Story Writter - Link

Link is one of Our Storry Writter in this Project. Link's Specialty in Fantasy Story. Check

Illustrator - RFTaurus

RFTaurus is one of our Illustrator in this project. Currently RFTaurus's partner is Link for [Nusantara] project. Check

Web Novel - Nusantara

Nusantara adalah kisah mengenai petualangan Rio (19 tahun) untuk mengubah sejarah suatu negara setelah ia mengalami pertemuan dengan sebuah buku bernama Nusa. Update : 1 chapter/week. Check

Sunday, August 28, 2016

[Nusantara] Chapter 9 - Hutan Skyp

Chapter 9 – Hutan Skyp






[3rd Person Point of View]


“Jangan lari kau !”


“Berhenti !”


Sekitar 400 meter sebelah Barat sebelum memasuki daerah hutan [Skyp], tepatnya didaerah perbatasan antara [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] dan [Kerajaan Lotoregna], sekitar 30 pria dewasa berpakaian kaos berwarna putih lusuh serta celana kain berwarna hitam dimana 3 di antaranya memakai pakaian seperti rompi namun terbuat dari kulit hewan yang terlihat seperti beruang, sedang memberikan perintah dari barisan depan kepada 27 orang lainnya. Saat ini mereka sedang mengejar seorang gadis berpakaian coklat lusuh dengan rantai yang telah terpotong disekitar pergelangan kakinya.

“ha~…ha~…ha~…”


[Suara seseorang sedang berlari dengan rantai terpotong dikakinya selagi menabrak ranting dan menginjak dedaunan kering yang dilewatinya]


“Kalian Berdua jangan Banyak Bicara, cepat Kejar !”


“”Si-Siap Bos!!!””


Salah seorang yang mengenakan rompi yang terbuat dari kulit hewan yang terlihat seperti beruang dengan bandana berwarna hitam dikepalanya memberikan perintah kepada kedua orang lainnya yang mengenakan rompi. Dilihat dari sisi manapun seseorang pasti mengetahui bahwa ialah pemimpin dari seluruh pria dewasa tersebut. Laki-laki berbadan kekar dimana baju yang dikenakannya terlihat kecil saat dipakainya karena otot-ototnya yang besar.


“Hoi…! Eric ! Reosen ! kalian berdua bawa orang-orang kalian memasuki hutan melewati sisi kiri dan kanan !”


“”Si-Siap Bos !“”


Setelah memberikan perintah kepada bawahannya yang mengenakan rompi, pria dewasa yang mengejar seorang gadis tersebut terbagi dalam 3 regu berisi 10 orang dalam setiap regunya. Sepertinya pria yang mengenakan Bandana dengan huruf “E” ditengahnya adalah Eric, dan orang yang mengenakan bandana berwarna coklat adalah Reosen. Regu yang dipimpin oleh Eric memasuki hutan melewati sisi kiri dan regu yang dipimpin oleh Reosen melewati sisi kanan hutan.


“Tangkap wanita itu sebelum ia berhasil melewati hutan ! Terlukapun tidak masalah ! kita hanya perlu menyembuhkannya dengan [Healing Magic] !”


Setelah memberikan perintah kepada pasukannya, Reosen pun menghilang memasuki wilayah hutan melewati sisi kanan. Tidak lama berselang setelahnya, Eric pun memasuki wilayah hutan melewati sisi kiri dan disusul oleh bos mereka yang memasuki hutan melewati bagian tengah.


“jangan harap kau bisa kabur begitu saja gadis kecil !”


Selagi tersenyum lebar dengan tatapan layaknya seorang serigala yang sedang mengincar mangsanya, orang yang dipanggil bos oleh para pria dewasa itu pun akhirnya menghilang kedalam hutan [Skyp].

