Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Sunday, November 27, 2016

[Nusantara] Chapter 22 – Forest Condition



Chapter 22 – Forest Condition


[3rd Person Point of View – ??? As Center Point]

“Naaa~ apakah kondisi hutan ini memang seperti ini ya ?”

“Seingatku sih… tidak, Mas Jat”

“Haha… Hahaha… benar juga, lagipula ini kan baru 3 hari… Nah, ini baru 3 hari kan ya ? benar, kan ?! Gak ada unsur intrinsik kayak jatuh kejurang terus tiba-tiba terjadi time skip begitukan, ya ?”

Setelah keluar dari tempat dimana pemuda dengan panggilan “Mas Jat” itu tersasar, tidak lama berselang sekitar 2 hingga 3 jam, mereka berlimapun akhirnya tiba dihutan [Skyp] bagian Timur dengan dipandu oleh kedua anak kecil yang hanya memakai celana pendek… atau mungkin lebih tepatnya “Celana Boxer”.

Disaat Mas Jat melihat kondisi hutan bagian Timur yang terlihat hancur Karena suatu sebab yang tidak ia ketahui, membuatnya tidak yakin dengan apa yang ia lihat. Oleh Karena itu ia berusaha memastikannya dengan bertanya kepada seorang wanita disebelahnya. Namun, apa yang dikatakan oleh wanita itu bukanlah sebuah sanggahan melainkan jawaban yang hanya membuat Mas Jat bertambah pusing karenanya.

Ia tidak habis pikir sebenarnya apa yang terjadi selama 3 hari ia tersasar. Pasalnya 3 hari yang lalu saat ia melewati wilayah ini, ia tidak melihat adanya tanda-tanda kehancuran sedikitpun didaerah ini.

“Mas Jat, sebenarnya sekitar 6 hingga 7 jam yang lalu saat kami berdua sedang mencari jalan keluar—”

“—Kami tidak melihat adanya tanda-tanda hutan akan hancur seperti ini justru sebaliknya, Mas Jat… Hutan ini masih sangat rindang”

“Serius nih ?”

“Nn…”

Melihat kedua anak kecil itu menangguk menanggapi pertanyaannya, Mas Jat hanya bisa memegang kepalanya dengan tangan kiri selagi menenggakkan kepalanya kearah langit biru dengan gemerlap cahaya merah, biru, hijau, kuning, dan oranye secara bergantian.

Kalau begini ceritanya, bagaimana cara memberikan laporan ke [Guild]… Haaa~ mana mungkin ane bilang “Master ! Hutan [Skyp] bagian Timur sudah hancur lebur ketika saya tersesat dibagian [Crept] hutan [Skyp], [Krein Skyp] *Tehe”

[Crept], yang dikatakan oleh Mas Jat sendiri adalah sebuah wilayah diseluruh bagian [Pangea] yang memiliki karakteristik tertentu. Ada yang menghasilkan ilusi, ada yang bahkan dapat menghidupkan orang yang sudah tiada, bahkan ada juga yang menyebarkan gas berupa racun. Selain itu, [Krein Skyp] yang dikatakan oleh Mas Jat adalah wilayah dibagian Selatan hutan [Skyp] yang berbentuk labirin dan selalu berubah bentuk secara tiba-tiba dan dapat digolongkan sebagai [Crept] dengan peringkat “H”.

“Kacau dah !”

Selagi ia menggelengkan kepanya, Mas Jat menggerutu dengan suara yang sangat pelan sehingga hanya ia sendiri yang dapat mendengarnya. Menghembuskan napasnya berkali-kali, ia mulai mengamati keadaan hutan secara perlahan.

“Mbak Kun, ane mau minta tolong, coba cek wilayah disekitar sini dari atas…”

“Siap, Mas Jat !”

Mendengar permintaan Mas Jat, perempuan yang dipanggilnya dengan julukkan “Mbak Kun” itu tersenyum dan segera pergi menyusuri hutan dari atas setelah memberikan jawaban dengan nada bersemangat kepada Mas Jat.

“[The Tuyuls], kalian coba cari apa yang sebenarnya menyebabkan wilayah ini jadi seperti ini”

“Oke”

“Si-siap”

Kedua anak kecil yang dipanggil dengan sebutan [The Tuyuls] segera melaksanakan perintah dari Mas Jat dan segera mencari dari arah atas pepohonan.

“Haaa~”

“Mas Jat ?”

“Hmm ?”

