Chapter 20 –
Rencana Mengulur Waktu
[3rd Person Point of View – Rey As
Center Point]
Kenapa
?! Kenapa ?! Tunggu ! Tapi… kenapa ?! Eh ? Tapi… eeeeeeeeeeeee~h ?!
Kebingungan dengan
apa yang ia lihat, Rey mulai kehilangan ketenangannya. Bukan karena ancaman
atau kekuatan yang melebihi kemampuannya melainkan karena rencana yang dibuat
oleh Rio.
Sesungguhnya
saat ini Rey hanya bisa membuka mulut dan matanya lebar-lebar hingga batas
maksimalnya. Berapa kalipun ia berusaha untuk memutar otaknya, ia tidak
mengerti apa yang sebenarnya direncanakan oleh Rio. Lupakan masalah baju dan
celana yang berada dibalik pohon, tapi bukankah sempak atau celana dalam itu
sudah berada diluar pilihan. Setidaknya itulah yang membuatnya kebingungan.
“Apa
yang sebenarnya diincar oleh bocah sialan itu ?!”
Rey
sekali lagi mengamati keadaan disekelilingnya. Meningkatkan kewaspadaannya
hingga batas maksimal. Matanya saat ini menatap tajam kepada ketiga pohon yang
berada disekitarnya. Matanya saat ini bagaikan seekor elang yang telah mengunci
mangsanya. Setiap gerakan yang terjadi disekitar wilayah yang ia perhatikan
dapat ia lihat dan sadari dengan jelas.
Jumlah
rumput yang melambai. Retakan tanah kecil yang seakan-akan dapat menarik
siapapun yang melihatnya. Gesekan antara angin dan dedaunan diketiga ranting
pohon. Bahkan hewan-hewan yang berjalan melintasi akar pohon yang menjulang
kearah langit. Tidak ada satupun gerakan yang terlewat oleh mata Rey. Semuanya
terekam jelas olehnya.
Dimana
kau sebenarnya bocah sialan ! Saat kau keluar kupastikan disaat itulah hidupmu
tamat, bocah sialan !
Bersamaan dengan ucapannya, saat ini
senyuman telah melebur dari wajahnya dan yang terlihat hanyalah tatapan kosong
dipenuhi oleh hawa membunuh. Saat ini Rey sangat serius untuk memburu Rio.
***
[3rd Person Point of View – Rio As
Center Point]
[Beberapa Menit
yang Lalu]
“Pedang… sudah
jelas untuk serangan jarak dekat dan kalau dibilang gua bisa gunakan ini
senjata, sudah jelas bisa. Walaupun… hanya asal mengayunkannya”
Selagi Rio berusaha menganalisis berbagai macam barang
yang ia punya saat ini, mungkin lebih tepatnya hanyalah barang jarahan dari
bandit yang ia pukul sebelum menemukan anak perempuan dengan nama panjang itu,
Rio sedang kehabisan akal mengenai bagaimana cara agar ia dapat mengulur waktu
hingga proses skill reset selesai. Melihat
kearah samping kanannya, Nusa sepertinya sedang fokus dengan perintah yang Rio
berikan sehingga ia tidak mungkin mengganggunya saat ini.
“Sekarang busur
dan anak panah… bagaimana cara gua menggunakannya ? Sejujurnya ini pertama kali
gua memegang busur dan anak panah yang asli”
Seandainya ini
Darts mungkin lebih mudah karena gua udah pernah coba…
Saat ini Rio sedang berlari kecil untuk mencari tempat
persembunyian yang tepat, namun ia tidak kunjung menemukannya. Memang benar
hutan ini rindang namun ia hanya dapat menemukan sedikit semak-semak diwilayah
hutan ini.
“hmm ?”
Tunggu ! Semak-semak… sebuah keadaan untuk mengulur
waktu… adegan dari film… keadaan klise… ranting kering… pemikiran penjahat…
bukankah ini !
Menyadari sesuatu, Rio mengeluarkan senyuman liciknya.
Senyuman yang lebih mencirikan seorang penjahat dibandingkan dengan penjahat
itu sendiri. Sebuah senyuman yang mengandung… rencana yang tidak terpikirkan
oleh orang lain.
“Tapi untuk membuat
hal ini berhasil, gua harus benar-benar berpikir sebaliknya dari apa yang akan
dipikirkan oleh si otot sialan itu…”
Sesuatu yang dapat membuatnya kebingungan selama
beberapa saat agar ia melupakan sesuatu yang krusial… tunggu ! Sesuatu yang krusial
itu sebenarnya sesuatu yang bagaimana ?
Memikirkan hal
ini, Rio menjadi bingung sendiri karenanya. Mencari sebuah petunjuk agar ia
bisa keluar dari situasi ini. Situasi yang sebenarnya tidak terlalu ia sukai
karena ia harus menggunakan otaknya. Rio sendiri mengerti kalau ia bukanlah
tipe orang yang senang untuk memikirkan terlalu banyak hal karena hanya akan
membuat kepalanya bertambah pusing saja.
Haaaa~ sepertinya kerjaan gua bertambah lagi… sial !
