot ataupun dapat menggunakan [Herculean Bless], hal itu masih dapat aku terima namun, jelas sekali saat ini aku sama sekali tidak merasakan aliran [Mana] darinya.

            “Bocah! Kukira kau sudah mati?!”

            “Jangan Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”

            Seperti biasanya, perkataan yang keluar dari mulutnya tidak berubah sedikitpun. Angkuh dan juga memprovokasi namun tetap terlihat santai… atau mungkin mencoba untuk terlihat santai? Apapun itu, sepertinya aku masih dapat berharap lebih darinya.

            Grek!

            Memikirkan hal yang bahkan tak kupahami itu percuma saja, lebih baik aku mengujinya sekali lagi untuk memastikan dugaanku.

            Kretak! Zraaash!

            Sekali lagi aku meluncur kearah bocah sialan itu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Kutebas tangan kirinya. Tanpa melihat keadaannya, aku segera menjadikan pohon dibelakang bocah itu sebagai tumpuanku untuk meluncur lebih cepat lagi. Kali ini, aku menebasnya dibagian kaki kanannya. Dengan begini, seharusnya ia kehilangan keseimbangannya. Kuulangi seranganku berkali-kali. Menebas lalu mencari tumpuan baru untuk meningkatkan kecepatanku. Kutebas tangan kanan, perut, dada, lambung, ulu hati, kaki kiri, tangan kanan, ubun-ubun, punggung, bahkan lehernya. Kali ini akan kupastikan bahwa aku benar-benar telah mencincang habis bocah sialan ini. berulang kali kurasakan sensasi daging manusia tertebas oleh pedang kesayanganku.

Pedang yang kudapatkan sesaat sebelum aku menjadi salah satu raja bandit gunung setelah menghabisi salah seorang petualang yang memiliki tingkat kemampuan [Ace]—Krivyara Strazy sang [Phyro Clasher].

Kalau dipikir-pikir lagi, saat itu posisi aku dan Strazy tidak jauh berbeda dengan posisiku saat ini. hanya saja pada saat itu akulah yang berada diposisi bocah sialan ini  dan Strazy yang berada diposisiku sekarang. Mengingatnya saja membuat tubuhku merinding karena sensasi sengit waktu itu.

Asap dari pasir yang terbawa oleh angin akibat gerakanku mulai menghilang terbawa angin sejuk yang sejak tadi melewati wilayah ini.

Selain itu, aku sudah memastikan bahwa sensasi daging yang kutebas adalah miliknya. Searang aku hanya perlu menunggu pasir ini menghilang dan melihat apa yang terjadi dengan tubuh bocah itu. Akankah ia mati dengan tubuh yang telah hancur atau mungkin dengan santainya ia berdiri seperti beberapa saat yang lalu?

“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa, Hah?!”

“Ap—?!”

Bo-bocah ini! Ku…

“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik sekali bocah!”

“Menarik, menarik saja dari tadi, berisik sialan!”

Diluar dugaan, ada apa dengan bocah sialan ini? Lupakan masalah mati terkoyak atau berdiri santai seperti tadi, saat ini dia memasang muka yang seakan-akan ingin mengatakan “Apa-apaan dengan serangan tadi? Bahkan hanya bisa membuatku menguap saja”. Tidak salah lagi, bocah ini… pantas menjadi lawanku.

“Baiklah kalau itu maumu, Sialan! Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”

“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’, gitu?!”

“Bocah!”

Mendengar jawabannya membuat urat disekitar keningku terasa naik kepermukaan. Darahku mendidih. Dan tubuhku terasa dipenuhi oleh tenaga yang sudah lama tidak pernah kukeluarkan. Tidak salah lagi… aku benar-benar ingin menghancurkan ekspresinya itu.

Grep!

            Kali ini aku menggenggam gagang pedangku dengan sangat erat. Lebih erat dari sebelumya. Kupastikan agar pedang yang kupegang ini tidak terlepas saat aku mengayunkannya. Otot-otot dilengankupun terasa lebih keras dari sebelumnya. Kugernyitkan gigiku yang terus menyeringai karena sensasi ini. tidak perlu dipikirkan lagi, aku paham kalau diriku ini adalah seorang maniak dalam bertarung. Mulutku yang terus menyeringai karena rasa senang adalah salah satu buktinya.

            “Ha!”