“Kalo ane ? Ane harus ngapain ?”

“Mas Poc mah udah diem aja sana dipojokkan”

“Jahat !”

Mengabaikan kalimat terakhir dari lelaki yang dibalut oleh kain putih disekujur tubuhnya, Mas Poc, Mas Jat segera berjalan mengelilingi wilayah bagian Timur hutan.

Sebenarnya apa yang terjadi ? Tanah di wilayah ini hancur parah seperti ini… Selain itu juga, jika diperhatikan sepertinya ini akibat… Badai ?

“Tapi… Ane belum pernah dengar jika diwilayah hutan ini mengalami badai”

Selagi ia memeriksa wilayah disekitarnya, Mas Jat memegang beberapa ranting yang telah terpisah dengan batang pohon dimana ia seharusnya berada. Dipegangnya secara perlahan ranting pohon tersebut. Namun, seperti yang telah ia duga, ia tidak menemukan tanda bahwa ranting tersebut terkena air hujan.

“Mas Jat !”

“…”

Tapi… Jika bukan Karena badai lalu apa ? Apakah mungkin… [Magic User] ?

Mengabaikan ucapan dari Mas Poc, Mas Jat berusaha menganalisa setiap kemungkinan yang dapat ia pikirkan.

Diperhatikannya sekali lagi wilayah hutan yang telah hancur ini, namun satu-satunya kesimpulan yang dapat ia pikirkan selain badai hanya satu—

“[Magic User]”

Menggumamkan kalimat tersebut dengan suara yang sangat kecil, Mas Jat mengalihkan pandangannya kearah depan dan segera berjalan dengan langkah yang cukup cepat.

“Mas Jat !”

“…”

Tapi… Untuk apa ? Untuk apa seorang [Magic User] menggunakan kemampuannya ditempat seperti ini ? Kalau sampai hutan ini hancur, bagaimana bisa ane dapat makanan gra— melaporkan hal ini ke [Guild]…

Tenggelam dalam pemikirannya, Mas Jat sekali lagi mengabaikan panggilan dari lelaki yang ia panggil dengan sebutan Mas Poc tersebut.

Menaruh tangan kanan didagunya, Mas Jat mulai berpikir dengan serius. Ia memikirkan mengenai alasan apa yang membuat seorang [Magic User] menggunakan kemampuannya ditempat seperti ini. Selain itu, semua orang di wilayah [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] telah mengetahui jika siapapun yang berani menghancurkan hutan [Skyp] maka hukuman yang mereka terima akan sangat berat. Bagaimanapun juga ada yang mengatakan jika hutan ini adalah salah satu tempat yang berhasil menyelamatkan kekaisaran saat terjadi kelaparan masal Karena sebuah wabah penyakit yang menyebabkan seluruh pangan terkontaminasi dan siapapun yang memakan makanan tersebut akan kehilangan nyawanya dalam hitungan kurang dari 2 minggu.

Negara lain ? Tunggu ! Jika dipikirkan lebih jauh, untuk apa mereka mencari masalah dengan Kekaisaran ? Dilihat darimanapun, jika mereka mencari masalah dengan Kekaisaran, sama saja mereka mencari masalah dengan ke-11 negara lainnya… Bagaimanapun, Kekaisaran adalah wilayah netral…

“Atau mungkin… Invasi ? ”

Berjalan dengan langkah yang cepat, Mas Jat terus berpikir selagi matanya terus memperhatikan wilayah disekelilingnya. Baginya, menyerang Kekaisaran adalah sebuah tindakan bodoh. Siapapun pasti mengetahuinya, ditempat seperti ini dimana kekuatan sihir berada akan sangat sulit mempertahankan situasi netral jika tanpa adanya kekuatan yang sangat hebat untuk menghentikan invasi dari negara yang ingin mengambil sumber daya negara tersebut. Setidaknya sekuat itulah pertahanan yang dimiliki oleh Kekaisaran ini.

“Mas Jat !!”

“…”

Tapi jika, ini sebuah invasi, negara bodoh mana yang benar-benar berpikir bahwa mereka dapat mengalahkan Kekaisaran ?

“Mas Jat !!!”

“Berisik ?!”

Mendengar panggilan Mas Poc yang semakin lama semakin menyebalkan, membuat urat dikening Mas Jat muncul. Suara Mas Jat pun tanpa ia sadari meningkat.

“Apaan sih Mas Poc ?!”

“Itu ! Didepan Mas Jat !”

“Apaan Sih—Bukankah itu ?”