Selagi
menghembuskan napas, ia mulai kembali memikirkan mengenai hal “Sesuatu yang
krusial”. Ia sendiri sebenarnya tidak terlalu paham dengan apa yang secara
tiba-tiba melintas dibenaknya itu. Jika ia pikirkan sekali lagi, konsep dari
“Sesuatu yang krusial” itu sebenarnya luas. Tidak hanya akan berhenti pada satu
atau 2 konsep saja. Bahkan ada kemungkinan lebih dari 10 definisi jika ia
mencarinya di kamus besar Bahasa Indonesia.
Tapi jika melihat dari keadaan gua saat ini,
kemungkinan sesuatu tersebut adalah hal yang bisa membuat seseorang kehilangan
ketenangannya… terlebih lagi pada situasi seperti saat ini dimana kedua belah
pihak tidak memahami kemampuan satu sama lain.
“Haaa~ sepertinya
gua harus melupakan soal “Keadaan yang krusial” telebih dahulu agar tidak
berpikiran sempit”
Sekali lagi ia
mengatur apa yang harus dipikirkannya saat ini, Rio mulai mencoba untuk memulai
kembali menganalisa senjata yang ia punya.
Walaupun dalam keadaan
genting seperti ini, Rio bukanlah orang yang bodoh yang akan kehilangan
ketenangannya dan menyerang tanpa berpikir terlebih dahulu. Jika harus
dikategorikan, mungkin ia termasuk orang yang terlalu berhati-hati dan waspada
dengan keadaan disekitarnya.
“Pisau lebih baik
gua taruh di saku celana… lebih baik jangan karena akan sulit untuk
mengeluarkannya kalau gua terjatuh karena suatu hal. Sebenarnya gua mau taruh
ini di kaos kaki namun, ini bukanlah sebuah film… jadi ada kemungkinan kalau
kaki gua akan tertusuk pisau itu sendiri”
Sial ! Padahal gua mau mencoba hal itu setidaknya satu
kali saja…
Setelah memikirkan
berbagai macam kondisi, akhirnya ia memilih untuk menaruhnya ditempat sabuk
secara horizontal.
Tapi sejujurnya menggunakan celana bahan ditempat
seperti ini merepotkan… apa lebih baik gua lepas aja celana bahannya… lagian
gua masih pakai celana basket ini sih…
Setelah memikirkan
hal itu, akhirnya Rio memilih untuk melepaskan celana bahannya dan menaruhnya
didekat pohon. Disaat ia akan kembali kesemak-semak, ia melupakan bola kain
yang masih menggantung di tempat sabuk yang berada dicelananya.
Hmm… tapi kalau dilihat dari sudut ini, celana gua
cukup terlihat mencurigakan ya…
Setelah ia mengambil
pisau dan bola kain dari tempat sabuk celana bahannya, ia berhenti sesaat dan
melihat kembali kearah pohon dimana celananya berada.
Tunggu ! I-ini kan ?! Tapi apakah mungkin taktik
seperti ini akan berhasil ? Mmmm… mungkin jika lawan gua bandit amatiran
rencana ini akan gagal, namun…
“Sepertinya gua
harus menaruh sedikit kepercayaan dengan si otot sialan itu…”
Menggelengkan
kepalanya selagi memikirkan ide tersebut, Rio akhirnya mulai menemukan sebuah
titik terang. Tidak berlama-lama, Rio mulai melepas sweater biru dan kemeja yang ia kenakan serta menaruhnya dibalik pohon
yang berada disebelah kirinya sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri.
“Namun untuk
memberikan kesan lebih real…”
Menaruh ibu jari
dibawah dagunya, Rio mulai memikirkan untuk menyusun baju dan celananya
seolah-olah seseorang sedang terduduk disana. Dan untuk menambahkan kesan
keaslian, ia menaruh sebilah pedang yang ia temukan disamping celana bahan miliknya
dan pisau ditempat baju dan sweater-nya
berada.
Dengan ini, bandit
itu akan berpikir jika salah satu diantara keduanya adalah asli. Bagaimanapun, tidak
ada orang yang cukup bodoh yang akan melepaskan senjata jarak dekat pada
pertarungan jarak dekat. Telebih lagi satu kesalahan akan mempengaruhi hasil
akhir dari pertarungan hidup dan mati ini. Baginya saat ini, situasi ini adalah
situasi yang sangat krusial.
Tunggu sebentar ?! Apakah benar inilah “Situasi
krusial” yang gua maksud ?! Entah kenapa sepertinya ada yang kurang dengan
situasi ini… tapi sebenarnya itu apa ?! Apa yang kurang ?!
Sekali lagi ia
memikirkan mengenai definisi dari “Situasi yang krusial” itu sendiri. Namun
berapa kalipun ia mencoba untuk memikirkannya, hasilnya tetap sama yaitu…
nihil.
“Sebenarnya apa
yang akan membuat seseorang menaikkan tingkat kewaspadaannya disaat keadaan
genting seperti ini ?! Dan tentu saja keadaan seperti apa yang akan memberikan
orang tersebut jangkauan penglihatan yang sempit dan terbatas ?!”
