Sunday, January 22, 2017

[Nusantara] Chapter 30 - Rio Vs Kruzgar III



Chapter 30 – Rio Vs Kruzgar III

[1st Person Point of View – Rey As Center Point]

            Zep—

Kebisingan yang terbuat dari udara yang terkompresi terjadi beberapa detik dan tidak lama setelah itu,

—Dhuar!

     Sebuah ledakan besar terjadi disekelilingku dengan radius 1 km, lebih tepatnya terjadi dihadapanku dan tentu saja akulah yang menyebabkannya. Berkat mantera [Firo Assets] akupun terhindar dari dampak ledakan yang diciptakan oleh mantera [Phyro Explosion].

            Kali ini, tamatlah riwayatmu, Bo—

            “—Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

          Dihadapanku, sebuah senyuman sinis nan licik terpantul secara langsung dimataku. Senyuman yang seakan-akan mengejek dan menolak keberadaanku. Senyuman yang cukup untuk memprovokasi iblis sekalipun, ditunjukkannya untuk merendahkanku.

            ”—Bandit Sialan!”

            Bocah ini !

            Sebelum aku menyadarinya, mulutku tersenyum lebar melihat gelagat bocah dihadapanku ini. walaupun ia berada pada kondisi yang tidak menguntungkan, bagaimana mungkin ia masih dapat menunjukkan ekspresi memprovokasi seperti itu. Tidak mungkin, aku belum pernah melihat orang segila dan senekat dia. Harus kuakui sekali lagi, Bocah sialan ini benar-benar mempunyai nyali yang besar.

            Ditengah ledakan besar yang dihasilkan oleh kemampuanku ini, lupakan masalah ekpresinya yang berusaha memprovokasiku, jika diperhatikan sekali lagi tidak sedikitpun seranganku melukai tubuhnya. Bahkan aku tidak melihat sedikitpun goresan luka ditubuhnya.

            Sebenarnya seberapa besar kemampuan bertahan Bocah Sialan ini?

          Setidaknya hanya kalimat itulah yang terngiang di pikiranku saat ini. Kombinasi serangan yang kulancarkan kepada bocah ini tidak lebih dari 5 menit berlalu dan jika dilihat dari kerusakan disekitar hutan tempat kami sekarang, aku sangat yakin setiap serangan demi serangan memiliki dampak kerusakan yang sangat besar. Namun, tidak sedikitpun luka gores tampak ditubuhnya. Hanya dengan melihat hal ini aku dapat menyimpulkan jika Bocah Sialan ini adalah seorang spesialis bertahan.

            Berselang beberapa detik sejak Bocah Sialan itu memprovokasiku, api yang sangat panas mulai membentuk pusaran angin tepat dibagian dada bocah sialan itu. Pusaran angin yang terbuat dari api ini secara perlahan mulai mengendap disatu titik dan membentuk lingkaran tipis setebal 2cm.

            Kau pikir serangan yang tadi adalah serangan sesungguhnya? Jika kau berpikir seperti itu, disaat itulah kau telah kalah Bocah!

            Selagi aku menyeringai menunjukkan gigi taring yang kubanggakan kepada Bocah yang terjun bebas dari ketinggian beberapa puluh kilometer ini, sekali lagi kupastikan kemenanganku. Lingkaran tipis yang berkumpul didepan dadanya adalah wujud sejati dari seranganku, [Phyro Explosion].

            Gumpalan lingkaran tipis tersebut bagaikan sebuah bom berbentuk bor tipis yang akan meledak seketika api yang dihasilkan dari ledakan pertama [Phyro Explosion] berkumpul seluruhnya dibagian pusat lingkaran. Ledakan kedua dari kemampuan ini 3 hingga 5 kali lebih kuat dari ledakan pertama. Dengan kata lain….

            Ledakan pertama hanyalah umpan untuk mengukur seberapa tangguh pertahanan yang dimiliki oleh musuh. Selain itu, pertarungan sudah berakhir seketika ujung pedangku menyentuh tubuhnya dan sesaat aku mengaktifkan kemampuan [Phyro Explosion] untuk kedua kalinya, disaat itulah—

            “—Kekalahanmu, Bocah!”

            “Hee~ begitu, kah ?!”

            Sepertinya bocah sialan ini sangat mempercayai kemampuan bertahannya. Namun, kepercayaan dirinya itulah yang akan mengakhiri hidupnya.

            Oh Api yang menyelimuti lembah tak berujung dipadang Helvanya… bawalah petaka hilangkan anugerah… tunjukkanlah kemarahanmu…

            Kurang dari beberapa detik setelah aku menyelesaikan Mantera untuk menggunakan kemampuan tingkat kedua dari [Phyro Explosion], api yang berkumpul didepan dada bocah sialan itu mulai menggumpal dan secara perlahan berubah menjadi berbentuk spiral….