Dihadapan Mas Jat, beberapa akar pohon tiba-tiba menjulur keluar dari tanah lalu mendekatinya dan berusaha mengikat kakinya. Akar berwarna coklat sebesar bola basket yang mencoba untuk mengikat atau lebih tepatnya menjulur lalu melingkari kaki Mas Jat secara paksa berkali-kali digagalkan oleh Mas Poc. Entah cara apa yang digunakannya Mas Jat pun tidak memperhatikannya.

“Asal Mas Jat tahu saja, memotong akar ini satu persatu itu susah”

“Mas Poc, Bagus !”

“Ane gak tau apa yang bagus kata Mas Jat, tapi yang penting… Oke !”

Mengangkat ibu jari tangan kanannya kearah Mas Poc, Mas Jat pun tersenyum. Senyuman yang seakan-akan membuat siapapun yang melihatnya merasa tenang. Senyuman yang menunjukkan jika ia telah menemukan apa yang ia cari selama ini.

“Sepertinya… Apa yang ane cari ada disekitar sini !”

Sunday, November 20, 2016

[Nusantara] Chapter 21 – Gamble



Chapter 21 – Gamble

            [3rd Person Point of View – Rio As Center Point]

Gawat ! Gawat ! Gawat ! Mati gua kalau begini ceritanya !

            “…”    

Ditengah wilayah hutan yang hanya diiringi oleh lantunan suara hewan yang menyerupai jangkrik serta gesekan merdu dari setiap dedaunan yang diajak untuk menari oleh sang angin, suasana saat ini bagaikan sebuah harmoni yang dapat menenangkan hati seseorang yang sedang mencari ketenangan. Setidaknya itulah kesan yang akan diterima oleh seseorang jika mereka hanya kebetulan melewati suasana hutan yang seperti ini. Namun, hal ini tidak dirasakan oleh Rio yang saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya bersembunyi dibalik semak-semak yang berada disekitar wilayah hutan tempatnya berada, [Skyp].

Keringat dingin telah membasahi sekujur tubuh Rio sejak beberapa saat yang lalu. tubuhnya gemetar karena bandit yang mengincar nyawanya berada tepat dibelakang semak-semak tempat ia bersembunyi saat ini. Seandainya Rio tidak meminta untuk melakukan reset skill, mungkin ia tidak akan berada pada kondisi seperti ini. Kondisi dimana bernapas saja, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

[Suara Gerakan Disemak-Semak Yang Berada Dihadapannya]

Gawat ! Tanpa sadar gua malah bersandar ! Sial ! Tolong… jangan sadar ! Jangan sadar !

Menyadari kesalahannya, Rio menutup matanya selagi berharap agar bandit itu tidak menyadarinya. Berulang kali ia mengucapkan kalimat tersebut jauh didalam hatinya.

“Keluar kau bocah sialan ! Aku tahu kau berada disemak-semak !”

“…”

Ap—!

Mendengar ucapan Rey, sekali lagi muka Rio menjadi kaku. Tanpa sadar ia menahan napasnya dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun. Dadanya terus berdebar-debar dengan sangat cepat seakan-akan menimbulkan efek suara yang terdengar badum… badum… badum…

“Jika kau keluar sekarang ! Mungkin aku akan mengampunimu bocah !”

Dasar pembohong ! Gak akan ada bandit yang benar-benar akan melakukan hal seperti itu sialan !

“…”

Menyanggah ucapan Rey dalam pikirannya, ekspresi muka Rio semakin lama terlihat semakin panik. Keringat yang pada awalnya sudah berhenti mengalir dari keningnya, sekali lagi membasahi tubuhnya. diremas rumput kering yang berada disekitarnya dengan sekuat tenaga selagi berusaha menekan rasa takutnya.

Sial ! Cepat pergi dari tempat itu, bandit sialan !

[Suara Ranting Pohon Kering Terinjak Dari Arah Sema-Semak]

“Ap—?!”

“!”

Tanpa Rio sadari, ia meremas ranting kering yang berada didekat tangan kirinya. Disaat ia mengeluarkan suara karena kaget, ia segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suaranya tidak terdengar oleh bandit tersebut.

Menyadari kesalahan fatalnya, Rio mulai mencari suatu cara untuk mengalihkan konsentrasi Rey. Diraba olehnya permukaan tanah secara perlahan.

Apa ini ?! Batu ? Ah ! Mungkin dengan ini !