***

Disisi lain sang gadis yang menjadi incaran para pria dewasa itu telah jauh memasuki hutan dengan pakaian yang sudah compang-camping. walaupun disebut seorang gadis, ia hanyalah seorang anak kecil berumur kurang dari 15 tahun jika dilihat dari penampilannya.


Tinggal sedikit lagi ! *napas berat* setelah melewati hutan ini… *napas Berat* aku akan tiba di wilayah negara netral…


Menanamkan pikiran seperti itu didalam benaknya, gadis itu pun terus berlari menyusuri wilayah hutan berharap menemukan akhir dari hutan [Skyp]. Berlari… berlari… tanpa tahu akhir dari usahanya tersebut. Kantung hitam dibawah matanya menjadi tanda dari kewaspadaannya selama beberapa hari terakhir. Napasnya yang semakin lama menjadi semakin berat menandakan bahwa ia sudah mencapai batasnya.


“*napas berat*”


Gadis itu terus berlari tanpa menyadari bahwa kakinya telah terluka akibat menginjak bebatuan dan terkena ranting pohon yang telah terjatuh. Kulitnya yang terlihat mulus dan berwarna putih bagaikan salju kini terukir berbagai macam luka goresan. Beberapa luka goresan lainnya dapat ditemukan disekitar muka gadis kecil tersebut. Saat ini yang menguasai dirinya hanyalah secercah harapan untuk dapat menuju wilayah netral dan rasa takut yang ia rasakan.


“*napas berat perlahan mengurang*”


Merasa lelah, gadis kecil itupun berhenti sejenak. Dilihatnya keadaan sekitar secara perlahan agar tidak ditemukan oleh para regu pengejar. Kaki yang semakin berat untuk ia gerakan membuat ia terdiam ditempatnya selama beberapa saat. Setelah ia memastikan bahwa keadaan disekitarnya aman, ia pun terduduk dan menyandarkan tubuhnya pada batang pohon yang tepat berada dibelakangnya.


Kakinya gemetar tidak karuan, telapak kaki kecil yang tadinya halus kini telah dihiasi oleh warna biru menandakan luka memar. Bibir kecil imut miliknya kering dan terlihat pucat.


“uuu…~”


Seraya menggerutu, tanpa ia sadari air mata mengalir membasuhi pipi mungilnya itu. Entah pengalaman mengerikan seperti apa yang menimpanya saat ini tapi… sedikit demi sedikit cahaya dalam pantulan matanya mulai memudar.


“*hik hik*”


Suara tangis yang ia keluarkan terdengar sangat kecil. Siapapun dapat mengetahui bahwa ia saat ini sedang menahan suara tangisnya. Selagi bersandar pada batang pohon, ditekuk lutut kakinya lalu ia membenamkan mukanya. Pemandangan ini bagaikan melihat seorang anak kecil menangis karena dijauhi oleh teman sepermainannya.


Beberapa menit telah berlalu selagi gadis kecil itu terdiam dalam posisinya. Suara kicauan burung dalam hutan terdengar ceria mengabaikan perasaan si gadis kecil. Namun karena hal itu juga ia merasa terselamatkan. Kicauan demi kicauan ceria para burung yang dikenal dengan nama [Algatraz] atau dalam bahasa [Harya] berarti burung penghibur. Kicauan dari burung ini mengandung sihir [Enviro] atau jenis sihir yang berasal dari alam dalam jumlah kecil. Sifat dari jenis sihir ini adalah untuk menarik memori bahagia ataupun mengganti mood seseorang yang mendengarnya, namun karena hal ini juga air mata sendu sang gadis kecil bertambah banyak seiring kicauan burung ini terdengar olehnya.


