Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Sunday, October 30, 2016

[Nusantara] Chapter 18 – Svregna



Chapter 18 – Svregna

[3rd Person Point of View]      

“Tunggu sebentar…”

            “Hmm ? Ada apa bocah tengik ? Apa kau sudah ingin menyerah ?”

            “Bukan itu sialan ! Coba kau ulang sekali lagi namanya…”

            “Begitu saja kau sudah lupa… dasar bodoh !”

            “Berisik ! Sudah cepat ulangi nama anak perempuan itu !”

“Dengar baik-baik, aku tidak akan mengulangnya lagi… Tararararirarinani Akhsaxnia Xinta”

Benar dugaan gua, dia sendiri tidak bisa mengulangnya dengan benar, bahkan hanya benar 2 bagian akhirnya saja…

Mendengar ucapan bandit itu, Rio menjadi yakin bahwa orang yang berdiri didepannya ini adalah orang bodoh. Terlebih lagi, ia sendiri sejujurnya tidak tertarik dengan nama anak perempuan itu. Namun…

“Oi, buku sialan !”

[Ada apa tuan ?]

“[Svregna] itu… apa ?”

Kata tersebutlah yang membuat Rio tertarik. Baginya jika mendengar nama seperti [Demi Human] atau [Were Beast] adalah hal yang tidak asing karena disetiap cerita fantasi yang ia tahu, kedua hal itu selalu ada. Namun, berbeda dengan [Svregna] yang baru didengarnya pertama kali.

[[Svregna] itu adalah ras yang mirip seperti [Were Beast] dan juga [Demi Manusa] namun, hal yang membedakan mereka adalah jumlah ras yang mereka bawa…]

“Jumlah ras yang mereka bawa ?”

[Benar tuan, dengan kata lain [Svregna] adalah ras yang mengandung lebih dari 2 ras dalam darah mereka dan lebih mencondongkan setengahnya kearah ras [Manusa]]

Mendengar penjelasan dari Nusa, Rio mendapatkan sedikit pehaman tentang ras [Svregna] tersebut. Dan sepertinya [Manusa] adalah sebutan untuk ras para manusia di tempat ini.

Dengan kata lain mereka itu mirip seperti [Demi Manusa], kah ?

“Hmm ? Condong kearah ras setengah [Manusa]…? Maksud lu, ada ras yang lebih mencondongkan kearah ras lain, begitu ?”

[Begitulah tuan…]

Mendengar jawaban dari Nusa, Rio mulai berpikir bahwa ditempat ini terlalu banyak jenis ras sehingga membuatnya menjadi kebingungan. Selain itu, tidak aneh jika ditempat ini… didunia ini terjadi perang antar ras.

Jika dilihat dari perlakuan si otot sialan itu, diskriminasi antar ras terlihat sangat jelas…

Terdiam beberapa saat, Rio menatap kearah bandit dihadapannya yang sepertinya meremehkan dirinya. Walaupun ia kesal karena diremehkan, untuk saat ini ia harus merasa bersyukur karena setidaknya akan lebih mudah untuk mengulur waktu menunggu reset skill yang sedang diproses oleh Nusa selesai.

“Benar juga ! Tadi kau sempat bilang anak itu adalah putri dari kerajaan apa itu ? pokoknya yang telah jatuh itu, kan ? Memangnya apa yang terjadi ?”

“Hah ?! Bahkan kau tidak tahu tentang hal itu ? Anak seorang bangsawan kah engkau, hah ?!”

“Apa lu bilang ?!”

Walaupun ia menatap bandit dihadapannya dengan penuh rasa kekesalan, Rio tetap berusaha untuk menggali informasi dari orang yang ada dihadapannya sebelum ia tiba ditempat yang ia tuju. Hal ini penting baginya untuk menghilangkan beberapa masalah yang mungkin akan muncul karena ketidaktahuannya tentang keadaan didunia ini. Tentu saja tujuan utamanya adalah karena ia tidak ingin berurusan dengan hal yang merepotkan.

Melihat ekspresi muka Rio yang menatap dirinya dengan muka kesal, Bandit tersebut menghembuskan napasnya seakan-akan melihat tingkah laku Rio cukup menarik baginya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Rio.