[Suara Gerakan Batu Dari Arah Kanan Rey]

“!”

Disaat Rio melihat bahwa mata Rey sedang melihat kearah kiri, ia menggunakan kesempatan tersebut untuk melemparkan batu berdiameter sekitar 4 hingga 8 cm kearah pohon dimana baju dalam berwarna hitam dengan lengan panjang dan sweater berwarna biru milik Rio berada.

“…”

Pergi dari tempat itu dan segera cek tempat yang gua lempar dengan batu tadi, otot sialan !

Menggernyitkan giginya karena kesal dengan Rey yang tidak kunjung berpindah tempat, Rio mencari batu sekali lagi. Disaat ia sudah mendapatkan batu dengan ukuran yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, sekali lagi ia melemparkan batu tersebut kearah kiri Rey.

[Suara Gerakan Sesuatu Dari Arah Kiri Rey]

“!!”

Selesai melemparkan batu tersebut hingga mengenai batang pohon, Rio segera melirik kearah Rey melalui celah yang berada disekitar semak-semak tempatnya berada. Berbeda dengan apa yang terjadi beberapa saat lalu, kali ini ekspresi dari muka Rey terlihat kebingungan. Namun, seperti yang diharapkan dari seorang bandit yang sudah berpengalaman, ia tidak kehilangan ketenangannya.

Cepat bergerak dari tempat itu, sialan ! Kalau begini gua gak bisa kabur !

“Kenapa malah diam begitu sih ?!”

Semakin kesal dengan Rey yang tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya, tanpa sadar Rio mulai menggumamkan ketidaksabarannya. Namun, tentu saja dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya.

Semoga dengan ini, lu mau bergerak !

Mendapatkan batu dari sebelah kirinya, sekali lagi Rio melemparkan batu tersebut kearah pohon yang berada dibelakang Rey. Tentu saja Rey tidak menyadari tindakan Rio dan langsung menunjukkan raut muka kebingungan.

[Suara Gerakan Sesuatu Dari Arah Tenggara Rey]

“!!!”

Melihat ekspresi Rey yang secara tiba-tiba menjadi kaku, Rio menyadari sesuatu yang cukup penting. Walaupun terdengar penting, sebenarnya Rio saja yang tidak menyadari jika—

—Tunggu ! Bukankah ini sama saja dengan berhasil ?! Maksud gua… bandit itu bodoh ! Bukannya sejak tadi seharusnya bandit itu telah menyadari keberadaan gua ! Kalau bukan bodoh berarti apa ?! Selain itu… walaupun berbeda dengan rencana yang gua inginkan, sepertinya rencana ini… cukup untuk menghabiskan waktu !

“Dengan ini… gua bisa mengulur waktu !”

Mengatakan kalimat tersebut dengan suara yang sangat pelan, Rio mengepalkan tangannya dengan kuat. Senyum liciknya yang sempat hilang beberapa saat lalu kini mulai terlihat kembali dari raut mukanya.

***

[3rd Person Point of View – ??? As Center Point]

“Haaaa~”

“Masih jauh bukan ?”

“Oi, semvak ! Lu, udah berapa kali lu ngomong kayak gitu, hah ? Kalau lu ngomong gitu terus, ane yang dengernya juga jadi capek tau ! Haaaa~ tuh kan… ane tambah lemes…”

“Iya, tapikan—”

“Cong ! Mas Jat juga capek tahu ! Jika kau mengeluh seperti itu terus yang ada malah bikin tambah capek ! Apa kau dengar ?!”

“Hiiii~”

Jauh di kedalaman hutan [Skyp] bagian Selatan, terdengar suara beberapa orang yang sedang mengeluh.

Seorang pemuda yang memakai jaket menghembuskan napasnya beberapa kali Karena rasa Lelah. Pemuda yang berbicara menggunakan logat dari daerahnya dan juga memakai jaket berwarna putih, celana panjang berwarna coklat, dan juga sandal jepit berwarna hijau dibagian talinya serta warna putih dibagian bawah telapak kaki lelaki itu dengan tulisan “Selow” sebagai brandnya, sudah terlihat sangat kelelahan. Jaketnya yang basah, mukanya yang pucat, dan juga bibirnya yang pecah-pecah adalah bukti bahwa ia telah berjalan cukup jauh tanpa beristirahat sedikitpun.

