Sunday, January 1, 2017

[Nusantara] Chapter 27 - Informasi III



Chapter 27 – Informasi III

[3rd Person Point of View – Jatmiko As Center Point]

            “Mas Poc sih! Pingsan lagi kan jadinya”

            “Iya maaf Mas Jat, ane juga kan gak tau kalau ini anak mau sadar”

            “…”

“U-uuu~”

            “Cong-cong sih!”

            Tidak lama berselang setelah anak perempuan berambut kuning lemon dengan telinga kelinci dan juga telinga lancip khas Elf terbangun, anak perempuan itu kembali pingsan setelah terkejut melihat muka dari Pocong yang hanya tersisa tulang belulang saja.

            Melihat keadaan anak perempuan yang kembali tidak sadarkan diri, membuat Jatmiko menghela napas dan melemparkan tatapan dingin kearah Pocong. Selain itu, walau Mbak Kun hanya terdiam namun tatapan dinginnya cukup untuk membuat tubuh Pocong merinding ketakutan. Disisi lain, Bocah gundul dengan celana hijau hanya menampilkan raut muka kebingungan dan adiknya, bocah gundul dengan celana merah menyalahkan sepenuhnya kepada Pocong.

            Kenapa jadi ane yang salah ya?! Lagi pula apa yang salah dengan muka ane yang tampan ini? …Hah?! Jangan bilang…

            “Dia pingsan karena terpeso—”

            Plak!

       Disaat Pocong sedang berspekulasi dengan imajinasinya sendiri, Jatmiko menjitak kepala Pocong dengan tangannya.

            “Aduh! Sakit tahu Mas Jat!”

            “Lu ngomong apa sih? Bukannya cari solusi malah ngomong ngelantur begitu!”

            “Ma—”

            Plak!

         Sesaat Pocong akan meminta maaf, kepalanya dijitak oleh Mbak Kun yang kesal dengan Pocong tanpa alasan yang jelas. Tentu saja disaat Jatmiko sedang menundukkan kepalanya dan tidak melihat apapun yang dilakukan oleh Mbak Kun.

            “Apa—hi!”

            “…”

            Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Pocong memilih untuk diam disaat ia mendapatkan tatapan menusuk dari Mbak Kun.

            Tch! Dasar wanita tua!

            Mengabaikan apa yang terjadi dengan Pocong, Jatmiko berusaha mencari cara untuk membangunkan kembali perempuan tersebut.

            “Oiii~”

            Plak… plak… plak…

            “…”

            Dipukul pelan pipi anak perempuan itu oleh Jatmiko, namun tidak ada respon sama sekali dari anak tersebut. diulanginya hal ini berkali-kali dan setelah beberapa menit, akhirnya usaha dari Jatmiko membuahkan hasil. Secara perlahan-lahan, anak perempuan itupun membuka matanya.

            “Hmm? …!!”

            “Te-tenang saja, ka-kami tidak mencurigakan kok…”

            Dilihat dari manapun jelas-jelas mencurigakan!

            Melihat anak perempuan itu membuka matanya lebar-lebar karena kaget membuat Jatmiko sedikit panik dan secara reflek mengatakan hal tersebut. Namun, sesaat ia mengatakan hal tersebut, hati dan pikirannya langsung menyanggah omongannya sendiri.

            Walau awalnya anak perempuan itu sedikit panik, namun secara perlahan-lahan ia kembali tenang setelah Mbak Kun menampilkan senyumannya dan memegang punggung anak perempuan bertubuh kecil itu.

            Sekarang bagaimana? Apa harus ane tanya langsung aja?

            Jatmiko terdiam sesaat selagi mempertimbangkan keadaan anak perempuan tersebut. Setelah memilih untuk mendiamkan anak perempuan itu beberapa saat, Jatmiko akhirnya melemparkan sebuah pertanyaan yang mengganjal dipikirannya,

            “Kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan hutan ini?”

            “! *Gemetar”

            Karena terkejut dengan pertanyaan yyang dilontarkan Jatmiko secara tiba-tiba kepadanya, anak perempuan itu hanya bisa gemetar ketakutan. Merasa kalau usahanya sia-sia, Jatmiko melemparkan tatapan kepada Mbak Kun.

            Ada apa ini? Kenapa Mas Jat menatapku seperti ini?

            Mendapatkan tatapan yang intens dari Jatmiko membuat dada Mbak Kun berdetak lebih kencang.

            Mbak Kun, tolong tanyakan kepadanya “Apa yang sebenarnya terjadi dihutan ini”?

