Sunday, October 2, 2016

[Nusantara] Chapter 14 - Serangan Balasan

Chapter 14 – Serangan Balasan



[3rd Person Point of View]

            “Menghindar !”

            “Eh ?”

            “Ap—!”

        Tidak mengerti dengan apa yang terjadi dihadapan mereka, ketiga bandit yang memegang senjata jarak dekat itu terdiam kebingungan. Namun diantara mereka bertiga, Hanya satu orang yang dapat mengerti keadaan saat ini.

            Coba saja kalau lu bisa menghindar, bandit pedang sialan !

            [Suara Hantaman Keras menghancur retakan batu berukuran 100 M]

            Namun, tentu saja ia terlambat beberapa detik sehingga ia tidak luput dari serpihan batu besar yang sengaja diarahkan Rio kearah ketiga bandit tersebut. Tidak hanya itu, bandit yang menggunakan sebilah pisau terkena serangan telak diseluruh tubuhnya oleh serpihan batu yang dihancurkan oleh Rio sehingga membuatnya terpental sangat jauh dan langsung kehilangan kesadarannya.

            “Rudolf ! Sekarang bagaimana ?”

            “Aku juga tidak tahu !”

Apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa serpihan batu disekitar bocah sialan itu menjadi besar secara tiba-tiba ?

Masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Bandit yang menggunakan pedang, Rudolf mulai mempertanyakan apa yang sebenranya terjadi. Namun, bagaimanapun ia memikirkannya, ia tidak dapat mengambil kesimpulan apapun kecuali…

“Kalau bocah itu seorang… [Magic User]. Terlebih lagi, aku belum pernah melihat kemampuan yang dapat membuat benda berubah ukuran seperti itu…”

Mengamati keadaan selagi menghindari serangan dari Rio, Rudolf mulai menyusun kembali rencana.

Seandainya aku membuat Roy menyerangnya dari samping dan aku dari depan… tidak, itu tidak bisa ! Selama bocah itu dapat melakukan gerakan seperti tadi hal itu percuma… tapi… jika seandainya aku membuat para pemanah memanah dirinya… itu juga tidak bisa mengingat dia dapat menghindari serangan panah saat melompat dengan mudahnya…

“Tch !”

Menjentikkan lidahnya, Rudolf pada akhirnya tidak dapat memikirkan rencana apapun. Disisi lain, Rio yang melihat Rudolf sedang kebingungan melihat ini sebagai celah dan terus menyerangnya tanpa henti.

“Haaaa !”

“Ei ! *Srat*… *Slash*… *Hup*…”

Memukul tanah sekali lagi, Rio menggunakan [Resize] dan membuat serpihan batu tersebut berukuran sama besar dengan sebelumnya. Sekali lagi Rudolf terbelalak melihat kemampuan aneh dari Rio. Namun, ia tetap tidak mengerti kemampuan seperti apa yang sebenarnya Rio miliki karena sejak tadi ia hanya menggunakan satu jenis kemampuan tersebut.

Tidak melewatkan kesempatan ini, Rio memukul bongkahan batu yang telah berubah menjadi berukuran raksasa. Melihat Rio melakukan trik yang sama membuat Rudolf menjadi kesal dan menghindari serpihan batu tersebut selagi bergerak maju dengan niat untuk menyerang Rio. Namun apa yang ia lihat selanjutnya membuat ia lebih kaget lagi.

“Hilang !? Kemana bocah itu ?”

Melihat kearah disekelilingnya dengan panik, Rudolf menaikkan tingkat kewaspadaannya. Baginya, tidak lebih dari 5 detik setelah ia menghindari serangan dari Rio dan memutuskan untuk menyerang maju namun, saat ia sampai ditempat seharusnya Rio berada, ia tidak melihat seorangpun disana.

Waktu disekitar Rudolf berjalan seakan-akan sangat pelan. Bahkan jika ada butiran air hujan yang sejajar dengan mata kakinya, butiran air ini dapat tiba ditanah selama 5 menit, setidaknya sepelan itulah waktu disekitar Rudolf saat ini.

Matanya melirik kearah disekelilingnya mencari keberadaan Rio. Namun apa yang ia temukan hanyalah bongkahan batu berukuran besar yang terpental keseluruh arah.

Seluruh arah…? Hah !? Jangan bilang !?

[Sebuah Hantaman Keras Kearah Perut Seseorang]

Namun sayang, disaat Rudolf menyadari hal tersebut, ia sudah terlambat untuk menghindar. Perut bagian kirinya… lebih tepatnya didekat daerah ginjalnya berada, ia merasakan sebuah hantaman keras dari sebuah bayangan hitam yang tiba-tiba saja menyerangnya dari arah kiri atasnya.

“Haaaaaa~!”

“Guha—!”

[Suara Orang Terpental Dengan Sangat Keras dan Kencang Sehingga Menghancurkan Pohon yang Dilaluinya]

Sial ! Kenapa bocah itu bisa berada ditempat seperti itu !?

