Chapter 18 –
Svregna
[3rd Person Point of View]
“Tunggu sebentar…”
“Hmm ? Ada apa bocah tengik ? Apa kau sudah ingin
menyerah ?”
“Bukan itu sialan ! Coba kau ulang sekali lagi namanya…”
“Begitu saja kau sudah lupa… dasar bodoh !”
“Berisik ! Sudah cepat ulangi nama anak perempuan itu !”
“Dengar baik-baik,
aku tidak akan mengulangnya lagi… Tararararirarinani Akhsaxnia Xinta”
Benar dugaan gua, dia sendiri tidak bisa mengulangnya
dengan benar, bahkan hanya benar 2 bagian akhirnya saja…
Mendengar ucapan
bandit itu, Rio menjadi yakin bahwa orang yang berdiri didepannya ini adalah
orang bodoh. Terlebih lagi, ia sendiri sejujurnya tidak tertarik dengan nama
anak perempuan itu. Namun…
“Oi, buku sialan
!”
[Ada apa tuan ?]
“[Svregna] itu… apa ?”
Kata tersebutlah
yang membuat Rio tertarik. Baginya jika mendengar nama seperti [Demi Human] atau [Were Beast] adalah hal yang tidak asing karena disetiap cerita
fantasi yang ia tahu, kedua hal itu selalu ada. Namun, berbeda dengan [Svregna] yang baru didengarnya pertama
kali.
[[Svregna] itu adalah ras yang mirip seperti
[Were Beast] dan juga [Demi Manusa] namun, hal yang membedakan mereka adalah jumlah
ras yang mereka bawa…]
“Jumlah ras yang
mereka bawa ?”
[Benar tuan, dengan kata lain [Svregna]
adalah ras yang mengandung lebih dari 2 ras dalam darah mereka dan lebih
mencondongkan setengahnya kearah ras [Manusa]]
Mendengar
penjelasan dari Nusa, Rio mendapatkan sedikit pehaman tentang ras [Svregna] tersebut. Dan sepertinya [Manusa] adalah sebutan untuk ras para
manusia di tempat ini.
Dengan kata lain mereka itu mirip seperti [Demi Manusa], kah ?
“Hmm ? Condong
kearah ras setengah [Manusa]…?
Maksud lu, ada ras yang lebih mencondongkan kearah ras lain, begitu ?”
[Begitulah tuan…]
Mendengar jawaban
dari Nusa, Rio mulai berpikir bahwa ditempat ini terlalu banyak jenis ras
sehingga membuatnya menjadi kebingungan. Selain itu, tidak aneh jika ditempat
ini… didunia ini terjadi perang antar ras.
Jika dilihat dari perlakuan si otot sialan itu,
diskriminasi antar ras terlihat sangat jelas…
Terdiam beberapa
saat, Rio menatap kearah bandit dihadapannya yang sepertinya meremehkan
dirinya. Walaupun ia kesal karena diremehkan, untuk saat ini ia harus merasa
bersyukur karena setidaknya akan lebih mudah untuk mengulur waktu menunggu reset skill yang sedang diproses oleh
Nusa selesai.
“Benar juga ! Tadi
kau sempat bilang anak itu adalah putri dari kerajaan apa itu ? pokoknya yang
telah jatuh itu, kan ? Memangnya apa yang terjadi ?”
“Hah ?! Bahkan kau
tidak tahu tentang hal itu ? Anak seorang bangsawan kah engkau, hah ?!”
“Apa lu bilang ?!”
Walaupun ia
menatap bandit dihadapannya dengan penuh rasa kekesalan, Rio tetap berusaha
untuk menggali informasi dari orang yang ada dihadapannya sebelum ia tiba
ditempat yang ia tuju. Hal ini penting baginya untuk menghilangkan beberapa
masalah yang mungkin akan muncul karena ketidaktahuannya tentang keadaan
didunia ini. Tentu saja tujuan utamanya adalah karena ia tidak ingin berurusan
dengan hal yang merepotkan.
Melihat ekspresi
muka Rio yang menatap dirinya dengan muka kesal, Bandit tersebut menghembuskan
napasnya seakan-akan melihat tingkah laku Rio cukup menarik baginya. Dan
akhirnya ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Rio.
“Kuhahahaha ! Biar
kuberitahu kau bocah, kerajaan [Akhsaxnia]
telah ditaklukan oleh federasi [Bulan
Bintang] sekitar 3 bulan yang lalu”
“…”
“Ditambah lagi seluruh
warga yang masih tersisa ataupun yang berhasil menyelamatkan diri dari perang…
tidak mungkin lebih tepat jika dikatakan pembantaian secara sepihak itu kini
diperlakukan sebagai budak”
Dengan kata lain, tidak terlepas dari putri kerajaan
tersebut, kah ? Tapi menjadi budak pada umur kurang lebih 13 tahun… bukannya
itu sedikit keterlaluannya ? Maaaa~ bukan berarti gua peduli juga sih…
Walaupun mendengar
keadaan anak perempuan dengan nama yang cukup sulit untuk diucapkan itu, Rio
tetap menunjukkan ketidaktertarikkannya dengan latar belakang anak perempuan
tersebut. Tentu saja karena akan sangat merepotkan jika harus berurusan dengan
federasi yang menurut bandit tersebut melakukan pembantai sepihak.