            “Kaha! Rasakanlah wujud sesungguhnya dari seranganku ini—”

[Helvanya Phyro Explosion]

Seketika aku menutup mantera tersebut dengan menyebutkan wujud asli dari kemampuan [Phyro Explosion], spiral api yang terus membidik jantung dari bocah itu mulai berputar secara perlahan-lahan. Semakin lama putarannya semakin kencang.

Kuhahahahaha… bocah sialan itu akhirnya menunjukkan ekspresi terkejut. Tapi sayang—

            “—Inilah akhir dari keangkuhanmu, Bocah!”

            Layaknya seekor rusa yang terjebak diantara kedua tombak, bocah itu berusaha untuk menyingkirkan spiral api didepan dadanya. Dilihat dari ekspresinya, dapat kukatakan jika bocah itu saat ini merasa terpojok. Walaupun aku tahu jika ujung pohon lancip yang berada dibelakangnya itu tidak akan membuatnya terluka sedikitpun namun hal ini bagus untuk mengalihkan perhatiannya karena untuk mengaktifkan kemampuan [Helvanya] ini dibutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi.

            Tombak spiral yang terbuat dari lidah api yang diciptakan oleh kemampuan [Phyro Explosion] semakin lama semakin membesar dan juga putarannya semakin cepat. Hanya dengan melihatnya saja, aku yakin kemampuanku ini dapat membuat lubang besar dipermukaan gunung.

            Namun, entah kenapa aku merasa kemampuan yang kubanggakan ini tidak cukup untuk mengalahkan bocah ini. walaupun firasat yang kurasakan ini tidak berdasar tapi disatu titik tertentu aku merasakan sedikit kegelisahan.

            Apa mungkin karena senyumannya yang telah memprovokasiku atau…

            Tidak, aku harus percaya dengan kemampuanku sendiri. Setidaknya kemampuan inilah yang membuatku dijuluki sebagai—Fleary Bandit.

            Tapi dilihat darimanapun, kali ini bocah itu tidak diragukan lagi akan tamat riwayatnya. Lebih baik aku mengantarkan kepergiannya dengan senyuman. Senyuman yang menunjukkan keserakahan dari seorang bandit. Senyuman yang akan membuatnya terus mengingat hari dimana kepercayaan dirinya hancur. Hari dimana sekali lagi namaku, Ray Kruzgar membuat sejarahnya.

            “Selamat Tinggal, Bocah!”

            Bersamaan dengan ucapanku, Tombak spiral yang terus berputar didadanya semakin kencang dan juga semakin besar. Menghanguskan semua yang berada pada jangkauan lidah apinya. Mendorong dan berfokus menyerang pada satu titik yang sudah menjadi incarannya, Jantung dari bocah sialan itu. Dibelakang putarannya tercipta pusaran api yang sangat besar dan juga panas. Cuaca disekitar daerah inipun seketika menjadi cerah karena seluruh awan terhempas oleh dahsyatnya putaran tombak spiral api—[Helvanya Phyro Explosion].

            Bagaikan sebuah iblis yang akan menjatuhkan malaikat menuju daratan, bocah itu terdorong sangat cepat menuju kepermukaan tanah disekitar hutan [Skyp]. Tubuhnya terdorong dengan sangat cepat bagaikan sebuah batu yang dilempar sekuat tenaga.

           Getaran kencang dan juga suara keras tercipta seketika bocah itu menyentuh daratan. Tidak selesai disitu, tombak spiral itu terus berputar tanpa henti membuat sebuah lubang besar yang tercipta secara perlahan akibat tekanan dari kemampuan ini.

            Tidak lebih dari beberapa menit, sebuah cekungan yang sangat dalam tercipta disekitar permukaan hutan [Skyp]. Cekungan yang tercipta akibat permukaan tanah yang terkikis oleh tekanan dari [Helvanya] ini secara perlahan-lahan mulai menghitam. Beberapa batu yang tidak kuat akan hawa panasnya mulai terlihat seakan-akan melebur dan berubah menjadi material panas.

            Senyap.

            Sesaat tombak api itu selesai berputar, lidah api mulai berubah dan berpencar menjadi setipis kabut. Kabut itu secara perlahan-lahan mulai menyelimuti tubuh bocah sialan itu. Uap panas terdengar berdesis dari arahnya. Tidak aneh jika saat ini ia sudah hangus terbakar dan juga dibagian dada kirinya terdapat lubang yang sangat besar. Tunggu, mungkin saja disitu tidak ada lubang karena tubuhnya sudah berubah menjadi abu. Tapi apapun yang terjadi, hanyalah akhir yang mengenaskan yang menanti bocah sialan itu.


            Tidak lama setelah seluruh kabut api itu menyelimuti seluruh permukaan tubuh bocah itu, suara ledakan dahsyat terjadi tepat disekitar tubuh bocah sialan itu. Ledakan itulah yang mengakhiri seluruh rangkaian serangan dari kemampuanku—[Helvanya Phyro Explosion] dan juga nyawa dari bocah sialan yang bahkan aku sendiri tidak tahu namanya.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close