Sunday, October 30, 2016

[Nusantara] Chapter 18 – Svregna



Chapter 18 – Svregna

[3rd Person Point of View]      

“Tunggu sebentar…”

            “Hmm ? Ada apa bocah tengik ? Apa kau sudah ingin menyerah ?”

            “Bukan itu sialan ! Coba kau ulang sekali lagi namanya…”

            “Begitu saja kau sudah lupa… dasar bodoh !”

            “Berisik ! Sudah cepat ulangi nama anak perempuan itu !”

“Dengar baik-baik, aku tidak akan mengulangnya lagi… Tararararirarinani Akhsaxnia Xinta”

Benar dugaan gua, dia sendiri tidak bisa mengulangnya dengan benar, bahkan hanya benar 2 bagian akhirnya saja…

Mendengar ucapan bandit itu, Rio menjadi yakin bahwa orang yang berdiri didepannya ini adalah orang bodoh. Terlebih lagi, ia sendiri sejujurnya tidak tertarik dengan nama anak perempuan itu. Namun…

“Oi, buku sialan !”

[Ada apa tuan ?]

“[Svregna] itu… apa ?”

Kata tersebutlah yang membuat Rio tertarik. Baginya jika mendengar nama seperti [Demi Human] atau [Were Beast] adalah hal yang tidak asing karena disetiap cerita fantasi yang ia tahu, kedua hal itu selalu ada. Namun, berbeda dengan [Svregna] yang baru didengarnya pertama kali.

[[Svregna] itu adalah ras yang mirip seperti [Were Beast] dan juga [Demi Manusa] namun, hal yang membedakan mereka adalah jumlah ras yang mereka bawa…]

“Jumlah ras yang mereka bawa ?”

[Benar tuan, dengan kata lain [Svregna] adalah ras yang mengandung lebih dari 2 ras dalam darah mereka dan lebih mencondongkan setengahnya kearah ras [Manusa]]

Mendengar penjelasan dari Nusa, Rio mendapatkan sedikit pehaman tentang ras [Svregna] tersebut. Dan sepertinya [Manusa] adalah sebutan untuk ras para manusia di tempat ini.

Dengan kata lain mereka itu mirip seperti [Demi Manusa], kah ?

“Hmm ? Condong kearah ras setengah [Manusa]…? Maksud lu, ada ras yang lebih mencondongkan kearah ras lain, begitu ?”

[Begitulah tuan…]

Mendengar jawaban dari Nusa, Rio mulai berpikir bahwa ditempat ini terlalu banyak jenis ras sehingga membuatnya menjadi kebingungan. Selain itu, tidak aneh jika ditempat ini… didunia ini terjadi perang antar ras.

Jika dilihat dari perlakuan si otot sialan itu, diskriminasi antar ras terlihat sangat jelas…

Terdiam beberapa saat, Rio menatap kearah bandit dihadapannya yang sepertinya meremehkan dirinya. Walaupun ia kesal karena diremehkan, untuk saat ini ia harus merasa bersyukur karena setidaknya akan lebih mudah untuk mengulur waktu menunggu reset skill yang sedang diproses oleh Nusa selesai.

“Benar juga ! Tadi kau sempat bilang anak itu adalah putri dari kerajaan apa itu ? pokoknya yang telah jatuh itu, kan ? Memangnya apa yang terjadi ?”

“Hah ?! Bahkan kau tidak tahu tentang hal itu ? Anak seorang bangsawan kah engkau, hah ?!”

“Apa lu bilang ?!”

Walaupun ia menatap bandit dihadapannya dengan penuh rasa kekesalan, Rio tetap berusaha untuk menggali informasi dari orang yang ada dihadapannya sebelum ia tiba ditempat yang ia tuju. Hal ini penting baginya untuk menghilangkan beberapa masalah yang mungkin akan muncul karena ketidaktahuannya tentang keadaan didunia ini. Tentu saja tujuan utamanya adalah karena ia tidak ingin berurusan dengan hal yang merepotkan.

Melihat ekspresi muka Rio yang menatap dirinya dengan muka kesal, Bandit tersebut menghembuskan napasnya seakan-akan melihat tingkah laku Rio cukup menarik baginya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk menjawab pertanyaan Rio.

“Kuhahahaha ! Biar kuberitahu kau bocah, kerajaan [Akhsaxnia] telah ditaklukan oleh federasi [Bulan Bintang] sekitar 3 bulan yang lalu”

“…”

“Ditambah lagi seluruh warga yang masih tersisa ataupun yang berhasil menyelamatkan diri dari perang… tidak mungkin lebih tepat jika dikatakan pembantaian secara sepihak itu kini diperlakukan sebagai budak”

Dengan kata lain, tidak terlepas dari putri kerajaan tersebut, kah ? Tapi menjadi budak pada umur kurang lebih 13 tahun… bukannya itu sedikit keterlaluannya ? Maaaa~ bukan berarti gua peduli juga sih…

Walaupun mendengar keadaan anak perempuan dengan nama yang cukup sulit untuk diucapkan itu, Rio tetap menunjukkan ketidaktertarikkannya dengan latar belakang anak perempuan tersebut. Tentu saja karena akan sangat merepotkan jika harus berurusan dengan federasi yang menurut bandit tersebut melakukan pembantai sepihak.