Selagi menggigit
ibu jarinya, Rio telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan
rencana dadakannya saat ini. pada akhirnya, tujuan utama Rio adalah mengulur
waktu hingga proses reset skill
selesai.
Seandainya gua yang terjebak disituasi seperti ini, hal
apa yang paling membuat gua tidak habis pikir ? hmmm~
Selagi memejamkan
matanya sesaat, Rio mencoba membayangkan situasi seandainya dirinyalah yang
berada pada situasi seperti ini. untuk sesaat ia melihat sebuah hutan yang asri
dan indah dengan wanita cantik berlari-lari disekitar hutan menggunakan gaun
berwarna putih dengan rambut panjang… tentu saja dalam imajinasinya. Mungkin
karena hal inilah, tanpa sepengetahuannya kedua ujung mulut Rio naik cukup
tinggi dan iapun jadi tersenyum lebar.
Tunggu dulu ! Kenapa gua jadi ngebayangin wanita
impian gua sih ?! Maaa~ tapi kalau gua liat pemandangan seperti itu tidak dapat
dipungkiri kalau gua langsung kebingungan… habis cantik sih… ehe… ehehehe~
“*Ehem*… haaa~
fuuu~ ayo Rio serius, jangan bercanda terus ! Bisa bahaya nantinya…”
Setelah
membersihkan tenggorokannya, sekali lagi ia mencoba membayangkan situasi yang
akan membuatnya kehabisan kata-kata namun pada akhirnya, hasilnya tetap sama.
Apa yang ia lihat adalah bayangan seperti itu. Bahkan parahnya lagi, pada
percobaan yang kesekian kalinya, ia melihat wanita impiannya itu menggunakan
baju renang dengan one set baju
renang berwarna putih bagaikan seorang malaikat. Dilihat darimanapun,
pikirannya sudah diluar jalur.
Hmm ? Ah ! Benar juga !
Menyadari hal
tersebut, Rio akhirnya menemukan apa yang selama ini ia cari. Sesuatu yang akan
membuat seseorang tidak habis pikir dengan keadaan genting saat ini dan
membuatnya kebingungan sehingga akan melupakan hal kecil dan hanya terfokus
pada targetnya saja. Keadaan dimana seseorang memiliki pandangan paling sempit
namun disaat yang bersamaan… paling berbahaya.
Membuka celana
basket dan melepas celana dalamnya, Rio akhirnya menaruh celana dalam dibalik
pohon yang menghadap kearah jam 2 dari arah semak-semak berada. Setelah selesai
menyusun celana dalam tersebut, Rio memastikan bahwa bandit tersebut tidak akan
menyadari keberadaan trump card yang
sudah Rio pasang saat ini. tidak lupa, setelah itu ia menaruh sebuah bola kain
disamping celana dalamnya agar memberikan kesan realitas yang berlebih. Dan
satu lagi yang menjadi ciri kewaspadaan Rio adalah setiap ia memasang
rencananya, ia selalu memilih jalan memutar sehingga bandit itu hanya akan
melihat sebuah jejak kaki yang mengarah kearah semak-semak. Dengan begini hal
terakhir yang harus dilakukannya adalah bersembunyi sedikit lebih jauh dari “Circle Plan” yang sudah ia buat.
Setidaknya seperti itulah ia menamakan rencananya saat ini. Sebelum ia
memastikan kearapihan dari setiap rencananya, Rio tidak lupa mengenakan
celananya basket berwarna birunya kembali.
“Hmm ? Ap—Oi ! Reosen ! Bangun !”
Gawat ! Sebelum gua sadari si otot sialan sudah sampai
ditempat ini !
Sebelum Rio
menyadarinya, ia mendengar suara bandit tersebut sehingga membuatnya kaget dan
secara reflek bersembunyi disemak-semak yang berada didekatnya. Secara perlahan
tapi pasti, bandit tersebut mulai mendekati semak-semak dimana Rio berada.
“Keluar kau bocah sialan ! aku tahu
kau berada disemak-semak !”
“…”
Gawaaaaat ! Kenapa malah gua yang kejebak sama rencana
gua sendiri ?!
Mendengar suara
bandit tersebut, keringat dingin mengalir dari sekujur tubuh Rio. Saat ini ia
hanya mengenakan baju panjang yang menjadi baju dalamnya. Dengan kata lain
sebelum ia tiba disini ia mengenakan 3 lapis baju dan juga 3 lapis celana. Dan
saat ini apa yang ia kenakan seluruhnya adalah baju dalam panjang berwarna
hitam dan juga celana basket berwarna biru.
“Jika kau keluar sekarang ! Mungkin
aku akan mengampunimu, Bocah !”
“…”
Jangankan buat keluar ! Kalau begini sih jadinya
benar-benar taruhan ! Waktunya lama banget sih jalannya !
—Selagi memikirkan
hal tersebut, Riopun akhirnya terjebak karena kecerobohannya sendiri dan saat
ini ia berusaha untuk keluar dari rencananya sendiri. Dan tentu saja,
dibelakangnya bandit tersebut, Rey mengawasi setiap gerakan dengan tatapan yang
siap memburu mangsanya
0 comments:
Post a Comment