Chapter 27 –
Informasi III
[3rd
Person Point of View – Jatmiko As Center Point]
“Mas Poc sih! Pingsan lagi kan jadinya”
“Iya maaf Mas Jat, ane juga kan gak tau kalau ini anak
mau sadar”
“…”
“U-uuu~”
“Cong-cong sih!”
Tidak lama berselang setelah anak perempuan berambut
kuning lemon dengan telinga kelinci dan juga telinga lancip khas Elf terbangun,
anak perempuan itu kembali pingsan setelah terkejut melihat muka dari Pocong
yang hanya tersisa tulang belulang saja.
Melihat keadaan anak perempuan yang kembali tidak
sadarkan diri, membuat Jatmiko menghela napas dan melemparkan tatapan dingin
kearah Pocong. Selain itu, walau Mbak Kun hanya terdiam namun tatapan dinginnya
cukup untuk membuat tubuh Pocong merinding ketakutan. Disisi lain, Bocah gundul
dengan celana hijau hanya menampilkan raut muka kebingungan dan adiknya, bocah
gundul dengan celana merah menyalahkan sepenuhnya kepada Pocong.
Kenapa jadi ane
yang salah ya?! Lagi pula apa yang salah dengan muka ane yang tampan ini?
…Hah?! Jangan bilang…
“Dia pingsan karena terpeso—”
Plak!
Disaat Pocong sedang berspekulasi dengan imajinasinya
sendiri, Jatmiko menjitak kepala Pocong dengan tangannya.
“Aduh! Sakit tahu Mas Jat!”
“Lu ngomong apa sih? Bukannya cari solusi malah ngomong
ngelantur begitu!”
“Ma—”
Plak!
Sesaat Pocong akan meminta maaf, kepalanya dijitak oleh
Mbak Kun yang kesal dengan Pocong tanpa alasan yang jelas. Tentu saja disaat
Jatmiko sedang menundukkan kepalanya dan tidak melihat apapun yang dilakukan
oleh Mbak Kun.
“Apa—hi!”
“…”
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Pocong memilih untuk
diam disaat ia mendapatkan tatapan menusuk dari Mbak Kun.
Tch! Dasar wanita
tua!
Mengabaikan apa yang terjadi dengan Pocong, Jatmiko
berusaha mencari cara untuk membangunkan kembali perempuan tersebut.
“Oiii~”
Plak… plak… plak…
“…”
Dipukul pelan pipi anak perempuan itu oleh Jatmiko, namun
tidak ada respon sama sekali dari anak tersebut. diulanginya hal ini
berkali-kali dan setelah beberapa menit, akhirnya usaha dari Jatmiko membuahkan
hasil. Secara perlahan-lahan, anak perempuan itupun membuka matanya.
“Hmm? …!!”
“Te-tenang saja, ka-kami tidak mencurigakan kok…”
Dilihat dari
manapun jelas-jelas mencurigakan!
Melihat anak perempuan itu membuka matanya lebar-lebar
karena kaget membuat Jatmiko sedikit panik dan secara reflek mengatakan hal
tersebut. Namun, sesaat ia mengatakan hal tersebut, hati dan pikirannya
langsung menyanggah omongannya sendiri.
Walau awalnya anak perempuan itu sedikit panik, namun
secara perlahan-lahan ia kembali tenang setelah Mbak Kun menampilkan
senyumannya dan memegang punggung anak perempuan bertubuh kecil itu.
Sekarang bagaimana?
Apa harus ane tanya langsung aja?
Jatmiko terdiam sesaat selagi mempertimbangkan keadaan
anak perempuan tersebut. Setelah memilih untuk mendiamkan anak perempuan itu
beberapa saat, Jatmiko akhirnya melemparkan sebuah pertanyaan yang mengganjal
dipikirannya,
“Kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi dengan
hutan ini?”
“! *Gemetar”
Karena terkejut dengan pertanyaan yyang dilontarkan
Jatmiko secara tiba-tiba kepadanya, anak perempuan itu hanya bisa gemetar
ketakutan. Merasa kalau usahanya sia-sia, Jatmiko melemparkan tatapan kepada
Mbak Kun.
Ada apa ini? Kenapa
Mas Jat menatapku seperti ini?
Mendapatkan tatapan yang intens dari Jatmiko membuat dada
Mbak Kun berdetak lebih kencang.
Mbak Kun, tolong tanyakan kepadanya
“Apa yang sebenarnya terjadi dihutan ini”?
Menganggap kalau Mbak Kun mengerti maksud dari
tatapannya, Jatmiko mulai mengedipkan matanya selagi menaik turunkan kepalanya
dengan maksud agar Mbak Kun segera menyampaikan pertanyaan tersebut kepada anak
perempuan itu.