Tapi… bohong kalau gua katakan gua gak merasa simpati… pada dasarnya itu anak juga sepertinya hanya korban sih…

Setidaknya seperti itulah yang Rio pikirkan setelah mendengar latar belakang anak perempuan tersebut.

“[Svregna], kah ? Sepertinya merepotkan menjadi seorang pelarian…”

“Hou~ apa kau sudah mulai tertarik bocah ?”

“Berisik lu !”

Tatapan Rio kepada bandit tersebut semakin intens. Bandit yang menyadari hal tersebut mulai mengambil ancang-ancangnya kembali.

“Sepertinya cukup sampai disini basa-basinya, bocah !”

“…”

“*Dash* Haaaaa !”

“!”

Melihat bandit tersebut bergerak secara tiba-tiba menuju kearah Rio, ia segera berusaha melompat mundur. Namun, disaat ia akan berusaha mengambil “Itu”, ia merasakan bahwa beban yang ia pegang kini bertambah sehingga membuat gerakannya menjadi sedikit terlambat.

Sial ! Gua lupa kalau buku sialan itu sedang melakukan reset !

Menyadari kesalahannya, Rio sekuat tenaga menghindari tebasan dari bandit itu dengan cara menendang perut dari “Itu”. Memanfaatkan gaya yang diciptakan oleh tendangan kakinya, Rio berhasil menghindar dari tebasan bandit tersebut dengan jarak lebih tipis dari sehelai rambut. Selain itu, alasan Rio menendang perut itu adalah untuk memastikannya agar tidak ikut tertebas karenanya.

“Tch !”

Kalau seperti ini terus, gua gak yakin bisa bertahan lebih dari 5 menit !

Melihat gerakan Rio yang tiba-tiba menjadi kaku membuat bandit tersebut mengerutkan dahinya karena kebingungan. Lupakan masalah power, bahkan kelincahan dan keseimbangan Rio menurun drastis karena reset skill.

“Ada apa bocah ?! Apa hanya seperti itu saja ?!”

“Berisik ! *Hup*”

“Dimana keseimbangan mu tadi, Ha ?!”

Selagi terus menghindar selagi berlari, Rio berusaha mengulur waktu sekitar kurang lebih selama 2 menit. Ia sendiri sebenarnya tidak yakin berapa lama lagi ia harus mengulur waktu. Namun, saat ini ia tidak punya waktu untuk memikirkan hal seperti itu. Saat ini Rio hanya terfokus untuk menghindari setiap tebasan dari bandit tersebut.

Baginya saat ini, tebasan dan gerakan dari bandit tersebut terlihat lebih cepat dan juga lincah dari apa yang ia lihat sebelumnya.

Ternyata skill up memang memberikan pengaruh…

Walaupun terkesan bahwa Rio telat menyadari hal tersebut, ia tidak terlalu memikirkannya.

“Si—?!”

[Suara Kaki Seseorang Tersandung]

Gawat ! Ada apa dengan keadaan klise seperti ini ?! Terjatuh karena akar pohon yang menyembul keluar, jangan bercanda ! Jangan anggap remeh gua, akar pohon sialan !

Seperti apa yang Rio ucapkan, keadaan yang ia alami ini adalah keadaan yang sudah sering muncul disetiap kejadian sebuah film dimana tokoh tersandung oleh akar pohon dan akan selamat karena ada sebuah hal yang tidak terduga. Tentu saja karena mengingat hal ini Rio menjadi sedikit lebih tenang dan menunjukkan senyuman liciknya, namun perkataan Nusa lah yang membawanya kembali kepada kenyataan…

[Tuan ! Bertahanlah selama 12 menit lagi !]

“Eh ?! Bukannya kalau gua terjatuh akibat akar pohon itu biasanya pertanda yang baik ya ?!”

[Apa yang tuan katakan ? Ini bukanlah sebuah adegan film mainstream tuan !]

Serius lu ?! Mati gua !

Dialog yang mereka ucapkan kurang dari 2 detik itu membuat Rio membuka matanya lebar-lebar dan senyuman liciknya memudar seketika. Dalam waktu kurang dari 3 detik—

“Ap—?!”

[Suara Pedang Diayunkan]


—Suara nyaring terdengar menggema keseluruh penjuru hutan

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close