Sebelum kehilangan kesadarannya, Rudolf melihat seorang bocah laki-laki tersenyum jahat dan juga licik kepadanya, dan tentu saja Rio lah sosok asli dari bayangan hitam yang menghajar perut Rudolf dengan sangat keras.

Just Die !”

Selagi membuat gestur dengan ibu jari tangan kanannya berada dibawah, ia mengucapkan hal tersebut kearah Rudolf selagi tersenyum puas.

Rencana Rio yang sudah ia buat sejak tadi akhirnya membuahkan hasil. Rio sejak awal sudah berencana untuk memisahkan mereka bertiga dengan serangannya yang membabi buta seperti ini. Menggunakan [Resize] kepada serpihan batu yang ia buat dengan maksud untuk membuat keberadaannya sulit untuk ditemukan sehingga ia dapat melakukan serangan dadakan. Namun ada satu hal yang berada diluar rencananya yaitu fakta bahwa seorang bandit pingsan terlebih dahulu setelah serpihan batu yang sudah ia ubah sehingga menjadi berukuran 100 M mengenai telak dirinya layaknya sebuah peluru dari sebuah senjata api. Bahkan hal ini sempat membuat dirinya berpikir… Lemat banget ini orang !

Melihat dua dari kelima lawannya tumbang dengan Rencananya, Rio mulai melakukan serangannya lagi kepada bandit yang menggunakan dua bilah pisau dikeduatangannya. Seperti sebelumnya, Rio memukul tanah dan menggunakan [Resize] lalu memukul serpihan batu yang berukuran besar tersebut sehingga memberikannya kesempatan untuk menyerang lawan yang berada didepannya. Tidak lupa, Rio juga menghindari serangan dari setiap anak panah yang dilepaskan kepadanya dari kedua arah sesuai dengan petunjuk yang Nusa berikan.

“Ha !”

“*Set*… *Hup*… Ha !”

“Urgh ! *Sreeeet*…”

Namun, hal yang tidak ia perkirakan terjadi. Musuhnya kali ini sangat berbeda dengan bandit berpedang yang ia hadapi sebelumnya. Kali ini, ia harus melawan bandit yang memiliki kemampuan yang sangat lincah dan mata Rio sulit untuk mengikuti pergerakannya.

Sial ! Cepat ! Terlalu cepat !

“Haaaaa !”

“*Set*… *Hup*… Urgh !”

Sekali lagi Rio gagal untuk menghindari serangan bandit tersebut sehingga sebuah tendangan bersarang telak diperut Rio. Hal ini membuatnya merintih kesakitan. Tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, bandit itu segera bergegas menuju kearahnya dan bersiap untuk menebas kepala Rio.

Rio yang segera mengambil kuda-kuda langsung menghindari tebasan kedua bilah pisau bandit tersebut tanpa kehilangan keseimbangannya sedikitpun. Skill up yang Nusa masukkan kepada technique sesuai perintah Rio sangat membantunya saat ini sehingga membuat Rio bersyukur karenanya. Walaupun pada akhirnya setiap kali ia mengingat ini, ia menjadi sedikit kesal.

[Suara Kaki Tersandung Sesuatu]

“Ap—”

[Suara Seseorang Terjatuh Kebelakang]

“Mati kau !”

Gawat !

Disaat Rio kehilangan keseimbangannya dan terjatuh akibat kakinya tersandung akar pohon saat akan melompat mundur untuk menghindari serangan kombinasi bandit dihadapannya, ia pun jatuh terduduk. Panik karena ia berpikir akan kehilangan nyawanya, tangannya meraba-raba sesuatu disamping kanannya tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Hmm !? Apa ini !?

Sebelum pisau bandit itu menyentuh leher Rio, ia segera mengayunkan sebuah benda yang dipegang oleh tangan kanannya. Hanya satu hal yang ia harapkan, semoga benda yang ia pegang cukup kuat untuk menahan ketajaman kedua bilah pisau bandit itu.

[Suara Pecahan Sebuah Benda]

[Suara Ayunan Keras Secara Menyamping]

[Suara Seseorang Terpental Keras dan Jauh]

“Goha—!”

“Eh !?”

Hal yang Rio lihat selanjutnya sangat membuat dirinya terkejut. Benda yang ia ayunkan dengan tangan kanannya sekuat tenaga bukan hanya menahan kedua bilah pisau bandit tersebut… melainkan menghancurkan keduanya sekaligus dan disaat yang bersamaan membuat bandit itu terpental jauh tak berdaya.

Disaat ia mengalihkan arah pandangannya ketangan kanannya, yang ia lihat adalah… sebuah benda menyerupai manusia dimana tangan kanan Rio memegang kaki kiri benda tersebut… atau mungkin lebih tepatnya memang seorang manusia yang bahkan Rio sendiri tidak ingin mengakui kalau dia adalah seorang manusia dan menyebutnya dengan julukan… “Itu”.


I-ini !?

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close