Chapter 13 –
Rencana
[3rd Person Point of View]
“Bukannya gua
sudah bilang kalau gua percaya sama, lu ! Makanya gua percaya kalau kita pakai
petunjuk dari gua tadi !?”
[Bukannya saya sudah bilang kalau saya
percaya sama, tuan ! Makanya saya percaya kalau kita pakai petunjuk dari saya
tadi !?]
“…”
[…]
Ini orang ngomong apa sih !?, setidaknya itulah hal yang mereka berdua pikirkan disaat
yang bersamaan. Mungkin untuk Rio dan Nusa hal ini tidak dapat disebut dengan
keakraban dan hanya terlihat bagaikan sebuah argumen dari seorang anak kecil. Namun,
lain halnya dengan para bandit yang terdiam beberapa saat setelah melihat Rio
berbicara seorang diri. Hal ini membuat mereka sedikit ketakutan dengan Rio.
Namun, tentu saja Rio dan Nusa tidak sedikitpun menyadari hal tersebut.
Pada dasarnya hal
ini terjadi karena kesalahpahaman dan juga keegoisan diantara mereka berdua.
Disatu sisi, Rio mempercayai jika kali ini Nusa akan mengikuti petunjuk darinya
namun sama seperti sebelumnya, mereka berdua teguh pada pendiriannya
masing-masing. Tingkah laku mereka berdua benar-benar seperti anak kecil.
[Suara Anak Panah Dilepaskan]
[Tuan !]
“!”
Melihat sebuah
anak panah yang dilepaskan kearah Rio, Nusa segera menggunakan sebuah pelindung
kecil disebelah kanan kepala Rio untuk menahan serangan panah tersebut.
[Menunduk !]
“*Hup* !”
Tanpa banyak berbicara, Rio mengikuti perkataan dari
Nusa. Pada awalnya ia memang ragu-ragu namun setelah melihat Nusa mengeluarkan
sebuah pelindung untuk melindungi dirinya, Rio memutuskan untuk mengikuti
perintah dari Nusa. Walaupun ia merasa kesal sendiri pada akhirnya.
“Sepertinya ini bukanlah saat yang tepat untuk berdebat”
[Benar juga Tuan,
saat ini ada hal yang harus kita urus terlebih dahulu]
“Apa… itu ? [Magic
Shield] ?”
“Jangan bilang dia seorang… [Magic User] !?”
Melihat anak panah yang terpental oleh pelindung yang
dibuat oleh Nusa, membuat mata kedua pemanah tersebut terbelalak karenanya.
Seakan-akan tidak mempercayai hal yang mereka lihat, raut muka mereka mulai
berubah menjadi sedikit lebih kaku.
“Sial ! Sekarang ketiga bandit lainnya sudah berada
disekitar gua, bagaimana ini ?”
Melihat hal ini, Rio sekali lagi mengamati keadaan
disekitarnya.
Sepertinya gua memang harus mencoba cara yang tadi
sempat gua pikirin namun gagal untuk gua pakai… tapi…
Disaat Rio sedang membuat rencana, ketiga bandit tersebut
menyerangnya secara bersamaan. Bandit yang menggunakan pedang menyerangnya dari
depan sama seperti sebelumnya.
[Suara Tebasan
Pedang Berkali-kali]
“Haaaaaaa !”
“Ua ! *Set*… *Sat*… *Hup*…”
Disaat Rio berusaha menghindari serangan menyapu dari
bandit tersebut, ia memilih untuk melompat mundur untuk menghindari tebasan
pedang yang dapat membuatnya mengeluarkan isi perutnya… tentu saja dalam artian
yang sesungguhnya. Namun…
“Ap—!”
Ga-gawat ! Kalau begini bagaimana
cara gua menghindarinya !?
Sebelum ia menyadarinya, kedua bandit yang menggunakan
pisau belati sudah bersiap menyerangnya dari belakang. Bandit yang menggunakan
dua buah pisau dengan ikat perut berwarna merah yang terbuat dari kain tipis
berusaha menyerang Rio selagi berada diudara.
Semoga berhasil !
“Ha !”
“*Hup*… *Swooosh*…”
Selagi berharap cemas, Rio berusaha menghindari serangan
bandit tersebut dengan cara memegang tangan bandit itu layaknya seorang
karakter utama dalam sebuah film silat. Namun hal yang membuatnya terkejut
adalah karena ia berhasil melakukannya dan melompat kebelakang bandit tersebut
seakan-akan tubuhnya memahami apa yang ia inginkan.
Skill up itu… hebat
! Hidup skill up ! Hidup technique dan power !
“Apa ?”
Tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bandit itu hanya
bisa membuka mulutnya lebar-lebar melihat gerakan dari Rio yang langsung
melompat kebelakangnya setelah ia mencengkeram tangannya untuk menahan ia
menghunuskan pisaunya kearah Rio.
“Rasakan in—”
[Suara Pisau
Dilempar]
[Tuan !]
“Tch ! Lagi-lagi menghindar !”
