Chapter
14 – Serangan Balasan
[3rd Person Point of View]
“Menghindar
!”
“Eh ?”
“Ap—!”
Tidak mengerti dengan apa yang terjadi dihadapan mereka,
ketiga bandit yang memegang senjata jarak dekat itu terdiam kebingungan. Namun
diantara mereka bertiga, Hanya satu orang yang dapat mengerti keadaan saat ini.
Coba saja kalau lu
bisa menghindar, bandit pedang sialan !
[Suara Hantaman
Keras menghancur retakan batu berukuran 100 M]
Namun, tentu saja ia terlambat beberapa detik sehingga ia
tidak luput dari serpihan batu besar yang sengaja diarahkan Rio kearah ketiga
bandit tersebut. Tidak hanya itu, bandit yang menggunakan sebilah pisau terkena
serangan telak diseluruh tubuhnya oleh serpihan batu yang dihancurkan oleh Rio
sehingga membuatnya terpental sangat jauh dan langsung kehilangan kesadarannya.
“Rudolf ! Sekarang bagaimana ?”
“Aku juga tidak tahu !”
Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa serpihan batu
disekitar bocah sialan itu menjadi besar secara tiba-tiba ?
Masih tidak
percaya dengan apa yang ia lihat, Bandit yang menggunakan pedang, Rudolf mulai
mempertanyakan apa yang sebenranya terjadi. Namun, bagaimanapun ia
memikirkannya, ia tidak dapat mengambil kesimpulan apapun kecuali…
“Kalau bocah itu
seorang… [Magic User]. Terlebih lagi,
aku belum pernah melihat kemampuan yang dapat membuat benda berubah ukuran
seperti itu…”
Mengamati keadaan
selagi menghindari serangan dari Rio, Rudolf mulai menyusun kembali rencana.
Seandainya aku membuat Roy menyerangnya dari samping
dan aku dari depan… tidak, itu tidak bisa ! Selama bocah itu dapat melakukan
gerakan seperti tadi hal itu percuma… tapi… jika seandainya aku membuat para
pemanah memanah dirinya… itu juga tidak bisa mengingat dia dapat menghindari
serangan panah saat melompat dengan mudahnya…
“Tch !”
Menjentikkan
lidahnya, Rudolf pada akhirnya tidak dapat memikirkan rencana apapun. Disisi
lain, Rio yang melihat Rudolf sedang kebingungan melihat ini sebagai celah dan
terus menyerangnya tanpa henti.
“Haaaa !”
“Ei ! *Srat*…
*Slash*… *Hup*…”
Memukul tanah
sekali lagi, Rio menggunakan [Resize]
dan membuat serpihan batu tersebut berukuran sama besar dengan sebelumnya.
Sekali lagi Rudolf terbelalak melihat kemampuan aneh dari Rio. Namun, ia tetap
tidak mengerti kemampuan seperti apa yang sebenarnya Rio miliki karena sejak
tadi ia hanya menggunakan satu jenis kemampuan tersebut.
Tidak melewatkan
kesempatan ini, Rio memukul bongkahan batu yang telah berubah menjadi berukuran
raksasa. Melihat Rio melakukan trik yang sama membuat Rudolf menjadi kesal dan
menghindari serpihan batu tersebut selagi bergerak maju dengan niat untuk
menyerang Rio. Namun apa yang ia lihat selanjutnya membuat ia lebih kaget lagi.
“Hilang !? Kemana
bocah itu ?”
Melihat kearah
disekelilingnya dengan panik, Rudolf menaikkan tingkat kewaspadaannya. Baginya,
tidak lebih dari 5 detik setelah ia menghindari serangan dari Rio dan
memutuskan untuk menyerang maju namun, saat ia sampai ditempat seharusnya Rio
berada, ia tidak melihat seorangpun disana.
Waktu disekitar
Rudolf berjalan seakan-akan sangat pelan. Bahkan jika ada butiran air hujan
yang sejajar dengan mata kakinya, butiran air ini dapat tiba ditanah selama 5
menit, setidaknya sepelan itulah waktu disekitar Rudolf saat ini.
Matanya melirik
kearah disekelilingnya mencari keberadaan Rio. Namun apa yang ia temukan
hanyalah bongkahan batu berukuran besar yang terpental keseluruh arah.
Seluruh arah…? Hah !? Jangan bilang !?
[Sebuah Hantaman Keras Kearah Perut Seseorang]
Namun sayang,
disaat Rudolf menyadari hal tersebut, ia sudah terlambat untuk menghindar.
Perut bagian kirinya… lebih tepatnya didekat daerah ginjalnya berada, ia
merasakan sebuah hantaman keras dari sebuah bayangan hitam yang tiba-tiba saja
menyerangnya dari arah kiri atasnya.
“Haaaaaa~!”
“Guha—!”
[Suara Orang Terpental Dengan Sangat Keras
dan Kencang Sehingga Menghancurkan Pohon yang Dilaluinya]
Sial ! Kenapa bocah itu bisa berada ditempat seperti
itu !?