“Kuhahahaha ! Biar kuberitahu kau bocah, kerajaan [Akhsaxnia] telah ditaklukan oleh federasi [Bulan Bintang] sekitar 3 bulan yang lalu”

“…”

“Ditambah lagi seluruh warga yang masih tersisa ataupun yang berhasil menyelamatkan diri dari perang… tidak mungkin lebih tepat jika dikatakan pembantaian secara sepihak itu kini diperlakukan sebagai budak”

Dengan kata lain, tidak terlepas dari putri kerajaan tersebut, kah ? Tapi menjadi budak pada umur kurang lebih 13 tahun… bukannya itu sedikit keterlaluannya ? Maaaa~ bukan berarti gua peduli juga sih…

Walaupun mendengar keadaan anak perempuan dengan nama yang cukup sulit untuk diucapkan itu, Rio tetap menunjukkan ketidaktertarikkannya dengan latar belakang anak perempuan tersebut. Tentu saja karena akan sangat merepotkan jika harus berurusan dengan federasi yang menurut bandit tersebut melakukan pembantai sepihak.

Tapi… bohong kalau gua katakan gua gak merasa simpati… pada dasarnya itu anak juga sepertinya hanya korban sih…

Setidaknya seperti itulah yang Rio pikirkan setelah mendengar latar belakang anak perempuan tersebut.

“[Svregna], kah ? Sepertinya merepotkan menjadi seorang pelarian…”

“Hou~ apa kau sudah mulai tertarik bocah ?”

“Berisik lu !”

Tatapan Rio kepada bandit tersebut semakin intens. Bandit yang menyadari hal tersebut mulai mengambil ancang-ancangnya kembali.

“Sepertinya cukup sampai disini basa-basinya, bocah !”

“…”

“*Dash* Haaaaa !”

“!”

Melihat bandit tersebut bergerak secara tiba-tiba menuju kearah Rio, ia segera berusaha melompat mundur. Namun, disaat ia akan berusaha mengambil “Itu”, ia merasakan bahwa beban yang ia pegang kini bertambah sehingga membuat gerakannya menjadi sedikit terlambat.

Sial ! Gua lupa kalau buku sialan itu sedang melakukan reset !

Menyadari kesalahannya, Rio sekuat tenaga menghindari tebasan dari bandit itu dengan cara menendang perut dari “Itu”. Memanfaatkan gaya yang diciptakan oleh tendangan kakinya, Rio berhasil menghindar dari tebasan bandit tersebut dengan jarak lebih tipis dari sehelai rambut. Selain itu, alasan Rio menendang perut itu adalah untuk memastikannya agar tidak ikut tertebas karenanya.

“Tch !”

Kalau seperti ini terus, gua gak yakin bisa bertahan lebih dari 5 menit !

Melihat gerakan Rio yang tiba-tiba menjadi kaku membuat bandit tersebut mengerutkan dahinya karena kebingungan. Lupakan masalah power, bahkan kelincahan dan keseimbangan Rio menurun drastis karena reset skill.

“Ada apa bocah ?! Apa hanya seperti itu saja ?!”

“Berisik ! *Hup*”

“Dimana keseimbangan mu tadi, Ha ?!”

Selagi terus menghindar selagi berlari, Rio berusaha mengulur waktu sekitar kurang lebih selama 2 menit. Ia sendiri sebenarnya tidak yakin berapa lama lagi ia harus mengulur waktu. Namun, saat ini ia tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu. Saat ini Rio hanya terfokus untuk menghindari setiap tebasan dari bandit tersebut.

Baginya saat ini, tebasan dan gerakan dari bandit tersebut terlihat lebih cepat dan juga lincah dari apa yang ia lihat sebelumnya.

Ternyata skill up memang memberikan pengaruh…

Walaupun terkesan bahwa Rio telat menyadari hal tersebut, ia tidak terlalu memikirkannya.

“Si—?!”

[Suara Kaki Seseorang Tersandung]

Gawat ! Ada apa dengan keadaan klise seperti ini ?! Terjatuh karena akar pohon yang menyembul keluar, jangan bercanda ! Jangan anggap remeh gua, akar pohon sialan !

Seperti apa yang Rio ucapkan, keadaan yang ia alami ini adalah keadaan yang sudah sering muncul disetiap kejadian sebuah film dimana tokoh tersandung oleh akar pohon dan akan selamat karena ada sebuah hal yang tidak terduga. Tentu saja karena mengingat hal ini Rio menjadi sedikit lebih tenang dan menunjukkan senyuman liciknya, namun perkataan Nusa lah yang membawanya kembali kepada kenyataan…

[Tuan ! Bertahanlah selama 12 menit lagi !]