            Untuk yang kesekian kalinya aku meluncur secara langsung kearah bocah sialan itu. Kali ini aku mengayunkan pedangku dengan sangat kencang bukan dengan maksud untuk menebasnya, melainkan untuk membagi dua tubuhnya.

            Duagh!

“Haaaa~!”

“…”

Psiu!

            Namun apa yang terjadi dihadapanku bukanlah tubuh bocah itu yang terbagi dua melainkan, tubuhnyalah yang terpental jauh beberapa puluh meter dan masih terus bertambah dengan kecepatan yang bahkan menyamai motor yang melaju dengan kecepatan 150 km/jam. Hanya dengan melihat hal ini aku yakin jika beberapa tulang rusuknya patah karena seranganku ini.

            Tidak berdiam diri ditempatku berada, aku segera merapalkan salah satu kemampuanku,

            “[Firo Assets]”

            Sebelum aku menyadarinya, seluruh tubuhku mengeluarkan api berwarna merah panas yang seakan-akan mencoba untuk melahap tubuhku namun, seiring dengan berjalannya waktu, api tersebut berubah bentuk menjadi 4 buah gelang berwarna merah menyala yang mengitari seluruh pergelangan tangan dan kakiku.

            [Firo Assets] sendiri adalah salah satu kemampuan bertipe [Support] yang dapat digunakan oleh [Firo User]. Kemampuan ini sendiri dapat menggandakan kecepatan dan kekuatan dari penggunanya. Selain itu, kemampuan ini juga dapat meningkatkan ketajaman dari suatu senjata dan dapat meningkatkan ketahanan akan serangan bertipe api. Kelebihan lainnya adalah kemampuan ini hanya menggunakan sedikit [Mana] dan dapat aktif selama 20 hingga 30 menit. Benar-benar kemampuan yang sangat berguna, bukan?

            Tidak menyia-nyiakan waktuku, aku segera melesat kearah belakang bocah yang sedang terpental itu dan kali ini aku menebas punggungnya lalu kuarahkan keudara. Tentu saja tanpa perlawanan, bocah itu terpental tinggi keangkasa akibat seranganku. Kukuatkan pijakanku ketanah, dan tanpa berpikir lama aku melompat dengan kecepatan tinggi untuk kembali menebas bocah itu. Kali ini sasaranku adalah kepalanya. Dengan begini sudah dapat dipastikan tulang punggungnya akan menderita luka yang fatal dan seranganku dikepala akan menyebabkannya kehilangan kesadaran. Ditambah lagi jika kuarahkan dia kesalah satu pucuk pohon besar dari ketinggian ini dapat kupastikan tubuhnya akan berlubang oleh pohon tersebut.

            Dhuag! Psiu! …Zreeep!

            “Argh!”

            “Haaa~!”

            Tanpa menunggu lama, aku segera mengarahkan pedangku ketubuhnya yang sedang terjun bebas menuju pucuk pohon runcing itu berada. Selagi aku tersenyum lebar, kuhunuskan pedangku tepat didadanya. Dengan serangan ini akan kupastikan ia tidak lagi dapat mengeluarkan ekspresi menyebalkannya itu.

            [Phyro Explosion]

            Untuk memastikan kemenanganku, kuteriakkan salah satu mantra penghancur yang kumilikki. Kumasukkan mantera tersebut kedalam [Magic Sword – Phyro Elemental] dan seketika tubuh bocah sialan itu tertembus oleh batang pohon runcing dibelakangnya, pedangkupun ikut menembus dadanya secara bersamaan dan,

            Zep—

Kebisingan yang terbuat dari udara yang terkompresi terjadi beberapa detik dan tidak lama setelah itu,

—Dhuar!

            Sebuah ledakan besar terjadi disekelilingku dengan radius 1 km, lebih tepatnya terjadi dihadapanku dan tentu saja akulah yang menyebabkannya. Berkat mantera [Firo Assets] akupun terhindar dari dampak ledakan yang diciptakan oleh mantera [Phyro Explosion].

            Kali ini, tamatlah riwayatmu, Bo—

            “—Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

            Dihadapanku, sebuah senyuman sinis nan licik terpantul secara langsung dimataku. Senyuman yang seakan-akan mengejek dan menolak keberadaanku. Senyuman yang cukup untuk memprovokasi iblis sekalipun, ditunjukkannya untuk merendahkanku.

            ”—Bandit Sialan!”

            

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close