            Menganggap kalau Mbak Kun mengerti maksud dari tatapannya, Jatmiko mulai mengedipkan matanya selagi menaik turunkan kepalanya dengan maksud agar Mbak Kun segera menyampaikan pertanyaan tersebut kepada anak perempuan itu.

            Mas Jat! Ke-kenapa tiba-tiba Mas Jat berkedip seperti itu kepadaku? Ga-gawat! Jantungku berdebar-debar!

            Tentu saja Mbak Kun yang salah mengartikan tatapan Jatmiko menjadi terdiam dan terus menatap Jatmiko. Tidak lama setelah itu, Mbak Kun membuang tatapannya karena malu.

            Eeeeh?! Kenapa malah mukanya merah?! A-apa ane salah ngomong?!

            Kebingungan dengan tindakan Mbak Kun yang tiba-tiba membuang mukanya membuat Jatmiko merasa bersalah tanpa alasan yang jelas. Tak lama setelah itu, seseorang memecahkan keheningan dan menanyakan pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh Jatmiko,

            “Apa yang sebenarnya terjadi dihutan ini?”

            “Nn?—!!!”

            Pocong! Kenapa lu bikin pingsan anak ini lagi?!

            Pocong dengan muka seramnya memberikan pertanyaan kepada anak perempuan itu sehingga membuatnya pingsan kembali.

            [10 menit kemudian]

            Entah bagaimana caranya, akhirnya Jatmiko berhasil membuat anak perempuan itu kembali sadar dari keadaan pingsannya dan berhasil menanyakan hal tersebut setelah mengikat pocong didekat pohon yang berada dibelakang anak perempuan itu selagi menutup mulutnya dengan baju dari salah satu bandit yang terbaring dengan pedangnya yang hancur tidak sadarkan diri didekat wilayah mereka berada.

            “!”

            Seakan-akan mengingat sesuatu, anak perempuan itu memeriksa keadaan tubuhnya dan menampilkan ekspresi terkejut karena ia tidak merasakan sakit sama sekali.

            Iapun meenggunakan tangannya untuk menulis sesuatu diatas tanah.

            Apa anak ini… tidak bisa bicara?

            Tidak lama berselang, Jatmiko melihat kalimat yang ditulis ditanah dengan Bahasa [Harya]. Kalimat itu bertuliskan ‘Terima kasih karena telah menyembuhkanku’. Selagi Jatmiko melihat tulisan itu, anak perempuan dihadapannya membungkukkan seakan-akan menunjukkan rasa terimakasihnya. Dapat terlihat air mata mengalir dari pipinya dan terjatuh ketanah. Muka anak perempuan yang menunjukkan perasaan lega karena merasa terselmatakan oleh Jatmiko, membuat Jatmiko merasa bersalah.

            Sepertinya, anak ini salah mengira kalau ane yang menyelamatkannya…

            Berpikir sejenak, Jatmiko akhirnya memutuskan untuk memberitahukan keadaan yang sebenarnya.

            “Ma-maaf sebenarnya…”

            Jatmikopun menjelaskan secara lengkap tentang keadaannya saat ini. Ia memberitahu jika bukan dirinya yang menyelamatkan anak itu dan kedua temannyalah yang telah membawa anak perempuan itu kepadanya. Selain itu mengenai alasan ia berada dihutan ini, tentu saja Jatmiko tidak lupa kalau ia menyembunyikan fakta jika ia tersasar di [Krein Skyp], dan sedang mencari petunjuk mengenai orang yang menghancurkan hutan ini serta kejadian tentang bandit yang sedang berada di wilyah ini.

            Mendengar kata bandit keluar dari mulut Jatmiko membuat tubuh anak itu gemetar ketakutan. Melihat hal ini Jatmiko mendapatkan suatu kesimpulan,

            Tujuan bandit-bandit itu adalah untuk menangkap anak ini… dan jika dilihat dari leher, kedua pergelangan tangan, dan kaki yang diborgol, anak ini pasti seorang budak yang sedang melarikan diri, kah?

            Tidak lama berselang setelah itu, anak perempuan itu menuliskan kalau ia lah yang telah menggunakan kemampuan [Enviro – Schrin (Bind)] untuk mengulur waktu namun rencananya gagal dan ia berakhir dengan keadaan babak belur sebelum kehilangan kesadarannya.

            Melihat apa yang dituliskan oleh anak perempuan tersebut membuat Jatmiko kesal dan marah kepada bandit-bandit tersebut dan berpikir untuk menghajar bandit-bandit tersebut. namun ia mengurungkan niatnya karena tidak melihat sedikitpun luka pada tubuh anak perempuan itu selain baju tipis yang terbuat dari kain lusuh berwarna coklat dengan sobekan dibeberapa bagian.

