Sunday, January 29, 2017

[Nusantara] Chapter 31 - Rio Vs Kruzgar IV



Chapter 31 – Rio Vs Kruzgar IV

[1st Person Point of View – Rio As Center Point]

Sejujurnya gua sendiri gak yakin apa yang akan terjadi jika gua harus menahan serangan api yang ia lakukan beberapa saat yang lalu.

Sangat Panas.

Setidaknya hanya kedua kata itulah yang mewakili apa yang gua pikirkan sesaat menerima serangan tersebut secara langsung.

Selain itu, jika bukan karena kemampuan Skill Up yang dialokasikan seluruhnya kepada Pertahanan, entah apa yang akan terjadi kepada badan gua. Mungkin gua akan mendapat luka bakar. Keadaan yang terparah adalah tubuh gua hangus tak tersisa. Mungkin.

 “Saaa~ mari mulai babak kedua, Bandit Sialan! Kali ini biar gua yang bikin lu lari ketakutan!”

Walaupun gua berusaha untuk memprovokasi bandit sialan itu, dibagian hati gua yang terdalam, gua ingin segera pergi dari hutan sialan ini. Entah apa yang akan terjadi sama gua seandainya bandit itu benar-benar serius untuk membunuh gua. Tunggu dulu, mungkin sejak pertama dia menyerang gua dengan pedang apinya itu, dia sudah berniat untuk membunuh gua. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya untuk apa juga gua memprovokasi dia?

Jangan bilang… sebenarnya gua itu bodoh? Nggak, nggak mungkin, haha… nggak mungkin gua bodoh… iya kan?

Lupakan soal itu, apa dia sudah gila? Membakar hutan dengan santainya seperti itu. Oi oi oi bandit sialan! Diluar sana… lebih tepatnya didunia gua berasal, banyak orang yang mencari udara sejuk dari hutan, sedangkan disini lu… lu dengan santainya membakar hutan… jangan bercanda, Sialan! Kalau kayak gitu terus, gua juga bisa-bisa kena pasal tentang illegal logging tau gak sih!

            Hmm? Tanahnya bergetar? A-ada apa ini? Gempa? Ha… haaah?!

            Tu-tunggu dulu! Apa mata gua gak salah lihat nih? Itu orang nginjek tanah aja, tanahnya yang hancur, lu kira lu Lulung apa oi!

            Jangan bilang, itu orang mau langsung menuju kearah gua apa? Jangan bercanda! Ta-tahan dulu! Gua gak yakin kalo gua masih bisa selamat dari serangan itu orang.

            [Tuan tenang saja, percaya dengan kemampuan bertahan Tuan]

            Ini buku sialan, dari tadi lu kemana aja! Giliran gua kesusahan lu gak ada, sial!

            Gua alihkan kedua bola mata ini secepat yang gua bisa namun, gua gak bisa menemukan si buku sialan dengan suara om-om genit—Nusa dimanapun. Sial, tidak ada waktu lagi buat gua mencari letak Nusa, yang harus gua pikirkan sekarang adalah gimana caranya agar gua bisa menghindari serangan dari bandit sialan itu.

            “Ap—!”

            Sial, apa-apaan dengan gerakannya itu, gak ada waktu buat gua menghindari serangan seperti itu. Terlebih lagi,

            Pedang! Oi oi oi! Lu serius gua bisa menahan pedang?! Maksud gua dengan tangan kosong?

            Sesaat pedang itu akan mengenai tubuh gua, secara spontan gua memejamkan mata gua selagi berharap agar serangannya itu meleset. Gua sendiri gak terlalu yakin apa yang sebenarnya terjadi disekitar gua namun, setidaknya gua bisa merasakan jika tangan, kaki, perut, dada, bahkan leher gua disentuh oleh sesuatu dan itu terasa sangat… geli.

            Jangan bilang pedang yang dipegangnya adalah mainan?! Tapi lebih baik gua membuka mata gua secara perlahan-lahan.

            Selagi gua membuka kelopak mata gua secara perlahan-lahan, gua bisa mendengar suara batang pohon seakan-akan terkena sesuatu yang kuat. Tidak hanya itu, gua merasakan angin semilir dan sejuk menerpa tubuh gua sejak beberapa saat yang lalu.

            “Apa segitu saja kemampuanmu, Bocah!”

            Haaah?! Ini orang ngomong apa?! “Apa segitu saja kemampuanmu”? Jangan bercanda! Harusnya gua yang ngomong gitu!

            Ini orang mikir gak sih?! Yang tadi itu lu sebut dengan “Serangan”?! Bahkan Cuma kerasa geli-geli doang buat gua.

“…”

Gi-gimana ini?! mukanya udah bangga banget lagi! Apa gua harus pura-pura kesakitan gitu?! Nggak, gak mau gua pura-pura kesakitan. Lagi pula, buat apa juga gua mikir kayak begitu?

