Chapter 19 – Confusion
[3rd Person Point of View]
[Suara Pedang Yang Diayunkan Kencang Secara
Vertikal]
“!”
“Urgh ! Bo…cah sialan !”
Hampir saja ?! Gawat kalau begini terus jangankan 12
menit, 3 menit aja gua gak yakin…
Sesaat pedang yang
diayunkan bandit tersebut akan mengenai dirinya, Rio memiliih untuk menendang
kelemahan dari semua para lelaki didunia, yaitu dua bola emas yang menggantung
diantara selangkangan pria tersebut. bandit yang tidak menduga jika Rio akan
menyerangnya dibagian tersebut jatuh tersungkur selagi badannya gemetar
kesakitan dan juga bercampur rasa ngilu. Merintih kesakitan, bandit tersebut
membuka mulutnya lebar-lebar selagi menatap penuh rasa amarah terhadapan anak
laki-laki yang berada dihadapannya saat ini, Rio Reynaldi.
Menyadari
keadaannya saat ini, Rio mulai mencoba untuk memutar otaknya kembali selagi
berlari menjauhi tempat dimana bandit itu tersungkur dengan posisi bertekuk
lutut selagi memegangi selangkangannya.
Sekarang gua harus bagaimana ? Menurut perkiraan gua sih,
kayaknya gua harus bertahan selama 9 hingga 10 menit lagi…
Selagi mengamati
keadaan disekitarnya, Rio mulai mencoba menyusun rencana untuk mengulur waktu.
Sebenarnya, ia bisa saja melarikan diri dengan meninggalkan anak perempuan
tersebut. Namun, ia tidak akan puas jika belum menghajar bandit yang membuat sweater-nya robek.
Sebelum ia
menyadarinya, saat ini ia berada didekat salah satu anak buah bandit yang ia
pukul dengan cara memukul layaknya seorang pemain baseball. Melihat bandit
tersebut terbaring selagi hilang kesadarannya, Rio mulai menggeledah pakaiannya
layaknya seorang pencuri professional.
Pedang… busur panah… 4 buah anak panah… pisau… hmmm ?
Apa ini ? Bola kain… dan tali ? Terlebih lagi ada 2 buah… sudahlah ambil saja
dulu semuanya…
Melihat barang
yang ia dapatkan, saat ini Rio memilih untuk mengambil semuanya tanpa memilah
barang tersebut. pedang ia pegang dengan tangan kirinya. Pisau yang telah
berkarat tersebut ia taruh disaku kiri celananya. Bola kain berwarna hitam
dengan tali sepanjang 30 cm ia gantungkan dengan ikat pita dicelananya dimana
tempat sabuk berada. Busur dan anak panah ia gantungkan dipundaknya.
“Hmmm ? Sekarang
bagaimana caranya gua mengulur waktu selama 10 menit ?”
***
[3rd Person Point of View – Rey As
Center Point]
“Tch ! Kemana
bocah sialan itu pergi ?!”
Merasa kesal
dengan tindakan Rio yang menendang harta karun berharganya, Rey—ketua bandit
yang saat ini masih bertekuk lutut selagi memegangi selangkangannya
perlahan-lahan mulai berdiri. Diambil pedang kesayangan miliknya, [Magic Sword – Phyro Elemental] yang
tertancap ditanah. Melihat keadaan disekelilingnya, Rey mulai mencari jejak
bocah sialan, Rio.
Hmm…
ah ! Kearah sana, kah !
Melihat daun yang hancur terinjak
ditanah dan juga tapak langkah kaki yang cukup tipis namun terlihat baru, Rey
yakin bahwa Rio menuju kearah tersebut dan mulai mengikuti jejak kaki tersebut
selagi berlari. Tidak lupa pedang tersebut ia genggam dengan tangan kirinya
untuk berjaga-jaga. Walaupun terasa lama, sebenarnya waktu yang dilalui oleh
Rey semenjak kepergian Rio barulah sekitar 2 hingga 3 menit yang lalu.
“Hmm ? Ap—Oi ! Reosen ! Bangun !”
Tch
! Bahkan bocah sialan itu telah berhasil mengalahkan Reosen,kah… sepertinya aku
terlalu meremehkan anak sialan itu…
Melihat tubuh Reosen yang terbaring
lemas dengan bola mata terlihat berwarna putih total serta darah yang mengalir
keluar dari hidungnya namun perutnya masih bergerak naik turun, Rey memastikan
bahwa Reosen hanya kehilangan kesadarannya saja. Selagi ia melihat keadaan
Reosen ia menyadari bahwa perlengkapan Reosen telah dirampas darinya.
Bocah
yang berlaku seperti bandit…
Selagi menghembuskan napas, Rey
segera mengamati keadaan disekitarnya. Sekali lagi ia melihat jejak langkah
kaki ditanah menuju kearah sebuah semak-semak. Melihat hal ini Rey menaikkan tingkat
kewaspadaannya.