Hal yang ditarik dari memori bahagia miliknya saat ini adalah saat pertama kali kedua orang tua dan laki-laki yang sepertinya adalah kakak dari sang gadis kecil memujinya karena ia berhasil menguasai sihir [Enviro Rank 3 Intermediate I – Shrecht Enviro Pax (Lazy Nature Pace)] pada saat ia berumur 5 tahun. Normalnya sihir ini adalah hal yang baru bisa dikuasai oleh seseorang saat ia mencapai umur 15 tahun atau sudah melewati pelatihan dalam sekolah sihir. Namun ia berhasil menguasai sihir ini saat baru berumur 5 tahun. Baginya ini adalah satu-satunya kemampuan yang bisa ia banggakan karena kakaknya sekalipun yang dijuluki seorang jenius tidak bisa menguasainya karena faktor ketidakcocokkannya dengan sihir bertipe [Enviro].


“Oi ! bagaimana !? apa anak itu ada disebelah sana !?”


“Tidak ada Bos!”


“tch… kemana anak itu pergi !?”


“!!!”


Mendengar suara tersebut, gadis kecil itupun kembali kepada kenyataan bahwa saat ini ia masih belum aman dari para pria dewasa yang mengejarnya.

***

“Hoi ! Eric ! Reosen ! apa kalian menemukannya !?”


“Maaf bos Rey belum”


“…”


“Eric ! disitu bagaimana ?"


“…”


Tidak mendapatkan balasan dari Eric, Rey, bos dari para lelaki dewasa, sedikit curiga.


“Hoi ! Eric ! Cepat jawab !”


“…”


Setelah memanggilnya sekali lagi yang ia dapatkan hanyalah sebuah keheningan dari regu Eric. Hal ini membuatnya yakin bahwa sesuatu telah terjadi kepada regu Eric.


“Sial… anak itu…!”


Merasa geram, ia pun segera memberikan tanda kepada Reosen untuk mengikutinya—


[Enviro – Schrin (Bind)]


Sebelum ia sadari, akar pohon tiba-tiba menjulur keluar dari tanah lalu mengikat kaki seluruh pasukan regu Rey. Akar berwarna coklat sebesar bola basket mengikat atau lebih tepatnya menjulur lalu melingkari kaki para pasukan dan secara paksa mengangkat tubuh seluruh pasukan—


“cih ! KAU PIKIR BISA MENIPU KAMI DENGAN SIHIR TINGKAT INI HAH !?”


Sebelum akar yang melingkari kakinya, Rey dengan sigap memotong akar pohon tersebut dengan pedangnya. Pedang yang dibungkus oleh cahaya berwarna merah itu tidak diragukan lagi adalah sebuah [Magic Sword – Phyro Elemental] atau singkatnya adalah pedang sihir bertipe api yang juga merupakan kelemahan dari sihir bertipe [Enviro]


“!!!”


Gadis kecil yang menyadari hal itu terus mengalirkan [Mana] kepada sihirnya selagi mengukur jarak dan saat yang tepat agar ia bisa melarikan diri. Dengan mengalirkan [Mana] kepada sihir yang ia keluarkan, ia dapat membuat sihirnya lebih kuat dan dapat bertahan lebih lama, dengan kata lain—


“[Mana Link], kah ? cih ! dia benar-benar meremehkan kami, Hah!!!”


Sekali lagi Rey menebas akar-akar yang terus menjulur dari permukaan tanah. Sihir yang digunakan oleh gadis kecil itu bukanlah tipe sihir yang membahayakan nyawa melainkan hanya untuk mengulur waktu dan menahan gerakan musuh saja.


“ah ! ketemu kau !”


“!!!”


Menyadari kesalahannya, gadis kecil itu segera meninggalkan tempat ia bersembunyi beberapa saat yang lalu menuju kea rah perbatasan. Jika ditanya apa kesalahannya yaitu adalah dengan menggunakan [Mana Link] itu sendiri, karena dengan menggunakan sihir tersebut sama saja ia memberitahukan lokasi dimana ia berada karena jika diperhatikan akan ada sepercik kilatan cahaya atau [Spirit] yang akan mengalir ketempat sihir itu dikeluarkan dengan kata lain jika kita mengikuti arah dari percikan itu keluar kita dapat menemukan lokasi dari sang pengguna sihir.


