Sunday, September 11, 2016

[Nusantara] Chapter 11 – Status 2 (Full Power II)

Chapter 11 – Status 2 (Full Power II)



[3rd Person Point of View]

“Guha…”

“Argh !”

Sebenarnya jumlah mereka semua ada berapa sih ?! Kok perasaan dari tadi gak ada habisnya ?!

[Suara Pohon yang hancur akibat hantaman keras]

[Suara Kepakan Sayap Hewan yang Menyerupai Burung]

Jauh ditengah kedalaman hutan [Skyp], suara kegaduhan terdengar sangat keras. Beberapa pohon yang sebelumnya berdiri dengan tegak, kini telah hancur berantakkan akibat benturan keras para bandit yang terkena pukulan tangan Rio. Hewan menyerupai burung namun memiliki daun telinga berwana biru beterbangan meninggalkan kawasan hutan. Kini, suasana yang tenang didalam hutan telah berubah sepenuhnya akibat ulah bandit dan juga Rio.

[Suara Sentilan keras Jari]

[Suara Orang Terlempar Hingga Menghancurkan Pohon]

Tapi dilihat darimanapun juga, bukankah kekuatan gua ini… kebablasan kuatnya ya ? Masa hanya dengan sentilan jari saja para bandit terpental sangat jauh ? Cheat itu… seram juga ya…

Kekuatan yang saat ini Rio gunakan adalah hasil [Mana] yang telah diubah menjadi skill poin atau suatu nilai yang biasanya terdapat dalam sebuah game untuk meningkatkan kemampuan dasar seseorang. Selain itu, saat ini sebagian skill poin tersebut dialihkan oleh Nusa kepada power dan technique seluruhnya atas perintah Rio.

“Oi ! Lu punya kemampuan kayak radar, kan ? Apa itu namanya… ah ! [Open Map], cepat cari dimana letak tas gua terlempar !”

[Sebentar Tuan… hmmm… ah ! Ditengah hutan Tuan, arah jam 10, tapi…]

“Tapi apa ?”

[Disekitar tempat tas tuan berada tedapat sekitar 10 bandit dan 1 orang asing tuan, terlebih lagi… salah satu diantara mereka adalah seorang [Magic User] dan sepertinya orang asing tersebut juga seorang [Magic User] dan memiliki Ras ganda… [Svregna] ! ]

Sial apa-apaan sama keterangan lengkap begitu ?! Sebenernya banyak yang mau gua tanyakan tapi… sekarang bukan saat yang tepat…

Seperti apa yang Rio pikirkan, saat ini bukanlah saat yang tepat baginya untuk menanyakan hal tersebut. Selama pencariannya, ia telah berhadapan dengan sekitar 4 hingga 5 bandit. Namun, semuanya terpental setelah pukulan rio mengenai bagian tubuh mereka.

Berlari menuju kearah hutan mengikuti petunjuk dari Nusa, sebelum Rio menyadarinya, dihadapannya ia melihat sebuah arah panah berwarna biru yang menunjukkan suatu arah layaknya sebuah GPS. Arah panah tersebut bergerak mengganti arah mengikuti arah gerakan Rio sehingga memudahkannya menuju ketempat dimana tasnya berada.

[Tuan berhenti !]

[Suara Panah yang menancap ditanah]

 “Ap—!”

Sial hampir aja kena kepala gua !

Dialihkan pandangan Rio kearah dimana anak panah tersebut berasal, ia berlari kencang dan menendang pohon tersebut dengan kaki kanannya. Seorang bandit yang melihat Rio bergerak kerahnya dengan panik berusaha untuk melompat namun… hal itu sudah terlambat baginya.

[Suara Pohon Terpental dengan Sangat Keras dan Kencang Bagaikan Sebuah Pesawat Jet]

“Uaaaaaaaa~”

Mengabaikan teriakan bandit tersebut, Rio terus berlari menuju arah yang ditunjukkan oleh arah panah dihadapannya. Sudah sekitar 20 menit berlalu sejak Rio memasuki wilayah hutan dan sejak saat itu, berbagai kerusakan parah ia timbulkan disekitar hutan yang ia lalui. Rio sendiri mulai berpikir bahwa ia dapat dimarahi akibat hal yang ia lakukan. Namun, setelah ia berpikir untuk membenahi hutan ini saat ia berhasil mengambil tasnya, Riopun akhirnya tidak lagi menahan dirinya.

“Oi ! Buku sialan ! Apa jaraknya masih jauh ?!”