Tapi… bohong kalau gua katakan gua gak merasa simpati…
pada dasarnya itu anak juga sepertinya hanya korban sih…
Setidaknya seperti
itulah yang Rio pikirkan setelah mendengar latar belakang anak perempuan tersebut.
“[Svregna], kah ? Sepertinya merepotkan
menjadi seorang pelarian…”
“Hou~ apa kau
sudah mulai tertarik bocah ?”
“Berisik lu !”
Tatapan Rio kepada
bandit tersebut semakin intens. Bandit yang menyadari hal tersebut mulai
mengambil ancang-ancangnya kembali.
“Sepertinya cukup
sampai disini basa-basinya, bocah !”
“…”
“*Dash* Haaaaa !”
“!”
Melihat bandit
tersebut bergerak secara tiba-tiba menuju kearah Rio, ia segera berusaha
melompat mundur. Namun, disaat ia akan berusaha mengambil “Itu”, ia merasakan bahwa
beban yang ia pegang kini bertambah sehingga membuat gerakannya menjadi sedikit
terlambat.
Sial ! Gua lupa kalau buku sialan itu sedang melakukan
reset !
Menyadari
kesalahannya, Rio sekuat tenaga menghindari tebasan dari bandit itu dengan cara
menendang perut dari “Itu”. Memanfaatkan gaya yang diciptakan oleh tendangan
kakinya, Rio berhasil menghindar dari tebasan bandit tersebut dengan jarak
lebih tipis dari sehelai rambut. Selain itu, alasan Rio menendang perut itu
adalah untuk memastikannya agar tidak ikut tertebas karenanya.
“Tch !”
Kalau seperti ini terus, gua gak yakin bisa bertahan
lebih dari 5 menit !
Melihat gerakan
Rio yang tiba-tiba menjadi kaku membuat bandit tersebut mengerutkan dahinya
karena kebingungan. Lupakan masalah power,
bahkan kelincahan dan keseimbangan Rio menurun drastis karena reset skill.
“Ada apa bocah ?!
Apa hanya seperti itu saja ?!”
“Berisik ! *Hup*”
“Dimana
keseimbangan mu tadi, Ha ?!”
Selagi terus
menghindar selagi berlari, Rio berusaha mengulur waktu sekitar kurang lebih
selama 2 menit. Ia sendiri sebenarnya tidak yakin berapa lama lagi ia harus
mengulur waktu. Namun, saat ini ia tidak punya waktu untuk memikirkan hal
seperti itu. Saat ini Rio hanya terfokus untuk menghindari setiap tebasan dari
bandit tersebut.
Baginya saat ini,
tebasan dan gerakan dari bandit tersebut terlihat lebih cepat dan juga lincah
dari apa yang ia lihat sebelumnya.
Ternyata skill up memang memberikan pengaruh…
Walaupun terkesan
bahwa Rio telat menyadari hal tersebut, ia tidak terlalu memikirkannya.
“Si—?!”
[Suara Kaki Seseorang Tersandung]
Gawat ! Ada apa dengan keadaan klise seperti ini ?!
Terjatuh karena akar pohon yang menyembul keluar, jangan bercanda ! Jangan
anggap remeh gua, akar pohon sialan !
Seperti apa yang
Rio ucapkan, keadaan yang ia alami ini adalah keadaan yang sudah sering muncul
disetiap kejadian sebuah film dimana tokoh tersandung oleh akar pohon dan akan
selamat karena ada sebuah hal yang tidak terduga. Tentu saja karena mengingat
hal ini Rio menjadi sedikit lebih tenang dan menunjukkan senyuman liciknya,
namun perkataan Nusa lah yang membawanya kembali kepada kenyataan…
[Tuan ! Bertahanlah selama 12 menit lagi !]
“Eh ?! Bukannya
kalau gua terjatuh akibat akar pohon itu biasanya pertanda yang baik ya ?!”
[Apa yang tuan katakan ? Ini bukanlah sebuah
adegan film mainstream tuan !]
Serius lu ?! Mati gua !
Dialog yang mereka
ucapkan kurang dari 2 detik itu membuat Rio membuka matanya lebar-lebar dan
senyuman liciknya memudar seketika. Dalam waktu kurang dari 3 detik—
“Ap—?!”
[Suara Pedang Diayunkan]
—Suara nyaring
terdengar menggema keseluruh penjuru hutan