Sunday, February 5, 2017

[Nusantara] Chapter 32 - Rio Vs Kruzgar V


Chapter 32 – Rio Vs KruzgarV

[1st Person Point of View – Rio As Center Point]

Entah apa yang sebenarnya gua katakan beberapa saat lalu, gua sendiri tidak mengerti mengapa gua berani untuk mengatakan hal seperti itu. Seumur hidup gua, ini adalah pertama kalinya gua memprovokasi seseorang.

Kelar hidup gua kalau begini terus

Setidaknya hanya itu yang bisa gua pikirkan untuk saat ini. selagi air keringat membasahi seluruh tubuh ini, gua berharap jika bandit itu tidak menyadari kalau sebenarnya gua sedang panik.

Memang benar tubuh gua saat ini sangat kebal. Tapi tetap saja jika sebuah ledakan terjadi secara tiba-tiba di depan mata gua, secara refleks gua tetep memejamkan mata. Jujur saja hal itu sangat menakutkan.

Seketika gua membuka mata, bandit sialan itu tersenyum lebar tanpa alasan yang jelas. Dilihat dari manapun, senyumnya sangat menjijikan. Tapi disatu sisi, senyum bandit itu lebih dari cukup untuk membuat gua terprovokasi.

Panas.

Hanya satu kata itu yang bisa gua pikirkan saat ini. sangat panas hingga gua mau membuka seluruh baju gua dan memilih untuk bertelanjang dada. Namun seketika gua melakukan hal itu, kemungkinan besar baju gua akan terbakar seketika jika gua telat memberikan [Magic Barier] beberapa detik saja.

Merepotkan.

Hanya itulah yang bisa gua rasakan saat ini. semua yang gua alami sejak kemarin, seluruhnya sangat merepotkan. Kalau dipikir-pikir lagi kenapa gua gak langsung lari aja sehabis gua merebut tas gua? Jawabannya sudah jelas. Itu karena dia menyerang gua lebih dulu.

Hmm? Apa ini? Mengapa apinya berkumpul didaerah dada semua?

Melihat pergerakan api disekeliling gua tidak wajar membuat gua sedikit kebingungan. Semua lidah api yang tersebar akibat ledakan dahsyat dari serangan bandit itu mulai terkumpul kembali disatu titik ditubuh gua. Tempat lidah api itu berkumpul tidak lain dan tidak bukan adalah dibagian dada kiriku. Tepatnya adalah didaerah jantung.

“Oi, Nusa?! Apa yang sebenarnya terjadi?!”

[Sepertinya serangan yang dilancarkan olehnya beberapa saat lalu hanyalah sebuah permulaan untuk serangan sebenarnya, Tuan]

“Serius lu?!”

[Serius Tuan. Namun Tuan tenang saja, karena saya yakin Tuan pasti bisa menahannya… Mungkin]

Buku rongsokan! “Mungkin” muka lu! Jangan memberikan jawaban ambigu disituasi seperti ini kenapa?!

Secara perlahan-lahan lidah api tersebut bergumpal dan seakan-akan mengendap menjadi sebuah lingkaran tipis layaknya sebuah bor.

Selagi gua berharap kepada keberuntungan, Lidah api tersebut semakin lama semakin terlihat padat. Hanya dengan melihatnya gua dapat mengira kalau kali ini serangannya akan lebih kuat. Selain itu jika gua harus membayangkan dada gua akan berlubang karenanya membuat perasaanku sedikit tidak nyaman.

Disaat gua sedang gelisah, bandit itu mengatakan sesuatu selagi memperlihatkan giginya.

“—Kekalahanmu, Bocah!”

Kekalahan? Jangan bercanda! Ini sudah bukan masalah menang atau kalah! Ini masalah Hidup dan Mati, Bandit Sialan!

Selagi gua terus mempertahankan sikap gua dihadapan bandit sialan itu, mungkin karena terpacu oleh adrenalin, gua sendiri tidak mengerti apa yang gua katakan kepadanya.

“Hee~ begitu, kah ?!”

“Hee~ begitu, kah ?!” Apanya?! Sebenarnya gua ngomong apa sih ini?! Mati gua kalau begini terus ceritanya!