“Eh ?! Bukannya kalau gua terjatuh akibat akar pohon itu biasanya pertanda yang baik ya ?!”

[Apa yang tuan katakan ? Ini bukanlah sebuah adegan film mainstream tuan !]

Serius lu ?! Mati gua !

Dialog yang mereka ucapkan kurang dari 2 detik itu membuat Rio membuka matanya lebar-lebar dan senyuman liciknya memudar seketika. Dalam waktu kurang dari 3 detik—

“Ap—?!”

[Suara Pedang Diayunkan]


—Suara nyaring terdengar menggema keseluruh penjuru hutan

Sunday, October 23, 2016

[Nusantara] Chapter 17 – Boss… Battle ?



Chapter 17 – Boss… Battle ?


[3rd Person Point of View]

“Bocah sialan ! Jika kau ingin agar aku mengampuni nyawamu, tinggal kan anak itu dan segera pergi dari sini ! Tentu saja… akan kupastikan kau dapat keluar dari sini dengan selamat… mungkin Kuhahahahaha !”

“Serius lu ?!”

[Tuan !]

            Melihat pria yang tiba-tiba saja mengayunkan pedangnya kearah Rio, ia menjadi kesal. Hal ini ditunjukkan oleh mata Rio yang memandang bandit tersebut dengan tatapan jengkel.

            “Siapa lu ?!”

            “Ha ?! Kau, kau tidak tahu siapa aku ?! Jangan bercanda !”

            “Hyaa~ sebenarnya aku juga tidak peduli dengan hal itu, yang lebih penting…”

            “Apa ? Tidak peduli katamu ?!”

          Mendengar jawaban Rio yang sama sekali tidak tertarik dengan bandit tersebut membuat bandit itu membuka mulutnya lebar-lebar selagi mengulang ucapan Rio.

“Iya, gua tidak sedikitpun tertarik sama lu, ah benar juga ! Yang lebih penting siapa anak perempuan ini ?”

“Bocah sialan !”

Mendengar ucapan Rio yang terdengar sombong olehnya membuat bandit itu mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang Rio. Melihat hal ini, tentu saja Rio juga segera mempersiapkan dirinya. Disandarkannya anak perempuan yang ia pegang dengan tangan kirinya ke sebuah pohon yang berada disampingnya tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya dari bandit dihadapannya.

Tch ! Sebenarnya ini orang siapa sih ?! Tiba-tiba saja mau menebas kepala gua, apa semua orang ditempat ini gak ada yang waras ya ?

Kesunyian melengkapi tempat mereka berdiri satu sama lain. Hanya suara hewan bagaikan jangkrik yang mengisi sebagai backsound diantara mereka berdua. Seakan-akan terlihat bagaikan sebuah pertarungan diantara petarung kelas kakap, mereka berdua memandang satu sama lain. Waspada pada setiap gerakan yang mungkin akan dilakukan oleh salah satu dari kedua belah pihak.

“Ha !”

Ditengah kesunyian itu, orang pertama yang menghancurkan situasi tersebut adalah bandit berbadan besar. Menuju kearah Rio dengan kecepatan yang sama sekali tidak dapat diabaikan, kurang dari beberapa detik, bandit tersebut sudah berada dihadapan Rio.

“Ap—?!”

[Suara Pedang Diayunkan dengan Kencang]

Melihat gerakan dari bandit tersebut, Rio secara reflek ingin menahan tebasan dari pedang bandit tersebut dengan “Itu”. Namun, disaat ia memikirkan hal ini lagi, mungkin kekuatan power dan technique yang dialirkan kepada “Itu” memang memunculkan efek yang sangat hebat. Namun, bagaimanapun “Itu” pada dasarnya tetaplah manusia. Dengan kata lain hanya kekuatannya saja yang dialirkan namun, daya tahannya tetaplah pada batas manusia. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk melompat mundur untuk menghindari tebasan pedang tersebut.

“Urgh !”

“Tch ! Menghindar lagi, boleh juga kau bocah !”

Sial ! Gara-gara itu orang, sweater gua jadi robek ! Awas aja lu !

