Sunday, September 18, 2016

[Nusantara] Chapter 12 – Status 3 (Full Power III)

Chapter 12 – Status 3 (Full Power III)



            [3rd Person Point of View]

“Serang !”
            
            [Tuan !]
            
           Gawat ! Gawat ! Gawat ! Gimana !? Gua harus bagaimana ini !?

    Keringat dingin mulai mengalir membasahi tubuh Rio. Ini bukanlah pertama kalinya ia menghadapi hal seperti ini, namun jika dibandingkan dengan situasi saat pertama kali ia tiba ditempat ini, hal seperti ini bukanlah masalah besar baginya.

            “Ah ! Benar juga, untuk saat ini…”

            Selagi Rio memperhatikan setiap gerakan dari kelima bandit itu, ia memutuskan satu hal.

            “Buku sialan ! Bisa gak lu bantu gua sedikit ?”

            [Bantu… apa tuan ?]

            “Beritahu semua gerakan yang dilakukan oleh para pemanah sialan itu”

            [Ah ! Saya mengerti tuan]

            “*Angguk*”

Bagus… sekarang tinggal bagaimana caranya agar gua bisa mengalahkan ketiga bandit lainnya…

Setelah menganggukkan kepalanya kepada Nusa, Rio mulai memfokuskan pandangannya kepada dua orang bandit yang menggunakan pisau dan seorang bandit yang menggunakan pedang.

Seorang bandit dengan baju biru lusuh yang menggunakan dua buah belati berlari kearahnya dari arah jam 2.  Bersamaan dengan gerakan bandit tersebut, bandit lelaki yang tidak menggunakan baju dan hanya menggunakan celana panjang berbahan kain menuju kearahnya dari arah jam 10 selagi memegang sebuah pisau. Sulit untuk mengatakannya namun Rio mengakui bahwa kerjasama mereka cukup baik.

Mengalihkan pandangannya kebelakang, ia melihat seorang bandit dengan jaket kulit berlari kearahnya dengan menggunakan sebilah pedang yang siap diayunkan kapan saja.

Keh ! Semuanya bergantung pada buku sialan itu… mau tidak mau gua harus percaya sama dia…

“Haaaaa… fuuuuu…”, selesai menarik napas, Rio segera berlari kearah bandit yang menggunakan pedang terlebih dahulu. Disiapkan kepalan tangannya dan digernyitkan giginya. Baginya saat ini yang paling berbahaya adalah orang yang dapat memobilisasi sebuah pasukan. Bagi Rio serangan yang terkoordinasi itu… sangat menjengkelkan.

“Haaaaa !”

“Ap—!”

Melihat gerakan bandit yang tiba-tiba melakukan sebuah sliding tackle membuat Rio membuka matanya lebar dan segera menghindar namun, tepat setelah ia menghindar bandit tersebut langsung berdiri dan mengayunkan pedangnya dengan cara memutarkan badannya sehingga ia dapat mendapatkan momentum untuk mengayunkan pedangnya dengan sangat kencang.

Gawat ! Gak ada yang bilang kalau bandit bisa bergerak seperti itu !?

“Ei !”

[Suara Ayunan Pedang]

[Suara Baju Tertebas dan Robek]

“Kuh !”

Melihat gerakan Rio yang berhasil menghindari tebasannya itu, bandit dengan jaket kulit tersebut mengeluarkan suara penuh dengan kekesalan. Disisi lain, Rio mulai merasa kesal karena Sweater berwarna biru miliknya robek akibat tebasan pedang dari bandit tersebut.

[Tuan ! Kiri !]

“Hup !”

[Suara Anak Panah Menancap di Pohon]

Mendengar ucapan Nusa, Rio segera melompat kearah kanan tanpa sedikitpun melihat kebelakang. Hal ini seperti yang telah direncanakan oleh Rio. Rio meminta Nusa untuk memberitahu anak panah yang akan datang kepadanya sehingga Rio dapat menghindar dengan melakukan hal sebaliknya dari apa yang Nusa ucapkan—

“Oi ! Apa-apaan itu !? Kenapa anak panahnya hampir kena kaki gua !? Hah !?”

[Tuan Sendiri kenapa melompat kearah yang berlawanan dengan yang saya katakan !]

“Ha ?”

[Eh ?]

“…”

[]

—Namun, seperti yang diharapkan dari pasangan ini, tidak sedikitpun pesan yang tersampaikan… mungkin lebih tepatnya, mereka berdua gagal memahami maksud satu sama lain.

Disatu sisi Rio menginginkan Nusa memberitahukan kemana arah anak panah itu datang sehingga ia dapat menghindar kesisi yang berlawanan. Disisi lain, Nusa mengartikan permintaan Rio dengan hal yang berlawanan yaitu ia harus memberitahu kemana arah Rio harus menghindar sehingga terjadilah miss komunikasi antara mereka berdua.

Rio dan Nusa hanya bisa terdiam satu sama lain. Jika bertanya apa yang mereka pikirkan jawabannya hanya satu… Ini Orang gak paham apa ya !?

[Suara Panah Menembus Mengenai Batang pohon]

“Ap—!”

[Tuan !]