Mas Jat! Ke-kenapa
tiba-tiba Mas Jat berkedip seperti itu kepadaku? Ga-gawat! Jantungku
berdebar-debar!
Tentu saja Mbak Kun yang salah mengartikan tatapan
Jatmiko menjadi terdiam dan terus menatap Jatmiko. Tidak lama setelah itu, Mbak
Kun membuang tatapannya karena malu.
Eeeeh?! Kenapa
malah mukanya merah?! A-apa ane salah ngomong?!
Kebingungan dengan tindakan Mbak Kun yang tiba-tiba
membuang mukanya membuat Jatmiko merasa bersalah tanpa alasan yang jelas. Tak
lama setelah itu, seseorang memecahkan keheningan dan menanyakan pertanyaan
yang ingin ditanyakan oleh Jatmiko,
“Apa yang sebenarnya terjadi dihutan ini?”
“Nn?—!!!”
Pocong! Kenapa lu bikin pingsan anak
ini lagi?!
Pocong dengan muka seramnya memberikan pertanyaan kepada
anak perempuan itu sehingga membuatnya pingsan kembali.
[10 menit kemudian]
Entah bagaimana caranya, akhirnya Jatmiko berhasil
membuat anak perempuan itu kembali sadar dari keadaan pingsannya dan berhasil
menanyakan hal tersebut setelah mengikat pocong didekat pohon yang berada
dibelakang anak perempuan itu selagi menutup mulutnya dengan baju dari salah
satu bandit yang terbaring dengan pedangnya yang hancur tidak sadarkan diri
didekat wilayah mereka berada.
“!”
Seakan-akan mengingat sesuatu, anak perempuan itu
memeriksa keadaan tubuhnya dan menampilkan ekspresi terkejut karena ia tidak
merasakan sakit sama sekali.
Iapun meenggunakan tangannya untuk menulis sesuatu diatas
tanah.
Apa anak ini… tidak
bisa bicara?
Tidak lama berselang, Jatmiko melihat kalimat yang
ditulis ditanah dengan Bahasa [Harya].
Kalimat itu bertuliskan ‘Terima kasih karena telah menyembuhkanku’. Selagi
Jatmiko melihat tulisan itu, anak perempuan dihadapannya membungkukkan
seakan-akan menunjukkan rasa terimakasihnya. Dapat terlihat air mata mengalir
dari pipinya dan terjatuh ketanah. Muka anak perempuan yang menunjukkan
perasaan lega karena merasa terselmatakan oleh Jatmiko, membuat Jatmiko merasa
bersalah.
Sepertinya, anak
ini salah mengira kalau ane yang menyelamatkannya…
Berpikir sejenak, Jatmiko akhirnya memutuskan untuk
memberitahukan keadaan yang sebenarnya.
“Ma-maaf sebenarnya…”
Jatmikopun menjelaskan secara lengkap tentang keadaannya
saat ini. Ia memberitahu jika bukan dirinya yang menyelamatkan anak itu dan kedua
temannyalah yang telah membawa anak perempuan itu kepadanya. Selain itu
mengenai alasan ia berada dihutan ini, tentu saja Jatmiko tidak lupa kalau ia
menyembunyikan fakta jika ia tersasar di [Krein
Skyp], dan sedang mencari petunjuk mengenai orang yang menghancurkan hutan
ini serta kejadian tentang bandit yang sedang berada di wilyah ini.
Mendengar kata bandit keluar dari mulut Jatmiko membuat
tubuh anak itu gemetar ketakutan. Melihat hal ini Jatmiko mendapatkan suatu
kesimpulan,
Tujuan
bandit-bandit itu adalah untuk menangkap anak ini… dan jika dilihat dari leher,
kedua pergelangan tangan, dan kaki yang diborgol, anak ini pasti seorang budak
yang sedang melarikan diri, kah?
Tidak lama berselang setelah itu, anak perempuan itu
menuliskan kalau ia lah yang telah menggunakan kemampuan [Enviro – Schrin (Bind)] untuk mengulur
waktu namun rencananya gagal dan ia berakhir dengan keadaan babak belur sebelum
kehilangan kesadarannya.
Melihat
apa yang dituliskan oleh anak perempuan tersebut membuat Jatmiko kesal dan
marah kepada bandit-bandit tersebut dan berpikir untuk menghajar bandit-bandit
tersebut. namun ia mengurungkan niatnya karena tidak melihat sedikitpun luka
pada tubuh anak perempuan itu selain baju tipis yang terbuat dari kain lusuh
berwarna coklat dengan sobekan dibeberapa bagian.