Semakin kesal dengan bandit tersebut, Rio mulai berusaha mencari celah untuk menyerang balik. Namun, celah tersebut tidak kunjung datang. Disisi lain, justru dirinyalah yang semakin lama semakin terpojok karenanya. Serangan demi serangan dilancarkan kepadanya. Rio hanya bisa menghindari setiap tebasan yang dilancarkan oleh bandit tersebut.

“Haaaaa !”

“*Set*… *Sat*… *Set*… *Set*… *Hup*…”

Menghindar kekiri dan kekanan secara berulang-ulang. Menunduk bahkan melompat mundur. Setidaknya hanya gerakan seperti itulah yang dapat Rio lakukan… setidaknya untuk saat ini.

Jika seperti ini terus, bisa bahaya ! Selain itu, sepertinya gua mulai kehabisan napas… gawat !

Keringat mulai mengalir deras dari kening Rio. Menuruni wilayah pipinya secara perlahan. Disekanya keringat yang akan memasuki matanya, Rio segera mengambil jarak dengan cara melompat mundur berkali-kali.

Kalau seperti ini, gua harus berterima kasih dengan skill technique ! Karenanya keseimbangan gua jadi gak hancur…

Melihat Rio yang mengambil jarak darinya, bandit tersebut berhenti sesaat untuk mengatur napasnya. Seperti yang diharapkan dari seorang bandit, tidak terlihat sedikitpun keringat mengalir ditubuhnya.

“Kuhahahaha ! Boleh juga gerakanmu bocah !”

“Diam lu ! Dasar otot sialan !”

“Kuh ! Apa-apaan dengan tingkah sombongmu itu ?!”

“Berisik lu !”

Bertukar dialog satu sama lain selagi mengatur napas, tidak sedikitpun celah yang terlihat diantara mereka berdua terutama pada bandit tersebut. Bagi Rio yang baru pertama kali bertarung dengan taruhan nyawa, pengalaman yang ia dapatkan beberapa saat lalu melawan beberapa bandit sebelum tiba ditempat ini membuatnya yakin kalau lawannya sekarang berada pada tingkatan yang berbeda dengan yang sudah ia lawan sebelumnya.

[Tuan, bukankah kalau dipikirkan lagi tidak ada alasan bagi tuan untuk melawan orang tersebut ?]

“Apa maksud lu ? Bukankah alasannya sendiri sudah jelas…”

[Alasannya sendiri sudah jelas ? Apa maksud tuan ?]

“Maksud gua, dia sudah bikin gua kesal, bukannya itu sudah cukup buat jadi alasan gua !”

Mendengar jawaban Rio, Nusa sudah tidak mengerti harus bagaimana lagi ia menghadapi cara berpikir Rio yang terdengar cukup… seenaknya. Disisi lain, Rio sendiri merasa sangat kesal karena ia diserang secara sepihak. Baginya untuk berhasil menghindari tebasan demi tebasan tanpa mendapatkan luka sudah sebuah hal yang dapat dikatakan sebuah keberuntungan. Namun, fakta bahwa sweater kesayangannya tertebas hingga robek membuat ia tidak bisa pergi begitu saja.

Dimata bandit itu sendiri, melihat Rio menggumam seorang diri membuatnya sedikit kebingungan. Tapi ia memilih untuk mengabaikan hal sepele seperti itu dan fokus dengan musuh yang ada dihadapannya.

“Ada apa bocah sialan ?! Menggumam ketakutan seorang diri, kah ?!”

“Ha ?!”

“Kalau kau berubah pikiran dan ingin meminta maaf sekarang, mungkin aku akan melepaskanmu hanya dengan memotong sebelah tanganmu, kuhahahahahaha !”

“Jangan bercanda ! Siapa juga yang menggumam ketakutan ?!”

Mendengar ucapan bandit tersebut, sekali lagi terlihat urat muncul dari kening Rio dan tatapannya terlihat sangat kesal.

Lama-lama gua habisin juga ini orang !

“Hohou~”

Melihat tatapan Rio yang dipenuhi kekesalan terhadapnya, bandit tersebut hanya bisa mengeluarkan suara penuh dengan rasa penasaran selagi terus mengamati Rio. Namun entah kenapa dibalik suara tersebut dipenuhi oleh sebuah nada yang terdengar sangat menikmati ekspresi kesal Rio. Tentu saja Rio yang menyadari tatapan tersebut bertambah kesal karenanya.