Disaat Rio akan menendang bandit yang berada
dibelakangnya setelah berhasil melompati dan membelakangi bandit tersebut,
sebilah pisau dilemparkan tepat menuju kearah mukanya. Tentu saja hal ini
membuatnya kaget dan memutuskan untuk menghindari serangan tersebut. Jika bukan
karena peringatan dari Nusa, ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika
pisau tersebut mengenai bagian mata kirinya.
Sekali lagi Rio kehilangan kesempatan untuk melumpuhkan
salah satu dari kelima bandit yang saat ini menyerang dirinya. Disaat ia sedang
berhadapan dengan bandit yang menghadangnya, ia tidak tahu apa yang akan
terjadi dengan tasnya. Oleh karena itu, hal ini membuat ia menjadi tidak
sabaran.
Kalau sudah seperti ini, mau bagaimana lagi… gua harus
segera mencari celah untuk membalikkan keadaan gua !
Selagi terus
mengindari serangan dari ketiga bandit yang menyerangnya dari jarak dekat dan
dua bandit yang menyerangnya dengan anak panah sejak beberapa saat yang lalu,
membuat Rio kesulitan untuk mencari celah. Mungkin sulit untuk mengakuinya tapi
kerjasama dari kelima orang ini benar-benar sulit untuk dihancurkan. Layaknya
sebuah bidak catur yang terus melindungi satu sama lainnya.
“haaa… haaaa…
haaaa…”
“Hou… sepertinya
kau sudah kehabisan napas”
Melihat hal ini,
bandit yang menggunakan pedang menyempitkan matanya dan memperlihatkan senyum
penuh intimidasi. Melakukan kontak mata kepada keempat rekannya yang lain,
iapun mulai bersiap mengambil ancang-ancang untuk kembali menyerang Rio yang
mulai kehabisan napas.
Disisi lain, hal
ini juga diluar perkiraan Rio karena ia tidak mengira jika gerakannya sangat
menguras stamina yang dimilikinya… atau mungkin karena tubuhnya tidak dapat
menerima perubahannya yang terjadi secara mendadak.
“Ha !”
“Mati kau !”
“Haaaa”
“Ei ! *Set*…
*Set*… *Swap*… *Hup*…”
Sedikit lagi… sebentar lagi… tunggu sebentar lagi… Ah
!
Selagi Rio
menghindari serangan kombinasi dari ketiga bandit tersebut, Rio menunggu waktu
yang tepat untuk memulai rencananya. Menghindar dan terus menghindar hingga ia
mendapatkan waktu yang tepat.
“Sekarang !
Haaaaaaa~!”
Tidak lama berselang,
disaat ketiga bandit itu menyerangnya secara serempak, Rio memusatkan tenaganya
kepada kedua kakinya dan melompat setinggi mungkin yang ia bisa.
[Suara 2 Anak Panah Dilepaskan Secara
Bersamaan Dari Kedua Sisi]
“…”
[Kiri Tuan !]
Kali ini tanpa melakukan
pertikaian ataupun kontak mata dengan Nusa, Rio mempercayakan sepenuhnya kepada
Nusa dan sedikit menggerakan badannya kearah kiri sehingga kedua panah yang
seharusnya mengenai tubuh Nusa beradu satu sama lain. Tentu saja kedua pemanah
tersebut hanya bisa terkejut dan langsung menyiapkan anak panah selanjutnya.
Namun, seberapapun banyaknya anak panah yang mereka berdua lepaskan… tidak
satupun mengenai Rio.
Melihat kearah
bandit yang berada dibawahnya terdiam membisu, Rio segera memukul ketiga senjata
bandit tersebut.
[Suara Benda Tajam Hancur]
“Apa ?”
“Hah ?”
“Tch !”
Tidak mengerti apa
yang sebenarnya terjadi, ketiga bandit itu hanya bisa menunjukkan raut muka
kebingungan karena Rio berhasil menghancurkan senjata mereka dengan tangan
kosong.
[Suara Tanah Retak Akibat Hantaman Keras
Sehingga Membuat Sebuah Lubang yang Cukup Besar]
“[Resize] ! Haaaaa~!”
Setelah Rio
menggunakan kemampuan [Free Skill]
miliknya, serpihan batu yang terbentuk akibat hantaman keras dari pukulannya
yang telah ditambahkan oleh skill up
itu seluruhnya berubah menjadi berukuran sangat besar dengan diameter sekitar
100 M terlebih lagi… bukan hanya satu melainkan seluruh serpihan yang tercipta
oleh serangan Rio beberapa saat yang lalu.
“Saaaa~ waktunya
serangan balasan, BANDIT SIALAAAAAAAAAAAN !”
—Selagi
mengeluarkan senyum layaknya seorang penjahat yang sangat licik, Rio bersiap
untuk memulai serangan balasan miliknya.
Note :
Bagaimana Nih setelah mengikuti cerita [Nusantara] ini ? Seru atau tidak ? kalau boleh tahu, Link mengetahui pendapat dari para pembaca setelah mengikuti [Nusantara] hingga Chapter 13 ini, jadi tolong tinggalkan komentar ya :D
Salam,
World2Link