Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Sunday, September 25, 2016

[Nusantara] Chapter 13 – Rencana

Chapter 13 – Rencana



[3rd Person Point of View]

“Bukannya gua sudah bilang kalau gua percaya sama, lu ! Makanya gua percaya kalau kita pakai petunjuk dari gua tadi !?”

[Bukannya saya sudah bilang kalau saya percaya sama, tuan ! Makanya saya percaya kalau kita pakai petunjuk dari saya tadi !?]

“…”

[]

Ini orang ngomong apa sih !?, setidaknya itulah hal yang mereka berdua pikirkan disaat yang bersamaan. Mungkin untuk Rio dan Nusa hal ini tidak dapat disebut dengan keakraban dan hanya terlihat bagaikan sebuah argumen dari seorang anak kecil. Namun, lain halnya dengan para bandit yang terdiam beberapa saat setelah melihat Rio berbicara seorang diri. Hal ini membuat mereka sedikit ketakutan dengan Rio. Namun, tentu saja Rio dan Nusa tidak sedikitpun menyadari hal tersebut.

Pada dasarnya hal ini terjadi karena kesalahpahaman dan juga keegoisan diantara mereka berdua. Disatu sisi, Rio mempercayai jika kali ini Nusa akan mengikuti petunjuk darinya namun sama seperti sebelumnya, mereka berdua teguh pada pendiriannya masing-masing. Tingkah laku mereka berdua benar-benar seperti anak kecil.

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

[Tuan !]

“!”

Melihat sebuah anak panah yang dilepaskan kearah Rio, Nusa segera menggunakan sebuah pelindung kecil disebelah kanan kepala Rio untuk menahan serangan panah tersebut.

[Menunduk !]

“*Hup* !”
           
          Tanpa banyak berbicara, Rio mengikuti perkataan dari Nusa. Pada awalnya ia memang ragu-ragu namun setelah melihat Nusa mengeluarkan sebuah pelindung untuk melindungi dirinya, Rio memutuskan untuk mengikuti perintah dari Nusa. Walaupun ia merasa kesal sendiri pada akhirnya.

            “Sepertinya ini bukanlah saat yang tepat untuk berdebat”

            [Benar juga Tuan, saat ini ada hal yang harus kita urus terlebih dahulu]

            “Apa… itu ? [Magic Shield] ?”

            “Jangan bilang dia seorang… [Magic User] !?”

            Melihat anak panah yang terpental oleh pelindung yang dibuat oleh Nusa, membuat mata kedua pemanah tersebut terbelalak karenanya. Seakan-akan tidak mempercayai hal yang mereka lihat, raut muka mereka mulai berubah menjadi sedikit lebih kaku.

            “Sial ! Sekarang ketiga bandit lainnya sudah berada disekitar gua, bagaimana ini ?”

            Melihat hal ini, Rio sekali lagi mengamati keadaan disekitarnya.

Sepertinya gua memang harus mencoba cara yang tadi sempat gua pikirin namun gagal untuk gua pakai… tapi…

            Disaat Rio sedang membuat rencana, ketiga bandit tersebut menyerangnya secara bersamaan. Bandit yang menggunakan pedang menyerangnya dari depan sama seperti sebelumnya.

            [Suara Tebasan Pedang Berkali-kali]

            “Haaaaaaa !”

            “Ua ! *Set*… *Sat*… *Hup*…”

         Disaat Rio berusaha menghindari serangan menyapu dari bandit tersebut, ia memilih untuk melompat mundur untuk menghindari tebasan pedang yang dapat membuatnya mengeluarkan isi perutnya… tentu saja dalam artian yang sesungguhnya. Namun…

            “Ap—!”

            Ga-gawat ! Kalau begini bagaimana cara gua menghindarinya !?

     Sebelum ia menyadarinya, kedua bandit yang menggunakan pisau belati sudah bersiap menyerangnya dari belakang. Bandit yang menggunakan dua buah pisau dengan ikat perut berwarna merah yang terbuat dari kain tipis berusaha menyerang Rio selagi berada diudara.

            Semoga berhasil !