Tch ! Kalo begini terus, guanya yang tambah kesal ! Kalo sudah begini…

“Oi buku sialan !”

[Ada apa tuan ?]

“Sekarang juga, reset semua skill up gua !”

[Apa tuan serius ? Bukankah akan bahaya jika orang itu menyerang tuan secara tiba-tiba]

“Kalau soal itu tenang saja, itu urusan gua ! Yang lebih penting lagi, alokasikan semua skill poin kepada defense, power, technique, dan agility

[Ba-baik tuan !]

“Kira-kira prosesnya berapa lama ?”

[Sekitar 15 menit tuan]

Sekitar 15 menit, kah ?

Mendengar ucapan Nusa, Rio mengangguk setuju.

Sekali lagi ia melihat kearah bandit tersebut, dan melemparkan sebuah pertanyaan yang sejak tadi ingin ia tanyakan kepadanya.

“Naaa~ sebelum kita lanjutkan pertarungan tadi, ada yang mau gua tanya sama lu…”

“Hmm ? Apa kau sudah mulai tertarik ?”

“Berisik ! Diam dan jawab saja ! Sebenarnya anak perempuan itu siapa ? Sejauh yang gua lihat bukankah terlalu banyak bandit hanya untuk seorang budak ?”

Mendengar pertanyaan dari Rio, Bandit tersebut mengerutkan alisnya. Terdiam sesaat. Akhirnya bandit itu membuka mulutnya.

“Kuh ! Dasar bocah sialan ! Sepertinya kau benar-benar tidak tahu siapa kami…”

“…”

“Biar kuberitahu kau, bocah sialan ! Anak perempuan itu adalah—”

Kalimat selanjutnya dari bandit tersebut membuat Rio mengerutkan alisnya dan membuka matanya lebar-lebar.

“—Putri ke-3 dari kerajaan [Akhsaxnia] yang telah jatuh, Tararirirariani Akhsaxnia Xinta, seorang [Svregna] berdarah [Manusa], [Elf], dan juga [Lob Ear Rabbat]”

What the F ?! Apa-apaan dengan nama yang panjang dan sulit untuk diulang itu ?! Ditambah lagi, ada apa dengan nama ras yang sepertinya terdengar campur aduk itu ?! Bukankah terlalu banyak untuk seorang anak perempuan menampung darah 3 ras ?! Ditempat pertama, apakah itu hal yang mungkin ?!

—Nama yang panjang dan sulit untuk diulang itulah yang membuat Rio mengerutkan alisnya karena sulit untuk mengejanya. Dan hal yang paling menyita perhatiannya adalah fakta bahwa anak perempuan tersebut mempunyai 3 ras didalam dirinya.

Sunday, October 16, 2016

[Nusantara] Chapter 16 – Anak Perempuan

Chapter 16 – Anak Perempuan



[3rd Person Point of View]

            “Hyaaa~ lega rasanya”

            [Tu-tuan… sejujurnya saya sudah kehabisan kata-kata tapi…]

            “Hmm ?”

            [Tuan itu… kejam juga ya…]

“Hohou~ gua gitu… maaa~ sebenernya ini hanya untuk melepaskan stress saja sih, selain itu… gua yakin bandit-bandit yang gua hajar tadi masih pada hidup kok, jadi gak ada masalah, kan ?”

[Ha… haaa~]

[Justru disitu masalahnya tuan…], walaupun sebenarnya itulah yang ingin Nusa katakan, namun ia mengurungkan niatnya dan hanya memberikan jawaban setengah hati serta terkesan untuk segera mengakhiri percakapan. Disisi lain, Rio sendiri dengan bangganya mengucapkan hal tersebut.

“Oh ya ? apa mungkin… lu mulai berpikir ‘Kayaknya gua salah membawa ini orang’… begitu kah ?”

[Ti-tidak kok tuan…]

Melihat dari jawaban Nusa yang terdengar sedikit panik, ucapan Rio sepertinya tepat pada sasaran namun ia memilih untuk membiarkannya.

Dilihat keadaan disekelilingnya sekali lagi. Hutan [Skyp] benar-benar berada pada kondisi yang sangat parah dan mungkin saja jika ia berada dinegara tempat ia dilahirkan, ia dapat dikenai sanksi yang cukup berat karena merusak hutan.

“Hmm ? Ah ! Itu dia !”

