Chapter 32 – Rio
Vs KruzgarV
[1st Person Point of View – Rio As Center Point]
Entah
apa yang sebenarnya gua katakan beberapa saat lalu, gua sendiri tidak mengerti
mengapa gua berani untuk mengatakan hal seperti itu. Seumur hidup gua, ini
adalah pertama kalinya gua memprovokasi seseorang.
Kelar
hidup gua kalau begini terus
Setidaknya hanya itu yang bisa gua
pikirkan untuk saat ini. selagi air keringat membasahi seluruh tubuh ini, gua
berharap jika bandit itu tidak menyadari kalau sebenarnya gua sedang panik.
Memang benar tubuh gua saat ini
sangat kebal. Tapi tetap saja jika sebuah ledakan terjadi secara tiba-tiba di
depan mata gua, secara refleks gua tetep memejamkan mata. Jujur saja hal itu
sangat menakutkan.
Seketika gua membuka mata, bandit
sialan itu tersenyum lebar tanpa alasan yang jelas. Dilihat dari manapun,
senyumnya sangat menjijikan. Tapi disatu sisi, senyum bandit itu lebih dari
cukup untuk membuat gua terprovokasi.
Panas.
Hanya satu kata itu yang bisa gua
pikirkan saat ini. sangat panas hingga gua mau membuka seluruh baju gua dan
memilih untuk bertelanjang dada. Namun seketika gua melakukan hal itu,
kemungkinan besar baju gua akan terbakar seketika jika gua telat memberikan [Magic Barier] beberapa detik saja.
Merepotkan.
Hanya itulah yang bisa gua rasakan
saat ini. semua yang gua alami sejak kemarin, seluruhnya sangat merepotkan.
Kalau dipikir-pikir lagi kenapa gua gak langsung lari aja sehabis gua merebut
tas gua? Jawabannya sudah jelas. Itu karena dia menyerang gua lebih dulu.
Hmm?
Apa ini? Mengapa apinya berkumpul didaerah dada semua?
Melihat pergerakan api disekeliling
gua tidak wajar membuat gua sedikit kebingungan. Semua lidah api yang tersebar
akibat ledakan dahsyat dari serangan bandit itu mulai terkumpul kembali disatu
titik ditubuh gua. Tempat lidah api itu berkumpul tidak lain dan tidak bukan
adalah dibagian dada kiriku. Tepatnya adalah didaerah jantung.
“Oi, Nusa?! Apa yang sebenarnya
terjadi?!”
[Sepertinya serangan yang dilancarkan olehnya beberapa saat lalu
hanyalah sebuah permulaan untuk serangan sebenarnya, Tuan]
“Serius lu?!”
[Serius Tuan. Namun Tuan tenang saja, karena saya yakin Tuan pasti bisa
menahannya… Mungkin]
Buku
rongsokan! “Mungkin” muka lu! Jangan memberikan jawaban ambigu disituasi
seperti ini kenapa?!
Secara perlahan-lahan lidah api
tersebut bergumpal dan seakan-akan mengendap menjadi sebuah lingkaran tipis
layaknya sebuah bor.
Selagi gua berharap kepada
keberuntungan, Lidah api tersebut semakin lama semakin terlihat padat. Hanya dengan
melihatnya gua dapat mengira kalau kali ini serangannya akan lebih kuat. Selain
itu jika gua harus membayangkan dada gua akan berlubang karenanya membuat
perasaanku sedikit tidak nyaman.
Disaat gua sedang gelisah, bandit
itu mengatakan sesuatu selagi memperlihatkan giginya.
“—Kekalahanmu, Bocah!”
Kekalahan?
Jangan bercanda! Ini sudah bukan masalah menang atau kalah! Ini masalah Hidup
dan Mati, Bandit Sialan!
Selagi gua terus mempertahankan
sikap gua dihadapan bandit sialan itu, mungkin karena terpacu oleh adrenalin,
gua sendiri tidak mengerti apa yang gua katakan kepadanya.
“Hee~ begitu, kah ?!”
“Hee~
begitu, kah ?!” Apanya?! Sebenarnya gua ngomong apa sih ini?! Mati gua kalau
begini terus ceritanya!