            “Ha !”

            “*Hup*… *Swooosh*…”

      Selagi berharap cemas, Rio berusaha menghindari serangan bandit tersebut dengan cara memegang tangan bandit itu layaknya seorang karakter utama dalam sebuah film silat. Namun hal yang membuatnya terkejut adalah karena ia berhasil melakukannya dan melompat kebelakang bandit tersebut seakan-akan tubuhnya memahami apa yang ia inginkan.

            Skill up itu… hebat ! Hidup skill up ! Hidup technique dan power !

            “Apa ?”

          Tidak percaya dengan apa yang ia lihat, bandit itu hanya bisa membuka mulutnya lebar-lebar melihat gerakan dari Rio yang langsung melompat kebelakangnya setelah ia mencengkeram tangannya untuk menahan ia menghunuskan pisaunya kearah Rio.

            “Rasakan in—”

            [Suara Pisau Dilempar]

            [Tuan !]

            “Tch ! Lagi-lagi menghindar !”

            Disaat Rio akan menendang bandit yang berada dibelakangnya setelah berhasil melompati dan membelakangi bandit tersebut, sebilah pisau dilemparkan tepat menuju kearah mukanya. Tentu saja hal ini membuatnya kaget dan memutuskan untuk menghindari serangan tersebut. Jika bukan karena peringatan dari Nusa, ia sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika pisau tersebut mengenai bagian mata kirinya.

            Sekali lagi Rio kehilangan kesempatan untuk melumpuhkan salah satu dari kelima bandit yang saat ini menyerang dirinya. Disaat ia sedang berhadapan dengan bandit yang menghadangnya, ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan tasnya. Oleh karena itu, hal ini membuat ia menjadi tidak sabaran.

Kalau sudah seperti ini, mau bagaimana lagi… gua harus segera mencari celah untuk membalikkan keadaan gua !

Selagi terus mengindari serangan dari ketiga bandit yang menyerangnya dari jarak dekat dan dua bandit yang menyerangnya dengan anak panah sejak beberapa saat yang lalu, membuat Rio kesulitan untuk mencari celah. Mungkin sulit untuk mengakuinya tapi kerjasama dari kelima orang ini benar-benar sulit untuk dihancurkan. Layaknya sebuah bidak catur yang terus melindungi satu sama lainnya.

“haaa… haaaa… haaaa…”

“Hou… sepertinya kau sudah kehabisan napas”

Melihat hal ini, bandit yang menggunakan pedang menyempitkan matanya dan memperlihatkan senyum penuh intimidasi. Melakukan kontak mata kepada keempat rekannya yang lain, iapun mulai bersiap mengambil ancang-ancang untuk kembali menyerang Rio yang mulai kehabisan napas.

Disisi lain, hal ini juga diluar perkiraan Rio karena ia tidak mengira jika gerakannya sangat menguras stamina yang dimilikinya… atau mungkin karena tubuhnya tidak dapat menerima perubahannya yang terjadi secara mendadak.

“Ha !”

“Mati kau !”

“Haaaa”

“Ei ! *Set*… *Set*… *Swap*… *Hup*…”

Sedikit lagi… sebentar lagi… tunggu sebentar lagi… Ah !

Selagi Rio menghindari serangan kombinasi dari ketiga bandit tersebut, Rio menunggu waktu yang tepat untuk memulai rencananya. Menghindar dan terus menghindar hingga ia mendapatkan waktu yang tepat.

“Sekarang ! Haaaaaaa~!”

Tidak lama berselang, disaat ketiga bandit itu menyerangnya secara serempak, Rio memusatkan tenaganya kepada kedua kakinya dan melompat setinggi mungkin yang ia bisa.

[Suara 2 Anak Panah Dilepaskan Secara Bersamaan Dari Kedua Sisi]

“…”

[Kiri Tuan !]

