Sunday, January 8, 2017

[Nusantara] Chapter 28 – Rio Vs Kruzgar I



Chapter 28 – Rio Vs Kruzgar I

[3rd Person Point of View – Rio As Center Point]

“Untung saja berhasil tepat waktu”

[Tuan! Apa Tuan yakin dengan pilihan Tuan?]

“Berisik! Setidaknya karena pilihan itu juga gua selamat, kan?”

Tapi, aku tidak mengira kalau orang itu dapat menggunakan sihir tipe api dengan skala luas seperti ini? Telat beberapa detik saja, Tamat gua!

Wilayah dimana Rio berada saat ini dikelilingi oleh lautan api yang terbuat dari pohon-pohon yang terbakar akibat terkena ledakan sihir berskala luas yang digunakan oleh Rey.

Awalnya, Rio tidak mengira jika Rey akan menggunakan kemampuan sihirnya diwilayah hutan namun ternyata perkiraan Rio meleset. Terlebih lagi, hanya dengan satu serangan saja dapat membuat seseorang hangus terbakar dan kehilangan nyawanya seketika.

“Oi! Sialan! Gara-gara lu, sekarang jadi panas, kan!”

“Kuhahahaha… bocah! Aku tidak mengira kau bisa hidup setelah terkena seranganku itu, hah!”

“Iya, normalnya orang pasti mati tahu kalau terkena serangan seperti itu?!”

Walaupun itu yang dikatakan oleh Rio, Rey justru berpikir kalau Rio lah yang tidak normal disini. Menghindari serangannya dengan tenangnya seakan-akan tidak terjadi apapun… terlebih lagi,

Baju… bahkan tubuhnya tidak terbakar sedikitpun? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh bocah itu? Jangan bilang… kalau bocah itu juga seorang [Magic User]! Menarik! Sangat menarik!

“Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”

Menatap bandit itu dengan perasaan kesal, Rio pun bersiap untuk melanjutkan pertarungannya dengan Rey.

***

[1st Person Point of View – Rey As Center Point]

Sudah lama aku tidak menemukan lawan yang menarik seperti ini. terakhir kali aku menemukan lawan seperti ini… hmmm? Kapan terakhir kalinya aku menemukan lawan yang punya keberanian tinggi seperti bocah sialan ini? Sudahlah, saat ini hal seperti itu tidak penting, yang terpenting….

“Oi! Sialan! Gara-gara lu, sekarang jadi panas, kan!”

“Kuhahahaha… bocah! Aku tidak mengira kau bisa hidup setelah terkena seranganku itu, hah!”

Lihat! Bocah sialan itu, walaupun ia hanya bisa menghindar sejak tadi dan terus berlari, namun pada akhirnya ia tetap berdiri dengan lagaknya yang sombong dan keras kepala dihadapanku, salah satu dari 7 raja bandit—Rey Kruzgar.

Terlebih lagi, apanya yang “Gara-gara lu, sekarang jadi panas, kan!”, hoi… hoi… hoi…, Bocah! Normalnya orang akan segera “pergi” sesaat terkena dampak dari tebasan [Magic Sword – Phyro Elemental] seandainya mereka selamat, tidak ada yang lebih santai dari dirimu, Bocah!

Menarik! Sangat Menarik! Walaupun seluruh tubuhnya gemetar ketakutan, ia tetap berdiri dan masih dapat memasang ekspresi menyebalkan seperti itu. Ekspresi itu… akan kuhancurkan ekspresi itu dengan tanganku ini, kuhahahaha!

“Iya, normalnya orang pasti mati tahu kalau terkena serangan seperti itu?!”

Normal, kah?! Kuhahahaha! Bocah ini Bicara apa? Apa dia sama sekali tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan?! Atau mungkin… Kuhahahaha! Tapi,

Baju… bahkan tubuhnya tidak terbakar sedikitpun? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh bocah itu? Jangan bilang… kalau bocah itu juga seorang [Magic User]! Menarik! Sangat menarik!

Tapi, jika seandainya ia adalah seorang [Magic User], mengapa ia tidak terluka sedikitpun? Bahkan seorang [Magic User] dengan tingkat kemampuan [Intermediate] pun akan merasakan tubuhnya terbakar jika terkena serangan tadi. Mungkinkah bocah ini adalah seorang [Magic User] dengan tingkat yang lebih tinggi dari [Intermediate]? Apapun itu, tidak masalah bagiku. Selama aku bisa menghilangkan… tidak, menghancurkan ekspresi menyebalkan itu dari wajahnya sudah lebih dari cukup. Tidak, justru sebaliknya… mungkin akan sangat menyenangkan jika aku membuat ia tidak dapat menunjukkan ekspresi menyebalkan itu lagi. Ekspresi yang seakan-akan ingin menghabisiku selagi menunjukkan tubuhnya yang penuh dengan celah itu.