[Mungkin sekitar 10 menit lagi tuan]

“10 menit ?! Dengan berlari ! Bukankah masih sangat jauh !”

Mendengar ucapan Nusa, Rio membuka matanya lebar akibat tidak percaya. Hal ini juga karena tasnya terhempas sangat jauh akibat Rio menghajar seseorang yang membuatnya kesal dan tanpa sepengetahuannya, pukulannya tersebut membuat angin berhembus dengan sangat kencag. Terlebih lagi… tidak normal hingga menghempaskan orang disekitarnya.

“Benar juga ! Hei ! Apa yang terjadi kalau gua menggunakan barang untuk menghajar mereka ?”

[Jika tuan menggunakan barang, barang tersebut akan hancur kecuali jika barang tersebut dapat menampung [Mana] atau terbuat dari material yang sangat kuat. hmm… misalnya seperti [Dukalium Minorum]]

“Apa lagi coba itu !?”, itulah yang ingin Rio ucapkan namun ia mengurungkan niatnya karena jika ia menanyakannya akan merepotkan jika harus mendengarkan penjelasan dari Nusa saat ia harus berlari dan membagi konsentrasinya dengan wilayah disekitarnya.

Hmmm… ? Kenapa sepertinya banyak orang yang menuju kearah situ ?

Melihat beberapa orang yang berlari menuju kearah yang sama dengan yang ditunjukkan oleh arah panah dihadapan Rio membuatnya sedikit penasaran. Dihadapannya saat ini terdapat sekitar 6 orang dan salah satunya mengenakan bandana berwarna coklat.

“Ah !”

“Tch ! Sial !”

Menyadari salah satu bandit tersebut melihat Rio, membuatnya menjentikkan lidahnya.

“Bos ! Ada seseorang yang mengikuti kita !”

“Kalian semua urus orang tersebut ! Aku sendiri sudah cukup untuk mengurus gadis kecil tersebut !”

“Si-siap bos !”

Kelima orang dihadapan Rio segera membalikkan badannya dan mulai berusaha untuk menyerang dirinya. Seorang banditi mengeluarkan pedang sepanjang 1 meter, 2 orang mengeluarkan pisau, dan sisanya mengeluarkan panah dan langsung bersiap membidik Rio.

Gawat !

[Suara Anak Panah Dilepaskan]

Melihat hal ini, Rio segera bersembunyi disamping pohon yang berada disebelah kirinya. Selama ia bersembunyi, ia melihat kelima bandit tersebut mulai menyebar dan akhirnya berhasil mengelilinginya. Saat ini Rio sangat kuat, namun bukan berarti ia kebal ataupun abadi. Jika anak panah menembus bagian vital tubuhnya, ia akan merasakan sakit dan parahnya mungkin ia dapat kehilangan nyawanya.

“Oi ! Oi ! Oi ! Bukankah ini yang dinamakan bahaya besar ya ?”

[Maaa~ kurang lebih begitulah tuan]

“Ada apa dengan cara bicaramu yang santai begitu ?!”

[Bagaimanapun juga keadaannya, saya selalu percaya dengan tuan]

“Apa lu beneran percaya sama gua ?!”

[]

“…”

[Pe-percaya]

“Oi ! Apa-apaan sama jeda barusan ! Lu gak percaya sama gua kan ?!”

[Ti-tidak kok tuan… benar saya tid—percaya sama tuan bahwa tuan bisa melewati keadaan ini…]

“Tadi lu bilang tidak, kan ?! Tadi gua denger lu bilang tidak loh ! Seriusan ! Gua denger barusan”

[I-itu hanya perasaan tuan saja]

[Suara Anak Panah Menancap dipohon]

Disaat Rio dan Nusa sedang beragumen, sebuah panah yang nyaris mengenai batang hidung Rio sekitar beberapa millimeter itu menancap dipohon yang berada disamping kirinya. Melihat hal ini, membuatnya kembali kepada kenyataan bahwa saat ini ia terjebak didalam situasi yang sangat genting. Situasi dimana ia dapat kehilangan nyawanya kapan saja. Situasi dimana, sekali lagi hidupnya dipertaruhkan…

Kenapa semenjak gua dibawa ketempat ini… kedunia ini, belum ada sedikitpun hal baik yang terjadi sama gua ?!

“Serang !”

—Bersamaan dengan teriakan bandit yang memegang pedang, hidup Rio sekali lagi berada diantara seutas benang tipis.


0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close