Tepat dibelakang lelaki itu, seorang lelaki yang seluruh tubuhnya dibalut oleh kain putih dengan beberapa ikatan yang mengelilingi bagian tubuhnya terus mengeluh dan menanyakan pertanyaan yang sama setiap 5 hingga 10 menit sekali. Siapapun yang mendengar pertanyaan yang sama secara berulang akan merasa kesal saat berada dengan dengannya.

Dan satu-satunya yang menghentikkan pertanyaan dari lelaki yang dibalut kain putih itu serta memberikan tatapan dingin kepadanya adalah seorang wanita dengan rambut hitam panjang dengan baju putih… mungkin lebih tepatnya kain putih panjang yang bahkan menutupi seluruh tubuh dari bagian leher hingga kakinya. Wanita itu sejak beberapa saat lalu hanya memperhatikan pemuda dengan jaket berwarna putih selagi ia mengikutinya dari samping kanan pemuda tersebut.

“Tch ! Dasar Nenek tua… lu sih enak bisa terbang… nah gua ! Bisanya cuma lompat-lompat doang kayak kodok, capek tau ! Capek ! Lompat dari bawah jurang sampe sini tuh… lu kira gua pasukan Romawi yang perang cuma bawa 300 pasukan apa hah ?!”

Menggumamkan hal tersebut dengan nada yang sangat kecil, lelaki yang dibalut dengan kain putih itu, mengeluh kepada wanita yang sejak tadi hanya melayang mengikuti pemuda yang ia panggil dengan sebutan “Mas Jat” itu.

“Hiii~”

“Mas Jat, spertinya mereka berdua sudah kembali…”

Selagi berbicara dengan pemuda disampingnya setelah melemparkan tatapan dingin kepada lelaki yang menggerutu kepadanya beberapa saat lalu, wanita itu mengarahkan tangan kanannya yang tertutupi oleh kain putih kearah kanan dari pemuda tersebut.

Melihat kearah yang ditunjukkan oleh wanita disampingnya itu, 2 orang anak kecil yang kekurangan rambut dan memiliki tinggi badan kurang dari 140cm itu mendekat kearah pemuda itu—

“Mas Jat—”

“—Kami sudah menemukan jalan keluar dari tempat ini !”

“!”

Mendengar ucapan dari kedua anak kecil yang terlihat kembar itu, raut muka pemuda yang sejak beberapa saat lalu dipanggil dengan sebutan “Mas Jat” itupun akhirnya berubah menjadi raut muka senang. Sedikit tapi pasti, air mata dapat terlihat keluar dari kedua matanya. Senyuman mulai terlihat dari wajahnya.

“Akhirnya ane bisa keluar dari tempat kamvret ini ! Sudah 3 hari ane kesasar disini, akhirnya…”

Authors Note :

Waktunya kemunculan karakter baru :D

Sunday, November 13, 2016

[Nusantara] Chapter 20 – Rencana Mengulur Waktu



Chapter 20 – Rencana Mengulur Waktu


[3rd Person Point of View – Rey As Center Point]

Kenapa ?! Kenapa ?! Tunggu ! Tapi… kenapa ?! Eh ? Tapi… eeeeeeeeeeeee~h ?!

            Kebingungan dengan apa yang ia lihat, Rey mulai kehilangan ketenangannya. Bukan karena ancaman atau kekuatan yang melebihi kemampuannya melainkan karena rencana yang dibuat oleh Rio.

            Sesungguhnya saat ini Rey hanya bisa membuka mulut dan matanya lebar-lebar hingga batas maksimalnya. Berapa kalipun ia berusaha untuk memutar otaknya, ia tidak mengerti apa yang sebenarnya direncanakan oleh Rio. Lupakan masalah baju dan celana yang berada dibalik pohon, tapi bukankah sempak atau celana dalam itu sudah berada diluar pilihan. Setidaknya itulah yang membuatnya kebingungan.

            “Apa yang sebenarnya diincar oleh bocah sialan itu ?!”

            Rey sekali lagi mengamati keadaan disekelilingnya. Meningkatkan kewaspadaannya hingga batas maksimal. Matanya saat ini menatap tajam kepada ketiga pohon yang berada disekitarnya. Matanya saat ini bagaikan seekor elang yang telah mengunci mangsanya. Setiap gerakan yang terjadi disekitar wilayah yang ia perhatikan dapat ia lihat dan sadari dengan jelas.