Dihadapan Rio, ia melihat arah panah yang sejak tadi menunjukkan jalan menuju tempat tasnya terlempar kini telah berubah menjadi berbentuk lingkaran dengan cahaya transparan berwarna biru yang menyembul kelangit setinggi 2 hingga 3 meter dengan diameter lingkaran sekitar 1 hingga 2 meter. Tentu saja cahaya dan lingkaran ini hanya Rio lah yang dapat melihatnya karena ia menggunakan kemampuan [Open Map – Direct Locator].

Didekati cahaya tersebut oleh Rio dan seketika ia mengambil shoulder bag miliknya, cahay tersebut menghilang dengan efek layaknya sebuah bintang-bintang yang menyembur keluar.

“Semakin dilihat, kemampuan ini semakin terlihat seperti sebuah game ya ?”

Biarpun Rio berpikiran seperti itu, tentu saja ia mengerti kalau apa yang ada dihadapannya saat ini dan apa yang ia rasakan adalah hal yang nyata dan bukanlah sebuah game. Rio sendiri bukanlah seorang yang naif dan menganggap sepele hal yang ia alami ini.

[Tuan…]

“Hmm ?”

[I-itu…]

Melihat kearah yang didekati oleh Nusa, Rio membuka matanya lebar karena bingung. Apa yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang anak perempuan dengan baju berwarna putih lusuh serta terdapat robekan dibeberapa bagian. Perempuan yang sepertinya berumur tidak kurang dari 13 tahun itu terlihat sangat kesakitan. Dikedua kakinya terdapat sebuah rantai dengan lebar sekitar 30 cm yang telah terpotong dengan tidak rapi. Dibadannya terdapat memar. Namun hal yang paling menyita perhatian Rio adalah…

“Telinga itu… kelinci ? Namun, bukankah terlalu lebar untuk sebuah kelinci ?”

Hmm ? Tunggu ! Tapi kalau diperhatikan lagi, dibalik rambut pirangnya itu… telinga ?! Terlebih lagi… sedikit runcing ?! Elf ? Tapi…

Melihat hal ini, Rio memasang ekspresi muka kebingungan. Disatu sisi perempuan itu memiliki telinga kelinci yang lebar sehingga membuat anak perempuan itu terlihat sangat imut. Namun, disisi lain, rambut berwarna kuning cerah bagaikan kulit lemon itu dan juga telinga runcing yang tersembunyi dibalik rambutnya memberikan kesan elegan dan juga cantik. Melihat hal ini Rio hanya bisa terpaku karenanya.

“Ugh !”

“Ah !”

[Tu-tuan…]

[Suara Benda ditancapkan Ketanah]

Melihat anak perempuan itu merintih kesakitan, Rio segera mendekatinya.

Layaknya seorang yang dapat dibilang cukup tidak berperasaan, Rio menancapkan kepala “Itu” ketanah layaknya sebuah benda… mungkin dimata Rio, ia telah sepenuhnya menganggap “Itu” sebagai sebuah senjata. Namun hal yang membuat Rio tidak habis pikir karenanya adalah karena… “Itu” memasang ekspresi senang dan bahagia setiap kali Rio mengayunkannya. Oleh karena itulah, Rio mulai berhenti memikirkannya sebagai sebuah “Makhluk hidup”.

“O-oi, Apa lu bisa denger suara gua ?!”

“Urgh !”

Tch ! Gawat, sejujurnya gua males berurusan dengan hal seperti ini, pasti repot nantinya. Tapi… kalau seandainya gua tinggalkan begitu saja, entah kenapa gua merasa seperti akan ada sesuatu yang benar-benar hilang dari tubuh gua…

Melihat keadaan ini, Rio menatap kearah Nusa. Bahkan sebelum Rio ingin mengatakan sesuatu, Nusa sudah memberikan jawabannya terlebih dahulu.

[Tenang saja tuan, saya tidak menggunakan seluruh [Mana] yang tuan miliki]

Mendengarkan jawaban dari Nusa, Rio mengangguk pelan. Namun entah mengapa ia merasa kesal tanpa sebab yang jelas. Mungkin hal ini karena ia merasa Nusa dapat dengan mudah menebak apa yang sedang ia pikirkan.

[Create]

Sesaat setelah Rio mengucapkan kemampuannya tersebut, ia segera memikirkan 5 buah kata yang akan merealisasikan kemampuan yang sedang ia ciptakan.