            “Lalu kalau bukan kamu yang menghancurkan hutan ini, apakah kamu mengetahui mengenai pemuda berambut ungu, dengan pakaian yang cukup aneh?”

            “!”

Mendengar ucapan Jatmiko membuat anak perempuan itu terkejut dan terdiam sesaat seakan-akan ia sedang mengingat sesuatu. Tidak lama berselang, hal selanjutnya yang dituliskan anak tersebut membuat Jatmiko semakin yakin dengan identitas pemuda tersebut.

Anak perempuan itu menuliskan ‘Aku tidak tahu siapa pemuda itu namun, orang itulah yang sudah menyembuhkan lukaku… setidaknya aku mengingat warna rambut orang tersebut sebelum sepenuhnya aku kehilangan kesadaranku… warna ungu yang menandakan kalau ia sedang terkena kutukkan…’.

Tidak berhenti disitu, anak perempuan itupun melanjutkan tulisannya setelah terdiam untuk beberapa saat… ‘Orang itu juga mengatakan hal yang aneh saat menyelamatkanku dari bandit yang menghajarku… kalau tidak salah… hom-ran?’.

Mendengar hal itu, satu hal tersirat dibenak Jatmiko,

Pemuda itu… seorang [Revancy] sama sepertiku?!

“Mas Jat! Wilayah hutan mendadak menjadi sunyi”

Tidak lama berselang setelah Mbak Kun memberikan peringatan, suara angin seakan-akan sedang terhisap sesuatu terdengar sangat kencang dan beberapa saat setelahnya—

Dhuar! Whuuuush…

—Suara ledakan kencang terdengar dari arah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun.

***

[3rd Person Point of View – Rio As Center Point]

“Untung saja berhasil tepat waktu”

[Tuan! Apa Tuan yakin dengan pilihan Tuan?]

“Berisik! Setidaknya karena pilihan itu juga gua selamat, kan?”

Tapi, aku tidak mengira kalau orang itu dapat menggunakan sihir tipe api dengan skala luas seperti ini? Telat beberapa detik saja, Tamat gua!

Wilayah dimana Rio berada saat ini dikelilingi oleh lautan api yang terbuat dari pohon-pohon yang terbakar akibat terkena ledakan sihir berskala luas yang digunakan oleh Rey.

Awalnya, Rio tidak mengira jika Rey akan menggunakan kemampuan sihirnya diwilayah hutan namun ternyata perkiraan Rio meleset. Terlebih lagi, hanya dengan satu serangan saja dapat membuat seseorang hangus terbakar dan kehilangan nyawanya seketika.

“Oi! Sialan! Gara-gara lu, sekarang jadi panas, kan!”

“Kuhahahaha… bocah! Aku tidak mengira kau bisa hidup setelah terkena seranganku itu, hah!”

“Iya, normalnya orang pasti mati tahu kalau terkena serangan seperti itu?!”

Walaupun itu yang dikatakan oleh Rio, Rey justru berpikir kalau Rio lah yang tidak normal disini. Menghindari serangannya dengan tenangnya seakan-akan tidak terjadi apapun… terlebih lagi,

Baju… bahkan tubuhnya tidak terbakar sedikitpun? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh bocah itu? Jangan bilang… kalau bocah itu juga seorang [Magic User]! Menarik! Sangat menarik!

“Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”

Menatap bandit itu dengan perasaan kesal, Rio pun bersiap untuk melanjutkan pertarungannya dengan Rey.




Author Note :

Selamat Tahun Baru 2017, bagaimana pendapat kalian mengenai Nusantara ? sebenernya sih Link sendiri bingung mau menulis apa lagi seputar ucapan selamat tahun baru ini karena terlalu banyak yang ingin disampaikan tapi sebelumnya Link ingin berterima kasih kepada para pembaca setia karena sudah mengikuti perkembangan Rio dan Nusa sejauh ini...

Kedua Character yang saling berbeda sifat namun di beberapa sisi mereka memiliki kesamaan. dimana Rio sejauh ini terlihat tidak senang sepanjang jalan cerita dan juga Nusa yang memaksa Rio untuk mengikutinya. sebentar lagi Nusantara akan memasuki klimaks dari Arc pertamanya yang Link namakan "Damn Book! Tutorial Arc".

Sekian kata dari Link, sekali Selamat Tahun Baru :D !

Salam World2link

Lets Link The World With The Word !

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close