“Lalu
kalau bukan kamu yang menghancurkan hutan ini, apakah kamu mengetahui mengenai
pemuda berambut ungu, dengan pakaian yang cukup aneh?”
“!”
Mendengar ucapan Jatmiko membuat anak
perempuan itu terkejut dan terdiam sesaat seakan-akan ia sedang mengingat
sesuatu. Tidak lama berselang, hal selanjutnya yang dituliskan anak tersebut
membuat Jatmiko semakin yakin dengan identitas pemuda tersebut.
Anak perempuan itu menuliskan ‘Aku
tidak tahu siapa pemuda itu namun, orang itulah yang sudah menyembuhkan lukaku…
setidaknya aku mengingat warna rambut orang tersebut sebelum sepenuhnya aku
kehilangan kesadaranku… warna ungu yang menandakan kalau ia sedang terkena
kutukkan…’.
Tidak berhenti disitu, anak perempuan
itupun melanjutkan tulisannya setelah terdiam untuk beberapa saat… ‘Orang itu
juga mengatakan hal yang aneh saat menyelamatkanku dari bandit yang
menghajarku… kalau tidak salah… hom-ran?’.
Mendengar hal itu, satu hal tersirat
dibenak Jatmiko,
Pemuda
itu… seorang [Revancy] sama
sepertiku?!
“Mas Jat! Wilayah hutan mendadak
menjadi sunyi”
Tidak lama berselang setelah Mbak Kun
memberikan peringatan, suara angin seakan-akan sedang terhisap sesuatu
terdengar sangat kencang dan beberapa saat setelahnya—
Dhuar!
Whuuuush…
—Suara ledakan kencang terdengar dari
arah yang ditunjukkan oleh Mbak Kun.
***
[3rd
Person Point of View – Rio As Center Point]
“Untung saja berhasil tepat waktu”
[Tuan!
Apa Tuan yakin dengan pilihan Tuan?]
“Berisik! Setidaknya karena pilihan
itu juga gua selamat, kan?”
Tapi,
aku tidak mengira kalau orang itu dapat menggunakan sihir tipe api dengan skala
luas seperti ini? Telat beberapa detik saja, Tamat gua!
Wilayah dimana Rio berada saat ini
dikelilingi oleh lautan api yang terbuat dari pohon-pohon yang terbakar akibat
terkena ledakan sihir berskala luas yang digunakan oleh Rey.
Awalnya, Rio tidak mengira jika Rey
akan menggunakan kemampuan sihirnya diwilayah hutan namun ternyata perkiraan
Rio meleset. Terlebih lagi, hanya dengan satu serangan saja dapat membuat
seseorang hangus terbakar dan kehilangan nyawanya seketika.
“Oi! Sialan! Gara-gara lu, sekarang
jadi panas, kan!”
“Kuhahahaha… bocah! Aku tidak mengira
kau bisa hidup setelah terkena seranganku itu, hah!”
“Iya, normalnya orang pasti mati tahu
kalau terkena serangan seperti itu?!”
Walaupun itu yang dikatakan oleh Rio,
Rey justru berpikir kalau Rio lah yang tidak normal disini. Menghindari
serangannya dengan tenangnya seakan-akan tidak terjadi apapun… terlebih lagi,
Baju…
bahkan tubuhnya tidak terbakar sedikitpun? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh
bocah itu? Jangan bilang… kalau bocah itu juga seorang [Magic User]! Menarik! Sangat menarik!
“Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit
Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”
Menatap bandit itu dengan perasaan
kesal, Rio pun bersiap untuk melanjutkan pertarungannya dengan Rey.
Author Note :
Selamat Tahun Baru 2017, bagaimana pendapat kalian mengenai Nusantara ? sebenernya sih Link sendiri bingung mau menulis apa lagi seputar ucapan selamat tahun baru ini karena terlalu banyak yang ingin disampaikan tapi sebelumnya Link ingin berterima kasih kepada para pembaca setia karena sudah mengikuti perkembangan Rio dan Nusa sejauh ini...
Kedua Character yang saling berbeda sifat namun di beberapa sisi mereka memiliki kesamaan. dimana Rio sejauh ini terlihat tidak senang sepanjang jalan cerita dan juga Nusa yang memaksa Rio untuk mengikutinya. sebentar lagi Nusantara akan memasuki klimaks dari Arc pertamanya yang Link namakan "Damn Book! Tutorial Arc".
Sekian kata dari Link, sekali Selamat Tahun Baru :D !
Salam World2link
Lets Link The World With The Word !
0 comments:
Post a Comment