Selagi gua berusaha keras berharap
agar gua baik-baik saja, Bandit dihadapan gua mulai merapalkan sesuatu.
Oh
Api yang menyelimuti lembah tak berujung dipadang Helvanya… bawalah petaka
hilangkan anugerah… tunjukkanlah kemarahanmu…
Mantra.
Mungkin itulah ucapan yang tepat
untuk mendeskripsikan apa yang ia ucapkan dengan lantang.
Saat gua menyadarinya, hawa panas
terasa sangat pekat dari arah dada kiri gua.
Sangat panas hingga membuat gua
berkeringat hingga membasahi baju yang gua kenakan saat ini. disaat gua
mengarahkan pandangan kearah dada kiri dimana hawa panas itu berada, api
tersebut telah sepenuhnya berubah menjadi bentuk spiral.
Selagi gua gerah karena hawa panas
ini, bandit itu melanjutkan ucapannya selagi tersenyum,
“Kaha! Rasakanlah wujud
sesungguhnya dari seranganku ini—”
[Helvanya Phyro Explosion]
A-apa
ini?! Spiral Apinya… berputar? Apa benar baik-baik saja?!
Ditengah kebingungan gua akan
keadaan saat ini,
[Tenang saja Tuan, Untuk saat ini sepertinya masih akan baik-baik saja]
Oi!
Ini buku bilang “untuk saat ini”,
berarti masih ada kemungkinan kalau ini gak akan baik-baik saja kan ya?
Seriusan gua mau pulang kalau gini terus ceritanya.
“—Inilah akhir dari keangkuhanmu,
Bocah!”
Ditengah situasi genting ini,
Bandit sialan itu mendeklarasikan kemenangannya.
Melihatnya mengucapkan hal itu
selagi tersenyum membuat gua semakin kesal.
“Sial kenapa apinya gak bisa
hilang?!”
Berkali-kali gua berusaha untuk
memadamkan api itu namun, tidak sedikitpun usaha gua berhasil. Ditambah lagi,
Spiral api dihadapan gua saat ini berputar semakin cepat dan semakin panas.
Ukurannya pun semakin lama semakin membesar.
Apa
benar Baik-baik saja?!
Sekali lagi gua mempertanyakan hal
tersebut kepada diri gua sendiri. Tentu saja gua tidak mendapatkan jawaban yang
gua inginkan.
“…”
Sekilas gua melihat kearah bandit
itu. Seakan-akan ia mengucapkan sesuatu kepada gua namun tidak sedikitpun bisa
masuk ketelinga gua karena kebisingan yang diciptakan oleh spiral api ini.
Semakin lama tubuh gua semakin
terdorong secara cepat menuju kearah daratan. Awan dihadapan gua mendadak
menjadi bersih karena terhempas oleh hempasan angin panas yang sangat dahsyat.
Daratan?!
Sesaat gua memikirkan hal tersebut,
Suara keras terjadi disekitar tempat gua terdorong oleh spiral api ini. Seperti
sebelumnya tidak sedikitpun rasa sakit yang dirasakan. Jika diperhatikan,
wilayah disekitar tubuh gua hancur dan membentuk sebuah cekungan yang sangat
besar dan dalam.
“Kah! Jika bukan karena [Skill Up] udah pasti gua mati, Sialan!”
[Tuan!]
Hmm?!
Senyap.
Sesaat tombak spiral api dihadapan
gua selesai berputar, lidah api mulai berubah dan berpencar menjadi setipis
kabut. Kabut itu secara perlahan-lahan mulai menyelimuti tubuh gua.
Apa
ini?! Kabut?!
Uap panas terdengar berdesis dari
sekeliling tempat gua berada. Tidak lama setelah seluruh kabut api itu
menyelimuti seluruh permukaan disekeliling gua, sebuah ledakan dahsyat sekali
lagi terjadi disekitar gua. Tidak salah lagi, Bandit sialan itu serius untuk
melenyapkan gua.
Kalau begitu, jawaban gua cuma
satu,
“Saatnya serangan balasan, Bandit
Sialan!”
Kali ini pasti—
“—Gua Bunuh lu!”
Setidaknya sumpah itulah yang bisa
gua ucapkan saat ini.
0 comments:
Post a Comment