            Jumlah rumput yang melambai. Retakan tanah kecil yang seakan-akan dapat menarik siapapun yang melihatnya. Gesekan antara angin dan dedaunan diketiga ranting pohon. Bahkan hewan-hewan yang berjalan melintasi akar pohon yang menjulang kearah langit. Tidak ada satupun gerakan yang terlewat oleh mata Rey. Semuanya terekam jelas olehnya.

Dimana kau sebenarnya bocah sialan ! Saat kau keluar kupastikan disaat itulah hidupmu tamat, bocah sialan !

Bersamaan dengan ucapannya, saat ini senyuman telah melebur dari wajahnya dan yang terlihat hanyalah tatapan kosong dipenuhi oleh hawa membunuh. Saat ini Rey sangat serius untuk memburu Rio.

***

[3rd Person Point of View – Rio As Center Point]

            [Beberapa Menit yang Lalu]

“Pedang… sudah jelas untuk serangan jarak dekat dan kalau dibilang gua bisa gunakan ini senjata, sudah jelas bisa. Walaupun… hanya asal mengayunkannya”

            Selagi Rio berusaha menganalisis berbagai macam barang yang ia punya saat ini, mungkin lebih tepatnya hanyalah barang jarahan dari bandit yang ia pukul sebelum menemukan anak perempuan dengan nama panjang itu, Rio sedang kehabisan akal mengenai bagaimana cara agar ia dapat mengulur waktu hingga proses skill reset selesai. Melihat kearah samping kanannya, Nusa sepertinya sedang fokus dengan perintah yang Rio berikan sehingga ia tidak mungkin mengganggunya saat ini.

“Sekarang busur dan anak panah… bagaimana cara gua menggunakannya ? Sejujurnya ini pertama kali gua memegang busur dan anak panah yang asli”

            Seandainya ini Darts mungkin lebih mudah karena gua udah pernah coba…

            Saat ini Rio sedang berlari kecil untuk mencari tempat persembunyian yang tepat, namun ia tidak kunjung menemukannya. Memang benar hutan ini rindang namun ia hanya dapat menemukan sedikit semak-semak diwilayah hutan ini.

            “hmm ?”

Tunggu ! Semak-semak… sebuah keadaan untuk mengulur waktu… adegan dari film… keadaan klise… ranting kering… pemikiran penjahat… bukankah ini !

            Menyadari sesuatu, Rio mengeluarkan senyuman liciknya. Senyuman yang lebih mencirikan seorang penjahat dibandingkan dengan penjahat itu sendiri. Sebuah senyuman yang mengandung… rencana yang tidak terpikirkan oleh orang lain.

“Tapi untuk membuat hal ini berhasil, gua harus benar-benar berpikir sebaliknya dari apa yang akan dipikirkan oleh si otot sialan itu…”

Sesuatu yang dapat membuatnya kebingungan selama beberapa saat agar ia melupakan sesuatu yang krusial… tunggu ! Sesuatu yang krusial itu sebenarnya sesuatu yang bagaimana ?

Memikirkan hal ini, Rio menjadi bingung sendiri karenanya. Mencari sebuah petunjuk agar ia bisa keluar dari situasi ini. Situasi yang sebenarnya tidak terlalu ia sukai karena ia harus menggunakan otaknya. Rio sendiri mengerti kalau ia bukanlah tipe orang yang senang untuk memikirkan terlalu banyak hal karena hanya akan membuat kepalanya bertambah pusing saja.

Haaaa~ sepertinya kerjaan gua bertambah lagi… sial !

Selagi menghembuskan napas, ia mulai kembali memikirkan mengenai hal “Sesuatu yang krusial”. Ia sendiri sebenarnya tidak terlalu paham dengan apa yang secara tiba-tiba melintas dibenaknya itu. Jika ia pikirkan sekali lagi, konsep dari “Sesuatu yang krusial” itu sebenarnya luas. Tidak hanya akan berhenti pada satu atau 2 konsep saja. Bahkan ada kemungkinan lebih dari 10 definisi jika ia mencarinya di kamus besar Bahasa Indonesia.

Tapi jika melihat dari keadaan gua saat ini, kemungkinan sesuatu tersebut adalah hal yang bisa membuat seseorang kehilangan ketenangannya… terlebih lagi pada situasi seperti saat ini dimana kedua belah pihak tidak memahami kemampuan satu sama lain.

“Haaa~ sepertinya gua harus melupakan soal “Keadaan yang krusial” telebih dahulu agar tidak berpikiran sempit”

Sekali lagi ia mengatur apa yang harus dipikirkannya saat ini, Rio mulai mencoba untuk memulai kembali menganalisa senjata yang ia punya.