Kali ini tanpa melakukan pertikaian ataupun kontak mata dengan Nusa, Rio mempercayakan sepenuhnya kepada Nusa dan sedikit menggerakan badannya kearah kiri sehingga kedua panah yang seharusnya mengenai tubuh Nusa beradu satu sama lain. Tentu saja kedua pemanah tersebut hanya bisa terkejut dan langsung menyiapkan anak panah selanjutnya. Namun, seberapapun banyaknya anak panah yang mereka berdua lepaskan… tidak satupun mengenai Rio.

Melihat kearah bandit yang berada dibawahnya terdiam membisu, Rio segera memukul ketiga senjata bandit tersebut.

[Suara Benda Tajam Hancur]

“Apa ?”

“Hah ?”

“Tch !”

Tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ketiga bandit itu hanya bisa menunjukkan raut muka kebingungan karena Rio berhasil menghancurkan senjata mereka dengan tangan kosong.

[Suara Tanah Retak Akibat Hantaman Keras Sehingga Membuat Sebuah Lubang yang Cukup Besar]

“[Resize] ! Haaaaa~!”

Setelah Rio menggunakan kemampuan [Free Skill] miliknya, serpihan batu yang terbentuk akibat hantaman keras dari pukulannya yang telah ditambahkan oleh skill up itu seluruhnya berubah menjadi berukuran sangat besar dengan diameter sekitar 100 M terlebih lagi… bukan hanya satu melainkan seluruh serpihan yang tercipta oleh serangan Rio beberapa saat yang lalu.

“Saaaa~ waktunya serangan balasan, BANDIT SIALAAAAAAAAAAAN !”


—Selagi mengeluarkan senyum layaknya seorang penjahat yang sangat licik, Rio bersiap untuk memulai serangan balasan miliknya.


Note : 
Bagaimana Nih setelah mengikuti cerita [Nusantara] ini ? Seru atau tidak ? kalau boleh tahu, Link mengetahui pendapat dari para pembaca setelah mengikuti [Nusantara] hingga Chapter 13 ini, jadi tolong tinggalkan komentar ya :D 

Salam, 
World2Link

Sunday, September 18, 2016

[Nusantara] Chapter 12 – Status 3 (Full Power III)

Chapter 12 – Status 3 (Full Power III)



            [3rd Person Point of View]

“Serang !”
            
            [Tuan !]
            
           Gawat ! Gawat ! Gawat ! Gimana !? Gua harus bagaimana ini !?

    Keringat dingin mulai mengalir membasahi tubuh Rio. Ini bukanlah pertama kalinya ia menghadapi hal seperti ini, namun jika dibandingkan dengan situasi saat pertama kali ia tiba ditempat ini, hal seperti ini bukanlah masalah besar baginya.

            “Ah ! Benar juga, untuk saat ini…”

            Selagi Rio memperhatikan setiap gerakan dari kelima bandit itu, ia memutuskan satu hal.

            “Buku sialan ! Bisa gak lu bantu gua sedikit ?”

            [Bantu… apa tuan ?]

            “Beritahu semua gerakan yang dilakukan oleh para pemanah sialan itu”

            [Ah ! Saya mengerti tuan]

            “*Angguk*”

Bagus… sekarang tinggal bagaimana caranya agar gua bisa mengalahkan ketiga bandit lainnya…

Setelah menganggukkan kepalanya kepada Nusa, Rio mulai memfokuskan pandangannya kepada dua orang bandit yang menggunakan pisau dan seorang bandit yang menggunakan pedang.

Seorang bandit dengan baju biru lusuh yang menggunakan dua buah belati berlari kearahnya dari arah jam 2.  Bersamaan dengan gerakan bandit tersebut, bandit lelaki yang tidak menggunakan baju dan hanya menggunakan celana panjang berbahan kain menuju kearahnya dari arah jam 10 selagi memegang sebuah pisau. Sulit untuk mengatakannya namun Rio mengakui bahwa kerjasama mereka cukup baik.

Mengalihkan pandangannya kebelakang, ia melihat seorang bandit dengan jaket kulit berlari kearahnya dengan menggunakan sebilah pedang yang siap diayunkan kapan saja.