Melihat hal ini, mereka berdua kembali kepada kenyataan bahwa saat ini mereka tengah berada disituasi yang sangat genting. Sekali lagi melihat kearah Nusa, Rio mengangguk sekali lagi.  Tanpa perlu ditanyakan lagi, Rio kembali menggunakan taktik seperti tadi.

“Gua Percaya sama lu, oke ? Oke !?”

[Ba-baik tuan ! Serahkan kepada saya !]

Mendengar kalimat ini, sekali lagi Rio mengamati gerakan para bandit yang saat ini mengelilingi dirinya. Bandit yang berhadapan dengannya sejak tadi kini mulai kembali mengambil ancang-ancang untuk mendekatinya. Sedangkan kedua bandit yang menggunakan pisau mulai memperpendek jarak diantara mereka berdua.

Sip ! Seharusnya sekarang kerjasama gua dengan si buku sialan ini tidak ada masalah…

Selagi mempersiapkan ancang-ancang, Rio mulai mendapatkan kembali kepercayaan dirinya. Menarik napas dan mengeluarkannya lagi. Hal ini ia lakukan beberapa kali untuk membuat dirinya tenang.

“Mati kau sialan !”

“Ei ! *set*… *sat*… *hup*… *sreeeet*…”

Selagi mengeluarkan sedikit suara aneh, Rio menghindari tebasan pedang tersebut kekiri dan kekanan. Lalu disaat bandit itu mengarahkan pedangnya kearah kaki Rio setelah memutarkan badannya selagi perlahan-lahan menunduk, Rio menghindari serangannya dengan cara melompat mundur. Setelah itu ia menapakkan kakinya dengan sedikit seretan ditanah agar ia tidak kehilangan keseimbangan tubuhnya.

“Eh !”

“Tch ! Bocah sialan !”

Tunggu tunggu tunggu ! Badan gua lincah banget… selain itu, keseimbangan gua gak terganggu sama sekali… jangan bilang ini…

“Efek dari Skill up !?”

Terkejut dengan gerakannya, Rio membuka lebar matanya hingga batas maksimalnya. Ia sendiri tidak percaya jika skill up yang disarankan oleh Nusa benar-benar mempunyai efek yang sangat tidak diduga. Pada awalnya ia hanya mengira jika power-nya yang tidak biasa itu berasal dari dirinya sendiri karena dari apa yang ia ketahui selama membaca ataupun menonton film bertema fantasy, kekuatan tangannya itu adalah hal yang wajar. Namun setelah ia melihat gerakan tubuhnya kali ini, ia menjadi sadar bahwa ini adalah efek dari skill up yang telah difokuskan kepada power dan technique.

[Suara Tebasan Pedang Secara Beruntun]

“*Set*… *hup*…”

Ta-tapi kalau seperti ini terus, gua bisa-bisa…

Menyadari situasi saat ini, Rio mulai mencari cara untuk mengalahkannya. Melihat keadaan sekitarnya dengan seksama, Rio akhirnya memutuskan untuk menggunakan tipografi wilayah disekitarnya.

Ah ! Benar juga !

Mendapatkan ide, Rio mulai memfokuskan tenaga dikedua kakinya. Mengamati pergerakan bandit didepan dan juga belakangnya, Rio menunggu waktu yang tepat.

Sedikit lagi !

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

[Tuan ! Kanan !]

“*Hup*…!”

[Suara Panah Tertancap Ditanah]

“…”

[]

Sekali lagi keadaan disekitar Nusa dan Rio menjadi hening. Bahkan kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu oleh Rio, kini hilang begitu saja.

“Oi sialan…”

[Tuan…]

Menatap Nusa, Rio Terdiam sesaat seakan-akan mengabaikan keadaan disekitarnya. Nusa yang terdiampun seakan-akan ingin mengatakan hal yang sama dengan Rio.

“Oi ! Tadi bukannya gua sudah bilang kalau gua percaya sama lu ya…”

[Iya Tuan, bukannya saya juga tadi sudah mengatakan hal yang sama…]

“…”

[]

Sekali lagi mereka terdiam. Suasana disekitar Rio dan Nusa terasa sangat berat. Seakan-akan sedang terjadi perang dingin, mereka hanya menatap satu sama lain… lebih tepatnya Rio lah yang menatap Nusa sejak tadi. Mengabaikan keadaan sekitarnya, mereka berdua mengeluarkan suara yang membuat ekspresi para bandit yang sedang berlari menuju kearah Rio terkejut dan akhirnya terdiam sesaat. Namun disaat yang bersamaan, kedua pemanah yang sudah mengunci Rio sebagai target mereka—

“Bukannya gua sudah bilang kalau gua percaya sama, lu ! Makanya gua percaya kalau kita pakai petunjuk dari gua tadi !?”

[Bukannya saya sudah bilang kalau saya percaya sama, tuan ! Makanya saya percaya kalau kita pakai petunjuk dari saya tadi !?]

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

—Mengabaikan tingkah Rio yang tiba-tiba saja berbicara sendiri dan langsung melepaskan anak panahnya kearah Rio. Tentu saja Rio yang sedang terbawa emosi tidak menyadari hal tersebut.


1 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close