“Sangat mengecewakan!”

Muka lu Semvak ”Sangat Mengecewakan”!

Emangnya lu pikir lu siapa, hah?! Seenaknya bilang kayak gitu! Lagi pula, serangannya tadi juga apa-apaan coba?! Geli doang yang kerasa!

“Benar sekali! Sangat mengecewakan… apa cuma segitu saja kemampuanmu, Bandit Sialan?!”

Hehem~ ba-bagaimana? Gua jamin lu kesel kan gua balikin ucapan lu seutuhnya.

Sejujurnya, saat ini keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuh gua. Kaki gua juga sudah gemetar sejak beberapa saat yang lalu. terlebih lagi, gua mau kencing.

Tu-tunggu sebentar, apa-apaan dengan tatapannya itu. Oi oi oi! Gua masih normal loh. Gua paham gua jomblo tapi tetap saja gua gak akan tertarik sama lu, Bandit Sialan!

Selagi gua memperhatikan gerak-gerik dari bandit didepan gua, suara angin berhembus melewati sela-sela pepohonan yang telah hancur terdengar sangat halus di telinga gua.

[Tuan! Jika Tuan membutuhkan sesuatu dari saya, Tuan cukup berbicara saja dengan suara pelan]

“Berisik lu! Sekarang lu dimana sialan?!”

Sejujurnya gua sangat kesal terhadap buku sialan ini, bukannya membantu, dia malah bersembunyi ditempat yang aman sendirian.

[Saat ini saya berada 10 meter diatas Tuan]

Hah?! Diatas? Ah!

Sesaat setelah gua melirikkan mata kearah atas, disana gua melihat sebuah buku berwarna biru kusam sedang melayang dengan tenangnya disekitar pepohonan.

Sial! Enak sekali dia bersantai ditempat seperti itu. Ah iya benar juga,

“Oi, sebenarnya seberapa kuat pertahanan yang lu kasih ke gua?”

[Menurut dugaan saya, itu cukup untuk menahan 3 buah ledakan nuklir Tuan]

Oi! Jangan seenaknya mengatakan hal tersebut jika hanya sebuah dugaan!

Tapi 3 buah nuklir, kah? Kok gua berasa jadi kecoa ya? Haaa~ lupakan soal itu, sekarang gua harus gimana nih? Itu bandit juga cuma ngeliatin gua terus dari tadi, jangan bilang dia hobi kearah situ lagi?!

Tapi jika diperhatikan lagi, hebat juga ya baju daleman gua bahkan gak robek sama sekali. Apa mungkin senjatanya itu beneran mainan ya?

“Bocah! Kukira kau sudah mati?!”

            “Jangan Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”

            Lu pikir, lu doang yang mengira kalau gua sudah mati hah?! Gua juga sempet berpikiran hal yang sama, Sialan!

Tanahnya… bergetar lagi? Oi oi oi! Jangan bilang sekali lagi dia mau meluncur kearah gua?!

Hilang?!

Bukan, bukan menghilang hanya saja, terlalu cepat buat mata gua melihat pergerakannya! Tapi dilihat dari arah tebasannya,

Dia mengarah kaki kanan gua?!

Sesaat gua berpikir mengenai hal tersebut, bandit sialan itu telah melewati tubuh gua dan tentu saja untuk kesekian kalinya gua tebasan pedangnya dan kali ini dengan mata terbuka lebar. Namun satu hal yang dapat kupastikan,

Tebasan pedangnya… cuma geli-geli doang. Gak kerasa sakit sama sekali?!

“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa, Hah?!”

“Ap—?!”

Kaget! Mukanya keliatan kaget tuh hahaha… rasain!

“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik sekali bocah!”

“Menarik, menarik saja dari tadi, berisik sialan!”

Ini orang otaknya masih waras gak sih? Capek gua dengernya, berisik!

Ah gawat, gua mau nguap lagi. Kalo itu orang liat gua nguap, otaknya bisa-bisa tambah miring.

“Baiklah kalau itu maumu, Sialan! Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”

Tuh kan! Gua bilang juga apa?! Ini orang otaknya emang udah geser kali ya?!

“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’, gitu?!”

“Bocah!”

Dari tadi itu orang bilang “bocah… bocah…” aja, kalo dari pandangan gua sih kayaknya yang bocah itu dia! Gak sadar kali ya?!

Uwah?! Gawat, entah kenapa kayaknya dia beneran serius dah ini?! urat diototnya aja sampai keluar semua begitu. Ditambah lagi, senyum-senyum gak jelas gitu, wah kacau, otaknya miring beneran ini mah!

“Ha!”

Sekali lagi, bandit sialan itu meluncur kearah gua. Kali ini kecepatannya bukanlah sebuah hal yang dapat dianggap enteng. Gua sendiri bahkan sudah tidak dapat mengikuti gerakannya lagi. Namun satu hal yang pasti, dia menuju langsung kearah gua.