Walaupun dalam keadaan genting seperti ini, Rio bukanlah orang yang bodoh yang akan kehilangan ketenangannya dan menyerang tanpa berpikir terlebih dahulu. Jika harus dikategorikan, mungkin ia termasuk orang yang terlalu berhati-hati dan waspada dengan keadaan disekitarnya.

“Pisau lebih baik gua taruh di saku celana… lebih baik jangan karena akan sulit untuk mengeluarkannya kalau gua terjatuh karena suatu hal. Sebenarnya gua mau taruh ini di kaos kaki namun, ini bukanlah sebuah film… jadi ada kemungkinan kalau kaki gua akan tertusuk pisau itu sendiri”

Sial ! Padahal gua mau mencoba hal itu setidaknya satu kali saja…

Setelah memikirkan berbagai macam kondisi, akhirnya ia memilih untuk menaruhnya ditempat sabuk secara horizontal.

Tapi sejujurnya menggunakan celana bahan ditempat seperti ini merepotkan… apa lebih baik gua lepas aja celana bahannya… lagian gua masih pakai celana basket ini sih…

Setelah memikirkan hal itu, akhirnya Rio memilih untuk melepaskan celana bahannya dan menaruhnya didekat pohon. Disaat ia akan kembali kesemak-semak, ia melupakan bola kain yang masih menggantung di tempat sabuk yang berada dicelananya.

Hmm… tapi kalau dilihat dari sudut ini, celana gua cukup terlihat mencurigakan ya…

Setelah ia mengambil pisau dan bola kain dari tempat sabuk celana bahannya, ia berhenti sesaat dan melihat kembali kearah pohon dimana celananya berada.

Tunggu ! I-ini kan ?! Tapi apakah mungkin taktik seperti ini akan berhasil ? Mmmm… mungkin jika lawan gua bandit amatiran rencana ini akan gagal, namun…

“Sepertinya gua harus menaruh sedikit kepercayaan dengan si otot sialan itu…”

Menggelengkan kepalanya selagi memikirkan ide tersebut, Rio akhirnya mulai menemukan sebuah titik terang. Tidak berlama-lama, Rio mulai melepas sweater biru dan kemeja yang ia kenakan serta menaruhnya dibalik pohon yang berada disebelah kirinya sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri.

“Namun untuk memberikan kesan lebih real…”

Menaruh ibu jari dibawah dagunya, Rio mulai memikirkan untuk menyusun baju dan celananya seolah-olah seseorang sedang terduduk disana. Dan untuk menambahkan kesan keaslian, ia menaruh sebilah pedang yang ia temukan disamping celana bahan miliknya dan pisau ditempat baju dan sweater-nya berada.

Dengan ini, bandit itu akan berpikir jika salah satu diantara keduanya adalah asli. Bagaimanapun, tidak ada orang yang cukup bodoh yang akan melepaskan senjata jarak dekat pada pertarungan jarak dekat. Telebih lagi satu kesalahan akan mempengaruhi hasil akhir dari pertarungan hidup dan mati ini. Baginya saat ini, situasi ini adalah situasi yang sangat krusial.

Tunggu sebentar ?! Apakah benar inilah “Situasi krusial” yang gua maksud ?! Entah kenapa sepertinya ada yang kurang dengan situasi ini… tapi sebenarnya itu apa ?! Apa yang kurang ?!

Sekali lagi ia memikirkan mengenai definisi dari “Situasi yang krusial” itu sendiri. Namun berapa kalipun ia mencoba untuk memikirkannya, hasilnya tetap sama yaitu… nihil.

“Sebenarnya apa yang akan membuat seseorang menaikkan tingkat kewaspadaannya disaat keadaan genting seperti ini ?! Dan tentu saja keadaan seperti apa yang akan memberikan orang tersebut jangkauan penglihatan yang sempit dan terbatas ?!”

Selagi menggigit ibu jarinya, Rio telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan rencana dadakannya saat ini. pada akhirnya, tujuan utama Rio adalah mengulur waktu hingga proses reset skill selesai.

Seandainya gua yang terjebak disituasi seperti ini, hal apa yang paling membuat gua tidak habis pikir ? hmmm~

Selagi memejamkan matanya sesaat, Rio mencoba membayangkan situasi seandainya dirinyalah yang berada pada situasi seperti ini. untuk sesaat ia melihat sebuah hutan yang asri dan indah dengan wanita cantik berlari-lari disekitar hutan menggunakan gaun berwarna putih dengan rambut panjang… tentu saja dalam imajinasinya. Mungkin karena hal inilah, tanpa sepengetahuannya kedua ujung mulut Rio naik cukup tinggi dan iapun jadi tersenyum lebar.