Keh ! Semuanya bergantung pada buku sialan itu… mau tidak mau gua harus percaya sama dia…

“Haaaaa… fuuuuu…”, selesai menarik napas, Rio segera berlari kearah bandit yang menggunakan pedang terlebih dahulu. Disiapkan kepalan tangannya dan digernyitkan giginya. Baginya saat ini yang paling berbahaya adalah orang yang dapat memobilisasi sebuah pasukan. Bagi Rio serangan yang terkoordinasi itu… sangat menjengkelkan.

“Haaaaa !”

“Ap—!”

Melihat gerakan bandit yang tiba-tiba melakukan sebuah sliding tackle membuat Rio membuka matanya lebar dan segera menghindar namun, tepat setelah ia menghindar bandit tersebut langsung berdiri dan mengayunkan pedangnya dengan cara memutarkan badannya sehingga ia dapat mendapatkan momentum untuk mengayunkan pedangnya dengan sangat kencang.

Gawat ! Gak ada yang bilang kalau bandit bisa bergerak seperti itu !?

“Ei !”

[Suara Ayunan Pedang]

[Suara Baju Tertebas dan Robek]

“Kuh !”

Melihat gerakan Rio yang berhasil menghindari tebasannya itu, bandit dengan jaket kulit tersebut mengeluarkan suara penuh dengan kekesalan. Disisi lain, Rio mulai merasa kesal karena Sweater berwarna biru miliknya robek akibat tebasan pedang dari bandit tersebut.

[Tuan ! Kiri !]

“Hup !”

[Suara Anak Panah Menancap di Pohon]

Mendengar ucapan Nusa, Rio segera melompat kearah kanan tanpa sedikitpun melihat kebelakang. Hal ini seperti yang telah direncanakan oleh Rio. Rio meminta Nusa untuk memberitahu anak panah yang akan datang kepadanya sehingga Rio dapat menghindar dengan melakukan hal sebaliknya dari apa yang Nusa ucapkan—

“Oi ! Apa-apaan itu !? Kenapa anak panahnya hampir kena kaki gua !? Hah !?”

[Tuan Sendiri kenapa melompat kearah yang berlawanan dengan yang saya katakan !]

“Ha ?”

[Eh ?]

“…”

[]

—Namun, seperti yang diharapkan dari pasangan ini, tidak sedikitpun pesan yang tersampaikan… mungkin lebih tepatnya, mereka berdua gagal memahami maksud satu sama lain.

Disatu sisi Rio menginginkan Nusa memberitahukan kemana arah anak panah itu datang sehingga ia dapat menghindar kesisi yang berlawanan. Disisi lain, Nusa mengartikan permintaan Rio dengan hal yang berlawanan yaitu ia harus memberitahu kemana arah Rio harus menghindar sehingga terjadilah miss komunikasi antara mereka berdua.

Rio dan Nusa hanya bisa terdiam satu sama lain. Jika bertanya apa yang mereka pikirkan jawabannya hanya satu… Ini Orang gak paham apa ya !?

[Suara Panah Menembus Mengenai Batang pohon]

“Ap—!”

[Tuan !]

Melihat hal ini, mereka berdua kembali kepada kenyataan bahwa saat ini mereka tengah berada disituasi yang sangat genting. Sekali lagi melihat kearah Nusa, Rio mengangguk sekali lagi.  Tanpa perlu ditanyakan lagi, Rio kembali menggunakan taktik seperti tadi.

“Gua Percaya sama lu, oke ? Oke !?”

[Ba-baik tuan ! Serahkan kepada saya !]

Mendengar kalimat ini, sekali lagi Rio mengamati gerakan para bandit yang saat ini mengelilingi dirinya. Bandit yang berhadapan dengannya sejak tadi kini mulai kembali mengambil ancang-ancang untuk mendekatinya. Sedangkan kedua bandit yang menggunakan pisau mulai memperpendek jarak diantara mereka berdua.

Sip ! Seharusnya sekarang kerjasama gua dengan si buku sialan ini tidak ada masalah…

Selagi mempersiapkan ancang-ancang, Rio mulai mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Menarik napas dan mengeluarkannya lagi. Hal ini ia lakukan beberapa kali untuk membuat dirinya tenang.