Sebelum kehilangan
kesadarannya, Rudolf melihat seorang bocah laki-laki tersenyum jahat dan juga
licik kepadanya, dan tentu saja Rio lah sosok asli dari bayangan hitam yang
menghajar perut Rudolf dengan sangat keras.
“Just Die !”
Selagi membuat
gestur dengan ibu jari tangan kanannya berada dibawah, ia mengucapkan hal
tersebut kearah Rudolf selagi tersenyum puas.
Rencana Rio yang
sudah ia buat sejak tadi akhirnya membuahkan hasil. Rio sejak awal sudah
berencana untuk memisahkan mereka bertiga dengan serangannya yang membabi buta seperti
ini. Menggunakan [Resize] kepada
serpihan batu yang ia buat dengan maksud untuk membuat keberadaannya sulit
untuk ditemukan sehingga ia dapat melakukan serangan dadakan. Namun ada satu
hal yang berada diluar rencananya yaitu fakta bahwa seorang bandit pingsan terlebih
dahulu setelah serpihan batu yang sudah ia ubah sehingga menjadi berukuran 100
M mengenai telak dirinya layaknya sebuah peluru dari sebuah senjata api. Bahkan
hal ini sempat membuat dirinya berpikir… Lemat
banget ini orang !
Melihat dua dari kelima
lawannya tumbang dengan Rencananya, Rio mulai melakukan serangannya lagi kepada
bandit yang menggunakan dua bilah pisau dikeduatangannya. Seperti sebelumnya,
Rio memukul tanah dan menggunakan [Resize]
lalu memukul serpihan batu yang berukuran besar tersebut sehingga memberikannya
kesempatan untuk menyerang lawan yang berada didepannya. Tidak lupa, Rio juga
menghindari serangan dari setiap anak panah yang dilepaskan kepadanya dari
kedua arah sesuai dengan petunjuk yang Nusa berikan.
“Ha !”
“*Set*… *Hup*… Ha
!”
“Urgh !
*Sreeeet*…”
Namun, hal yang
tidak ia perkirakan terjadi. Musuhnya kali ini sangat berbeda dengan bandit
berpedang yang ia hadapi sebelumnya. Kali ini, ia harus melawan bandit yang
memiliki kemampuan yang sangat lincah dan mata Rio sulit untuk mengikuti
pergerakannya.
Sial ! Cepat ! Terlalu cepat !
“Haaaaa !”
“*Set*… *Hup*…
Urgh !”
Sekali lagi Rio
gagal untuk menghindari serangan bandit tersebut sehingga sebuah tendangan
bersarang telak diperut Rio. Hal ini membuatnya merintih kesakitan. Tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini, bandit itu segera bergegas menuju kearahnya dan
bersiap untuk menebas kepala Rio.
Rio yang segera
mengambil kuda-kuda langsung menghindari tebasan kedua bilah pisau bandit
tersebut tanpa kehilangan keseimbangannya sedikitpun. Skill up yang Nusa masukkan kepada technique sesuai perintah Rio sangat membantunya saat ini sehingga
membuat Rio bersyukur karenanya. Walaupun pada akhirnya setiap kali ia
mengingat ini, ia menjadi sedikit kesal.
[Suara Kaki Tersandung Sesuatu]
“Ap—”
[Suara Seseorang Terjatuh Kebelakang]
“Mati kau !”
Gawat !
Disaat Rio
kehilangan keseimbangannya dan terjatuh akibat kakinya tersandung akar pohon
saat akan melompat mundur untuk menghindari serangan kombinasi bandit
dihadapannya, ia pun jatuh terduduk. Panik karena ia berpikir akan kehilangan
nyawanya, tangannya meraba-raba sesuatu disamping kanannya tanpa mengalihkan
pandangannya sedikitpun.
Hmm !? Apa ini !?
Sebelum pisau
bandit itu menyentuh leher Rio, ia segera mengayunkan sebuah benda yang
dipegang oleh tangan kanannya. Hanya satu hal yang ia harapkan, semoga benda
yang ia pegang cukup kuat untuk menahan ketajaman kedua bilah pisau bandit itu.
[Suara Pecahan Sebuah Benda]
[Suara Ayunan Keras Secara Menyamping]
[Suara Seseorang Terpental Keras dan Jauh]
“Goha—!”
“Eh !?”
Hal yang Rio lihat
selanjutnya sangat membuat dirinya terkejut. Benda yang ia ayunkan dengan
tangan kanannya sekuat tenaga bukan hanya menahan kedua bilah pisau bandit
tersebut… melainkan menghancurkan keduanya sekaligus dan disaat yang bersamaan
membuat bandit itu terpental jauh tak berdaya.
Disaat ia
mengalihkan arah pandangannya ketangan kanannya, yang ia lihat adalah… sebuah
benda menyerupai manusia dimana tangan kanan Rio memegang kaki kiri benda
tersebut… atau mungkin lebih tepatnya memang seorang manusia yang bahkan Rio
sendiri tidak ingin mengakui kalau dia adalah seorang manusia dan menyebutnya
dengan julukan… “Itu”.
I-ini !?
0 comments:
Post a Comment