Selagi gua berusaha keras berharap agar gua baik-baik saja, Bandit dihadapan gua mulai merapalkan sesuatu.

Oh Api yang menyelimuti lembah tak berujung dipadang Helvanya… bawalah petaka hilangkan anugerah… tunjukkanlah kemarahanmu…

Mantra.

Mungkin itulah ucapan yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang ia ucapkan dengan lantang.

Saat gua menyadarinya, hawa panas terasa sangat pekat dari arah dada kiri gua.

Sangat panas hingga membuat gua berkeringat hingga membasahi baju yang gua kenakan saat ini. disaat gua mengarahkan pandangan kearah dada kiri dimana hawa panas itu berada, api tersebut telah sepenuhnya berubah menjadi bentuk spiral.

Selagi gua gerah karena hawa panas ini, bandit itu melanjutkan ucapannya selagi tersenyum,

“Kaha! Rasakanlah wujud sesungguhnya dari seranganku ini—”

[Helvanya Phyro Explosion]

A-apa ini?! Spiral Apinya… berputar? Apa benar baik-baik saja?!

Ditengah kebingungan gua akan keadaan saat ini,

[Tenang saja Tuan, Untuk saat ini sepertinya masih akan baik-baik saja]

Oi! Ini buku bilang “untuk saat ini”, berarti masih ada kemungkinan kalau ini gak akan baik-baik saja kan ya? Seriusan gua mau pulang kalau gini terus ceritanya.

“—Inilah akhir dari keangkuhanmu, Bocah!”

Ditengah situasi genting ini, Bandit sialan itu mendeklarasikan kemenangannya.

Melihatnya mengucapkan hal itu selagi tersenyum membuat gua semakin kesal.

“Sial kenapa apinya gak bisa hilang?!”

Berkali-kali gua berusaha untuk memadamkan api itu namun, tidak sedikitpun usaha gua berhasil. Ditambah lagi, Spiral api dihadapan gua saat ini berputar semakin cepat dan semakin panas. Ukurannya pun semakin lama semakin membesar.

Apa benar Baik-baik saja?!

Sekali lagi gua mempertanyakan hal tersebut kepada diri gua sendiri. Tentu saja gua tidak mendapatkan jawaban yang gua inginkan.

“…”

Sekilas gua melihat kearah bandit itu. Seakan-akan ia mengucapkan sesuatu kepada gua namun tidak sedikitpun bisa masuk ketelinga gua karena kebisingan yang diciptakan oleh spiral api ini.

Semakin lama tubuh gua semakin terdorong secara cepat menuju kearah daratan. Awan dihadapan gua mendadak menjadi bersih karena terhempas oleh hempasan angin panas yang sangat dahsyat.

Daratan?!

Sesaat gua memikirkan hal tersebut, Suara keras terjadi disekitar tempat gua terdorong oleh spiral api ini. Seperti sebelumnya tidak sedikitpun rasa sakit yang dirasakan. Jika diperhatikan, wilayah disekitar tubuh gua hancur dan membentuk sebuah cekungan yang sangat besar dan dalam.

“Kah! Jika bukan karena [Skill Up] udah pasti gua mati, Sialan!”

[Tuan!]

Hmm?!

Senyap.

Sesaat tombak spiral api dihadapan gua selesai berputar, lidah api mulai berubah dan berpencar menjadi setipis kabut. Kabut itu secara perlahan-lahan mulai menyelimuti tubuh gua.

Apa ini?! Kabut?!

Uap panas terdengar berdesis dari sekeliling tempat gua berada. Tidak lama setelah seluruh kabut api itu menyelimuti seluruh permukaan disekeliling gua, sebuah ledakan dahsyat sekali lagi terjadi disekitar gua. Tidak salah lagi, Bandit sialan itu serius untuk melenyapkan gua.

Kalau begitu, jawaban gua cuma satu,

“Saatnya serangan balasan, Bandit Sialan!”

Kali ini pasti—

“—Gua Bunuh lu!”


Setidaknya sumpah itulah yang bisa gua ucapkan saat ini.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close