Tch
! Trik seperti itu tidak akan berhasil ! Apa bocah sialan itu berpikir bahwa
aku akan termakan oleh perangkapnya ?! Jangan bercanda ! Walaupun jejak kakinya
mengarah kesemak-semak, namun aku tahu kalau sebenarnya ia tidak berada
ditempat itu. Ditambah lagi, dia pasti menungguku untuk menuju kearah
semak-semak tersebut dan melancarkan serangan dadakan. Bocah itu terlalu
meremehkanku rupanya… Kuhahahaha !
Selagi mengamati wilayah semak-semak
yang berada dihadapannya, Rey mengarahkan tatapannya kearah sekelilingnya tanpa
menurunkan kewaspadaannya.
[Suara
Gerakan Disemak-Semak Yang Berada Dihadapannya]
Hohou~
sepertinya dia menyiapkan trik seperti itu juga, kalau begitu biar kulayani
bocah sialan itu dan disaat dia akan menyerangku… akan kuakhiri dia !
“Keluar kau bocah sialan ! Aku tahu
kau berada disemak-semak !”
“…”
Menunggu jawaban dari Rio, Rey
bersandiwara selagi tersenyum dengan lebar. Menunggu kesempatan untuk menyerang
Rio disaat Rio mengira jika ia telah menurunkan kewaspadaannya.
“Jika kau keluar sekarang ! Mungkin
aku akan mengampunimu bocah !”
“…”
Sekali lagi kesunyian menghampiri
wilayah dimana Rey berada. Tidak sedikitpun terlihat kalau Rio akan menjawab pertanyaannya.
Melihat keadaan ini, urat muncul diwajah Rey karena kesal. Kehabisan
kesabarannya, Rey mulai memutuskan untuk mengambil ancang-ancang dan
berpura-pura untuk menyerang kearah semak-semak tersebut.
[Suara
Ranting Pohon Kering Terinjak Dari Arah Sema-Semak]
Tch
! Bahkan bocah itu sudah mempersiapkan jebakan seperti itu juga…
Mendengar suara tersebut, Rey mulai
meubah penilaiannya tentang Rio. Ia tidak mengira jika Rio dapat membuat
jebakan senyata ini.
[Suara
Gerakan Sesuatu Dari Arah Kanan Rey]
Ah
! Akhirnya dia mencoba membuat sebuah pergerakan ! Sebaiknya kuabaikan terlebih
dahulu untuk memancingnya keluar…
Mendengar suara gerakan dari balik
pohon tepat disebelah kanannya sejauh 10 meter, Rey mulai menargetkan wilayah
pohon tersebut. ia yakin jika Rio bersembunyi dibalik pohon tersebut. Jika ia
perhatikan lagi, ia dapat melihat sebuah lengan baju berwarna hitam dan baju
luar (sweater) berwarna biru yang
terlihat disamping pohon tersebut. disaat ia akan menyerang kearah pohon
tersebut…
[Suara
Gerakan Sesuatu Dari Arah Kiri Rey]
Ap—?!
Bahkan ia sudah mempersiapkan jebakan itu juga ? Diantara kedua sisiku… tch !
boleh juga pemikiran bocah sialan itu ! Kali ini seperti ujung celana yang ia
kenakan… Sisi mana yang benar ?!
Kebingungan dengan keadaannya saat
ini, Rey merasa bahwa saat ini ia tengah berdansa diatas telapak tangan Rio.
Diamatinya kedua wilayah tersebut. dibalik pohon disebelah kanan, ia melihat
sebuah baju berwarna biru dengan bahan yang belum pernah ia lihat sama sekali.
Dan disisi kirinya sejauh kurang lebih 13 meter, Rey melihat kain celana yang
dipakai oleh Rio.
Sial
Pilihan ini lama-lama dapat membunuhku !
Rey mulai gundah dan gelisah karena
pilihan yang muncul dihadapannya saat ini. Jika ia memilih untuk pergi kearah
kanan, ada kemungkinan Rio akan menyerangnya dari arah kiri. Dan hal itu juga
berlaku sebaliknya. Sehebat apapun senjata yang Rey kenakan, jika ia lengah hal
itu tidak akan berguna baginya.
Sepertinya
aku harus memilih kearah kanan. Seandainya pilihanku salah, aku hanya harus
mengaktifkan kemampuan [Magic Sword –
Phyro Elemental] dan membakar wilayah ini. Namun jika aku melakukan itu,
nyawa Reosen dapat terancam bahaya karenanya… mungkin itu harus kujadikan
pilihan terakhir…
Disaat ia akan memilih arah kanan dan
mengambil ancang-ancang untuk berlari menuju kearah kanan—
[Suara Gerakan Sesuatu Dari Arah Tenggara Rey]
Sial
! Benar juga ! Ada juga kemungkinan jika ia akan menyerangku dari belakang !
Sial !
Disaat ia mengalihkan arah
pandangannya, Rey melihat sesuatu yang membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.
Sesuatu yang membuatnya berpikir… Serius
nih ?!
Kenapa
?! Kenapa ?! Tunggu ! Tapi… kenapa ?!
“KENAPA ADA SEMPAK DISANA ?!”
—Rey melihat sebuah sempak berwarna
putih menyembul keluar dari balik pohon dan membuatnya kehabisan kata-kata oleh
pemandangan yang ia lihat saat ini.
0 comments:
Post a Comment