“Haaaa~!”

“…”

Ap—? Oi! Jangan bercanda! Serangannya memang Cuma terasa geli namun… kenapa gua bisa melihat tanahnya seakan-akan bergerak sangat cepat melewati gua?! Seakan-akan… gua lah yang terpental dengan kecepatan tinggi?

Gua sendiri bahkan tidak dapat mendengar suara dari pohon yang hancur setelah terkena punggung gua. Tidak salah lagi, gua memang terpental akibat serangannya.

Setelah gua mengerti apa yang sebenarnya terjadi, gua melihat sebuah lingkaran sihir kecil berwarna merah menyala terbentuk tepat dihadapannya dan lidah api seakan-akan melahap tubuh dari bandit sialan itu.

“Ada apa dengan lingkaran sihir itu?!”

[Ah, itu adalah mantera [Firo Assets] Tuan]

Ini buku, ngomong tiba-tiba mulu!

“Lu bantu gua kenapa?! Ditambah lagi, ngapain lu ngikutin gua yang kepental hah?!”

[Ah! Soal itu, karena jika saya terpisah sejauh 1 kilometer dari Tuan, maka Tuan akan mati]

Dia bilang “Ah!”, jangan bercanda! Beritahu itu dari awal kenapa! Jangan anggap enteng nyawa orang oi!

“Sebenernya itu buat apa?”

[Tuan tenang saja, itu hanyalah sebuah mantera bertipe [Support], dengan kata lain tidak aka nada pengaruhnya dengan Tuan]

“Serius lu?”

[Serius]

Kenapa setiap dia bilang serius, gua merasakan sesuatu kalo dia itu lagi nipu gua? Gua harap itu cuma perasaan gua aja

Selagi gua berdebat mengenai hal yang tidak penting, entah mengapa gua kehilangan pandangan dari bandit sialan itu. Mungkin karena gua sudah terpental cukup jauh jadi gua gak bisa melihat bayangannya lagi. Baguslah kalau begitu, gua bisa pergi dari hutan ini.

Hmm? Tunggu sebentar, sebenarnya untuk apa gua kehutan ini dan melawan bandit-bandit sialan itu? Bukannya itu semua untuk mengambil kembali tas gua?! Sekarang tasnya ada dimana? Tasnya kan ada di deket jaket gua… kenapa gua sampe lupa! Mana sekarang gua cuma pake celana basket tanpa sempak lagi. Dingin!

Selagi gua terkejut akan kebodohan gua, gua merasakan sesuatu dari balik punggung gua. Sebelum gua sempat untuk memastikannya, gua saat ini telah terpental keudara setelah sesuatu mengenai punggung gua.

Ti-tinggi amat?! Si-siapa saja, tolong gua!

“Argh!”

Dia lagi?! Seriusan?

            “Haaa~!”

Oi oi oi! Sekarang dia mau menusuk dada gua pakai pedang mainan?! Seriusan nih! Otaknya udah miring kali ya? Lagi-lagi senyum! Ini orang bikin gua ngeri, seriusan takut gua dalam berbagai macam hal, gua takut!

Selagi bulu kuduk gua merinding melihat senyuman bandit sialan itu, entah apa yang terjadi namun, sejumlah api mulai berkumpul diujung pedang mainannya. Dan sesaat api itu sudah semakin pekat, ia meneriakkan….

[Phyro Explosion]

Entahlah apa yang ia teriakkan namun disekeliling gua mendadak menjadi sangat bising. Namun disatu sisi, gua tidak dapat menutup telinga karena tekanan angin yang sangat kuat menerpa seluruh tubuh gua, gua juga tidak begitu yakin. Satu hal yang pasti, udara disekitar gua jadi sangat panas. Panas sekali.

Tak lama setelah kebisingan itu menghilang selama beberapa detik, sebuah ledakan besar terjadi tepat didepan dada gua. Jujur saja gua sangat terkejut melihat hal tersebut. bagaikan saat lu sedang menaiki sebuah roller coaster yang pada awalnya lu merasa takut namun seketika kecepatannya bertambah, lu akan tersenyum tanpa lu sadari. Setidaknya itulah yang terjadi kepada gua saat ini. tersenyum tanpa alasan yang jelas.

Selain itu, udara disekitar gua saat ini sangat panas. Seriusan, bandit sialan itu paham betul untuk membuat orang berkeringat.

“Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

Tanpa kusadari, aku mengatakan hal tersebut. mengatakannya selagi menahan perasaanku yang bahkan aku sendiri tidak mengerti apa yang kurasakan. Senang, marah, bingung, semuanya bercampur menjadi satu. Namun, entah untuk alasan apa, aku tetap memilih untuk tersenyum lebar dihadapannya—

”—Bandit Sialan!”

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close