Tunggu dulu ! Kenapa gua jadi ngebayangin wanita impian gua sih ?! Maaa~ tapi kalau gua liat pemandangan seperti itu tidak dapat dipungkiri kalau gua langsung kebingungan… habis cantik sih… ehe… ehehehe~

“*Ehem*… haaa~ fuuu~ ayo Rio serius, jangan bercanda terus ! Bisa bahaya nantinya…”

Setelah membersihkan tenggorokannya, sekali lagi ia mencoba membayangkan situasi yang akan membuatnya kehabisan kata-kata namun pada akhirnya, hasilnya tetap sama. Apa yang ia lihat adalah bayangan seperti itu. Bahkan parahnya lagi, pada percobaan yang kesekian kalinya, ia melihat wanita impiannya itu menggunakan baju renang dengan one set baju renang berwarna putih bagaikan seorang malaikat. Dilihat darimanapun, pikirannya sudah diluar jalur.

Hmm ? Ah ! Benar juga !

Menyadari hal tersebut, Rio akhirnya menemukan apa yang selama ini ia cari. Sesuatu yang akan membuat seseorang tidak habis pikir dengan keadaan genting saat ini dan membuatnya kebingungan sehingga akan melupakan hal kecil dan hanya terfokus pada targetnya saja. Keadaan dimana seseorang memiliki pandangan paling sempit namun disaat yang bersamaan… paling berbahaya.

Membuka celana basket dan melepas celana dalamnya, Rio akhirnya menaruh celana dalam dibalik pohon yang menghadap kearah jam 2 dari arah semak-semak berada. Setelah selesai menyusun celana dalam tersebut, Rio memastikan bahwa bandit tersebut tidak akan menyadari keberadaan trump card yang sudah Rio pasang saat ini. tidak lupa, setelah itu ia menaruh sebuah bola kain disamping celana dalamnya agar memberikan kesan realitas yang berlebih. Dan satu lagi yang menjadi ciri kewaspadaan Rio adalah setiap ia memasang rencananya, ia selalu memilih jalan memutar sehingga bandit itu hanya akan melihat sebuah jejak kaki yang mengarah kearah semak-semak. Dengan begini hal terakhir yang harus dilakukannya adalah bersembunyi sedikit lebih jauh dari “Circle Plan” yang sudah ia buat. Setidaknya seperti itulah ia menamakan rencananya saat ini. Sebelum ia memastikan kearapihan dari setiap rencananya, Rio tidak lupa mengenakan celananya basket berwarna birunya kembali.

“Hmm ? Ap—Oi ! Reosen ! Bangun !”

Gawat ! Sebelum gua sadari si otot sialan sudah sampai ditempat ini !

Sebelum Rio menyadarinya, ia mendengar suara bandit tersebut sehingga membuatnya kaget dan secara reflek bersembunyi disemak-semak yang berada didekatnya. Secara perlahan tapi pasti, bandit tersebut mulai mendekati semak-semak dimana Rio berada.

“Keluar kau bocah sialan ! aku tahu kau berada disemak-semak !”

“…”

Gawaaaaat ! Kenapa malah gua yang kejebak sama rencana gua sendiri ?!

Mendengar suara bandit tersebut, keringat dingin mengalir dari sekujur tubuh Rio. Saat ini ia hanya mengenakan baju panjang yang menjadi baju dalamnya. Dengan kata lain sebelum ia tiba disini ia mengenakan 3 lapis baju dan juga 3 lapis celana. Dan saat ini apa yang ia kenakan seluruhnya adalah baju dalam panjang berwarna hitam dan juga celana basket berwarna biru.

“Jika kau keluar sekarang ! Mungkin aku akan mengampunimu, Bocah !”

“…”

Jangankan buat keluar ! Kalau begini sih jadinya benar-benar taruhan ! Waktunya lama banget sih jalannya !

—Selagi memikirkan hal tersebut, Riopun akhirnya terjebak karena kecerobohannya sendiri dan saat ini ia berusaha untuk keluar dari rencananya sendiri. Dan tentu saja, dibelakangnya bandit tersebut, Rey mengawasi setiap gerakan dengan tatapan yang siap memburu mangsanya

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close