“Mati kau sialan !”

“Ei ! *set*… *sat*… *hup*… *sreeeet*…”

Selagi mengeluarkan sedikit suara aneh, Rio menghindari tebasan pedang tersebut kekiri dan kekanan. Lalu disaat bandit itu mengarahkan pedangnya kearah kaki Rio setelah memutarkan badannya selagi perlahan-lahan menunduk, Rio menghindari serangannya dengan cara melompat mundur. Setelah itu ia menapakkan kakinya dengan sedikit seretan ditanah agar ia tidak kehilangan keseimbangan tubuhnya.

“Eh !”

“Tch ! Bocah sialan !”

Tunggu tunggu tunggu ! Badan gua lincah banget… selain itu, keseimbangan gua gak terganggu sama sekali… jangan bilang ini…

“Efek dari Skill up !?”

Terkejut dengan gerakannya, Rio membuka lebar matanya hingga batas maksimalnya. Ia sendiri tidak percaya jika skill up yang disarankan oleh Nusa benar-benar mempunyai efek yang sangat tidak diduga. Pada awalnya ia hanya mengira jika power-nya yang tidak biasa itu berasal dari dirinya sendiri karena dari apa yang ia ketahui selama membaca ataupun menonton film bertema fantasy, kekuatan tangannya itu adalah hal yang wajar. Namun setelah ia melihat gerakan tubuhnya kali ini, ia menjadi sadar bahwa ini adalah efek dari skill up yang telah difokuskan kepada power dan technique.

[Suara Tebasan Pedang Secara Beruntun]

“*Set*… *hup*…”

Ta-tapi kalau seperti ini terus, gua bisa-bisa…

Menyadari situasi saat ini, Rio mulai mencari cara untuk mengalahkannya. Melihat keadaan sekitarnya dengan seksama, Rio akhirnya memutuskan untuk menggunakan tipografi wilayah disekitarnya.

Ah ! Benar juga !

Mendapatkan ide, Rio mulai memfokuskan tenaga dikedua kakinya. Mengamati pergerakan bandit didepan dan juga belakangnya, Rio menunggu waktu yang tepat.

Sedikit lagi !

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

[Tuan ! Kanan !]

“*Hup*…!”

[Suara Panah Tertancap Ditanah]

“…”

[]

Sekali lagi keadaan disekitar Nusa dan Rio menjadi hening. Bahkan kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu oleh Rio, kini hilang begitu saja.

“Oi sialan…”

[Tuan…]

Menatap Nusa, Rio Terdiam sesaat seakan-akan mengabaikan keadaan disekitarnya. Nusa yang terdiampun seakan-akan ingin mengatakan hal yang sama dengan Rio.

“Oi ! Tadi bukannya gua sudah bilang kalau gua percaya sama lu ya…”

[Iya Tuan, bukannya saya juga tadi sudah mengatakan hal yang sama…]

“…”

[]

Sekali lagi mereka terdiam. Suasana disekitar Rio dan Nusa terasa sangat berat. Seakan-akan sedang terjadi perang dingin, mereka hanya menatap satu sama lain… lebih tepatnya Rio lah yang menatap Nusa sejak tadi. Mengabaikan keadaan sekitarnya, mereka berdua mengeluarkan suara yang membuat ekspresi para bandit yang sedang berlari menuju kearah Rio terkejut dan akhirnya terdiam sesaat. Namun disaat yang bersamaan, kedua pemanah yang sudah mengunci Rio sebagai target mereka—

“Bukannya gua sudah bilang kalau gua percaya sama, lu ! Makanya gua percaya kalau kita pakai petunjuk dari gua tadi !?”

[Bukannya saya sudah bilang kalau saya percaya sama, tuan ! Makanya saya percaya kalau kita pakai petunjuk dari saya tadi !?]

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

—Mengabaikan tingkah Rio yang tiba-tiba saja berbicara sendiri dan langsung melepaskan anak panahnya kearah Rio. Tentu saja Rio yang sedang terbawa emosi tidak menyadari hal tersebut.


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close