Berlari… berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat ia berada saat ini… berlari sejauh mungkin yang ia bisa… tanpa tahu akhir dari lautan pohon tempat ia berada saat ini… satu-satunya hal yang dapat ia pikirkan saat ini hanyalah…


Sedikit lagi… sedikit lagi perbatasan…


Secercah kecil harapan ia pertaruhkan kepada sisa-sisa tenaganya. Kakinya yang sudah tidak dapat ia rasakan mulai bergetar tidak karuan. Pandangannya semakin buram.


Jangan bilang gara-gara terlalu banyak mengeluarkan [Mana] ? tolong… sedikit lagi…


Hanya itulah harapannya saat ini—


“apa itu kah yang kau pikirkan saat ini, HA!?”


“!!!”


Sebelum ia menyadarinya, seorang pria dewasa dengan bandana coklat muncul dari balik pohon yang berada didepannya. Pria dewasa yang mengatakan seluruh isi pikirannya beberapa saat yang lalu itu dengan segera menendang keras perut gadis kecil tersebut hingga ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Biarpun dibilang memuntahkan, apa yang dikeluarkan gadis kecil itu hanyalah air dan sedikit darah bercampur dengannya.


“seorang ras rendahan seperti [Svregna] tidak perlu banyak tingkah !”


“! *memuntahkan isi perutnya dan terkejut*”


Mendengarkan perkataan tersebut membuat matanya terbelalak karena kaget. Melupakan rasa sakit yang ia alami, walaupun ini bukan pertama kalinya ia mendengar hal seperti ini tapi entah kenapa ia merasakan sakit di dadanya saat ini. Rasa sakit yang ia alami karena seseorang menghina rasnya… menghina orang tua yang telah melahirkannya… dan juga menghina… dirinya sendiri…


Air mata mengalir membasahi pipinya yang mungil… suara isakan tangisnya… mulai mengencang secara perlahan-lahan… namun, dibandingkan dengan hal itu, rasa sakit didadanya berkali-kali lebih menyakitkan baginya.


“*uhuk Uhuk*”


“Oh ya ! untuk apa ras rendahan menangis dan merasakan sakit, HA!?”


[suara keras seseorang menendang orang dengan sepatu boots]


“uuu— *uhuk uhuk* *Suara anak kecil memuntahkan sesuatu*”


Dipegangi perutnya yang kecil, gadis kecil itu kini merasakan rasa sakit yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tendangan pertama, Reohen, pria dewasa dengan bandana coklat beberapa saat yang lalu itu tepat mengenai perutnya dan kini mengenai dadanya telak.


Gadis kecil tersebut mulai merasakan sesak didadanya. Paru-parunya sulit untuk bernapas. Dan kini kesadarannya pun mulai menghilang… satu-satunya harapan kini telah sirna—


HOME RUN !


Bersamaan dengan teriakan serta pemandangan dimana pria dewasa yang memukul dan menghinanya beberapa saat lalu terpental dengan sangat kencang hingga merobohkan setiap pohon yang ia lewati, ia pun memejamkan matanya…

Sunday, August 21, 2016

[Nusantara] Chapter 8 - Seriusan Langkah Pertama !

Chapter 8 – Seriusan Langkah Pertama




[3rd Person Point of View]


“…”


<Tu-Tuan… ?>


“…”


<Jangan bilang Tuan… marah ?>


“…”


Dibawah langit biru yang sangat cerah ini, lantunan suara hewan yang menyerupai jangkrik bersahutan satu sama lain. Dari sudut manapun orang melihatnya, pemandangan yang bisa mendeskripsikan mereka saat ini hanyalah sebuah gambaran dimana anak sekolah yang sedang menikmati liburan musim panas mereka disebuah desa. Hanya saja… jika mereka benar-benar menikmatinya. Saat ini seorang pria hanya terdiam selagi melempar tatapan dingin namun tajam terhadap sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh sebuah buku berwarna biru donker yang sedang melayang disamping dadanya.