Ups gawat… tanpa sadar aku tersenyum dengan sangat lebar. Bahkan… tanganku memegang gagang pedang dengan lebih erat dari sebelumnya. Tahan… tahan….

Tapi jika dipikirkan sekali lagi, hal yang membuat ia tidak terluka sedikitpun mungkin karena ia adalah seorang [Firo Elemental Magic User]. Dengan kata lain, sihir api adalah keahliannya. Jika begitu, tidak aneh jika ia tidak terluka oleh tebasan pedangku. Bagaimanapun, untuk seorang [Firo User] dengan tingkat kemampuan [Intermediate], serangan yang kulancarkan tadi bagaikan sebuah api kecil yang dapat dipadamkan oleh jari telunjuk dan ibu jari yang dipertemukan satu sama lain secara bersamaan.

Jika dugaanku ini benar, maka pertarungan ini akan bertambah menarik, kuhahaha!

Selain itu, matanya yang melihatku dengan tatapan meremehkannya itu benar-benar membuatku kesal. Mulutnya yang sejak tadi mengataiku “Sialan” itu, membuat ku ingin segera merobeknya.

Gawat! Gawat! Tanpa sadar aku sudah bersiap ingin segera menerjang kearahnya sekali lagi. Bukan berarti hal itu tidak bagus namun, jika aku melakukannya saat ini hanya akan membuatnya mati tanpa mengetahui penyebabnya. Jika itu terjadi pertarungan yang kuinginkan tidak akan terjadi.

Tunggu sebentar! Tapi apa yang akan terjadi seandainya ia dapat menghindari seranganku? Atau mungkin menahannya? Kuhahaha… dengan caranya tersendiri itupun menarik. Namun, tetap saja tidak cukup untuk memuaskan hasrat dan gairah bertarungku.

Haaa… untuk saat ini, lebih baik aku tidak memikirkan hal itu lebih jauh lagi. Bagaimanapun, jika ia tidak dapat menahan serangan pertamaku, semuanya hanya akan berakhir sia-sia. Kuharap bocah sialan ini tidak mengecewakanku.

Hmm? Apa yang dilakukan bocah itu? Mengangkat tangan kanannya selagi menghadapkan telapaknya kearah langit?

“Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”

Bocah sialan! Sampai kapan kau akan berlagak seperti itu, Hah?!

Krek… Zuuu~

Tanpa kusadari, aku telah menendang permukaan tanah dibelakangku dan segera melaju kearah bocah dengan pakaian yang sepertinya lebih ringan dibandingkan yang ia pakai sebelumnya.

Tanpa harus melihatnya, aku sudah mengetahui bahwa tanah yang menjadi tumpuanku untuk meluncur retak karena tekanan yang kuberikan. Mengapa aku mengetahui hal seperti itu? Jawabannya sudah jelas, karena suara yang tercipta oleh hentakan kakiku beberapa saat lalu dapat membuat pohon-pohon disekitarku bergetar dengan sangat kencang.

Kuayunkan pedang ditanganku dengan memberikan cukup tenaga yang dapat membelah sebuah batu berdiameter 10 meter hanya dengan satu tebasan saja.

Apakah bocah ini mampu menahannya? Akupun tidak tahu. Oleh karena itu aku ingin melihat sejauh apa kemampuannya. Jika ia mati hanya karena serangan seperti ini, tidak ada gunanya aku mengerahkan seluruh kemampuanku.

Zraaash! Sreeesh! Tep trep trep… Slaaaash!

Kuayunkan pedangku berkali-kali. Setiap kali aku menebasnya, dengan segera aku meubah arahku untuk melakukan serangan selanjutnya secara beruntun. Kuarahkan tebasan pedangku kepada tangan, kaki, perut, dada, bahkan lehernya. Sensasi daging tertebas tersampaikan secara langsung kepada tanganku.

Haaaa~ pada akhirnya, bocah sialan ini pun sama saja… aku bahkan belum mengeluarkan sepersepuluh dari kemampuan asliku. Mengecewakan! Sejujurnya sangat mengecewakan!

Selagi aku terus menebasnya tanpa henti, kuutarakan rasa kekecewaanku didalam benakku. Setelah sekian lama aku menunggu, lawan yang kupikir dapat mengisi kebosananku pada akhirnya tidak berbeda dengan manusia lainnya. Lemah, sombong, dan tidak menyenangkan.


“Apa segitu saja kemampuanmu, Bocah!”

“…”

Benar, kan! Bahkan saat ini aku tidak dapat mendengar suara angkuhnya lagi. Pada akhirnya, harapan hanya akan berakhir menjadi sebuah harapan belaka. Tanpa pernah bisa terkabul maupun dikabulkan.

Haaa~ mengecewakan!

“Sangat mengecewakan!”

“Benar sekali! Sangat mengecewakan… apa cuma segitu saja kemampuanmu, Bandit Sialan?!”


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close