Sembuh… luka… sakit… hilang… istirahat…

Setelah ia selesai membayangkan dan memilih kelima kata tersebut untuk direalisasikan, dihadapannya munculah sebuah tulisan yang ia sendiri bahkan tidak tahu itu tulisan dari daerah apa. Namun anehnya, setiap kali tulisan ini muncul, mulutnya bergerak sendiri seolah-olah ia mengetahui apa yang dituliskan oleh tulisan tersebut…

Kruft (sembuh) à Frein (luka) à Haft (sakit) à Laft (hilang) à Grei (istirahat) = Kuft Fre Ha ! (Heavenly Heal)

“Urgh ! … haaa~… fuuu~…”

Tepat setelah Rio selesai menggunakan kemampuan [Create], sebuah cahaya berwarna kuning hangat menyeliputi tubuh anak perempuan tersebut. Rintihan kesakitan perlahan-lahan mulai menghilang dan napas anak perempuan tersebut mulai kembali stabil. Melihat anak perempuan yang sudah mulai tertidur lelap, Rio melihat luka memar yang terdapat dibeberapa bagian tubuhnya mulai menghilang. Luka gores dan juga luka akibat tebasan benda tajam mulai menutup dengan sangat cepat. Tidak kurang dari 3 menit, kulit anak perempuan yang dipenuhi oleh luka gores itu kini telah menjadi mulus kembali. Kalau diperhatikan lagi, kulit anak perempuan itu berwarna putih cerah dan terlihat sangat mulus.

“Hmm ? Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa dia bisa berada disini ya ?”

[Entahlah tuan, mungkin saja dia seorang budak yang melarikan diri ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide], tuan]

“Eh ? Emang aman kalau dia kabur kesana begitu saja ?”

[Selama anak perempuan ini kabur dalam perjalanan dan lolos dengan selamat, menurut peraturan kekaisaran tersebut, itu dihitung aman tuan… mungkin]

“Mungkin… kah ? Perasaan itu kerajaan bebas banget ya…”

Mendengar hal tersebut, Rio merasakan ketegangan yang ia alami beberapa saat lalu mengendur begitu saja dan ia mulai kembali rileks.

“Tapi sebenarnya… dia itu ras apa ? Sekilas sih terlihat seperti kelinci namun… jika diperhatikan, karakteristiknya lebih kearah [Elf]”

[[Svregna], tuan]

“[Svreg… na] ? Apa itu ? Gua belum pernah mendengar tentang ras seperti itu di setiap komik, novel, maupun cerita fantasi yang gua tahu… tapi sepertinya gua pernah mendengar nama itu… ah !”

Mengingat kalau ia pernah mendengar nama [Svregna], Rio menunjukkan muka layaknya mendapat sebuah pencerahan.

Kalau gak salah, pas pertama kali gua pakai [Open Map – Direct Locator] didaerah ini buat mencari shoulder bag gua tadi, buku sialan itu menyebutkan ras tersebut…

“Jadi… [Svregna] itu ras yang seperti apa ?”

[[Svregna] itu adalah ras—Tuan !]

“Ap—?!”

[Suara Tebasan Pedang yang Diayunkan Dengan Kencang]

“Tch ! Sial, berhasil menghindar, kah ?”

Sebelum Rio selesai mendengar penjelasan dari Nusa, dihadapannya saat ini Rio melihat seorang pria berbadan besar membawa sebuah pedang yang terbakar oleh api, [Magic Sword – Phyro Elemental] yang diayunkan tepat dihadapannya. Jika bukan karena peringatan dari Nusa, mungkin saat ini tubuh Rio telah kehilangan kepalanya. Menghindari tebasan pria tersebut selagi memegang anak perempuan dengan tangan kirinya, Rio melompat mundur dan segera mengambil “Itu” dan langsung bersiap-siap memasang kuda-kuda—

“Bocah sialan ! Jika kau ingin agar aku mengampuni nyawamu, tinggal kan anak itu dan segera pergi dari sini ! Tentu saja… akan kupastikan kau dapat keluar dari sini dengan selamat… mungkin Kuhahahahaha !”

“Serius lu ?!”

[Tuan !]


—Dan begitulah, Ronde terakhir antara Rio dan bandit berbadan besar didalam hutan [Skyp] ini dimulai.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close