Dua puluh lima menit telah berlalu sejak Rio, Nusa, dan “Itu” meninggalkan wilayah pohon [Arg Gruf]… setidaknya itulah nama wilayah yang disebutkan oleh Nusa beberapa saat sebelum mereka berdua meninggalkan tempat tersebut… dan ucapan Nusalah yang membuat Rio terus menatap tajam dan kesal hingga saat ini…

***

<Ah Benar Juga !............................................................ Tuan ! Sebenarnya kesalah pahaman yang terjadi disini adalah karena…>


“…”


Mendengar ucapan Nusa yang bahkan sama sekali tidak meyakinkan, Rio hanya bisa terdiam mencurigai Nusa selagi menunggu kata selanjutnya dari Nusa—


< Pohon [Arg Gruf] yang dia maksud bukanlah pohon yang ini, Tuan !>


“…”


Suara air sungai yang mengalir dan saling bersimfoni dengan tarian daun yang saling bersentuhan satu sama lain mengisi keheningan yang terjadi diantara mereka berdua…


“Kalo itu sih gua juga tau !”


<eh ? Ba-bagaimana bisa…?>


“Oi ! Oi ! yang ngasih tau gua skill [Furia’s Knowledge] kan lu !”


<Ah !>


“jangan bilang lu… lupa ?”


<Tidak Tuan Saya Tidak Lupa serius Tuan saya Tidak Lupa Mana Mungkin Saya bisa Lupa Tidak ada sejarahnya saya bisa Lupa tentang hal seperti itu serius Tuan saya tidak Lupa Tuan !>


Ini makhluk satu… bilangnya gak “lupa” tapi ngulang kata “lupa” sampe 5 kali… jelas-jelas ini makhluk Lupa…


Berusaha sekuat tenaga meyakinkan Rio, Nusa dengan paniknya menolak fakta bahwa ia benar-benar melupakan hal tersebut. Disisi lain, Rio yang sudah menyadari tingkah laku Nusa melemparkan tatapan kecurigaan kepada Nusa…


“Nah… biar gua kasih tau ke lu sekalian ya… tiap kali lu ngomong pake bahasa yang lu sebut bahasa [Furia], saat itu juga kaya ada jendela kaca warna biru transparan muncul didepan gua…”


<>


Rio mengabaikan Nusa yang sepertinya mengeluarkan sebuah cairan layaknya keringat… namun dilihat dari sudut manapun Nusa adalah sebuah buku. Oleh karena itu Rio lebih memilih mengabaikannya dan melanjutkan ucapannya…


“…dan lu tau apa yang ada di jendela biru transparan itu Ha!?”


<>


“disitu ada deskripsi tentang pohon [Arg Gruf] beserta letak dan gambar pohon tersebut… lu pikir lu bisa ngebohongin gua Ha!?”


<It-it-itu…>


Nusa yang panik dan juga mulai kehabisan kata-kata akhirnya menyerah dan memberitahu alasan dibalik sikapnya itu.


Setelah itu Nusa memberitahu kepada Rio bahwa pohon didepannya itu memang bukanlah pohon [Arg Gruf] yang sebenarnya. Melainkan pohon yang menjadi tempat penampungan [Mana] yang sebelumnya dimiliki oleh Nusa dan Rio… lebih tepatnya adalah wadah yang Nusa jadikan tempat penampungan [Mana] Rio yang menyebar akibat ia hilang kesadaran selama menggunakan kemampuan [Teleport]. Kemampuan itu sendiri adalah salah satu kemampuan tingkat atas dan bahkan dalam menggunakannya Rio kehilangan setengah dari total [Mana] yang ia serap dari ke-11 makhluk suci panggilan selama ia terjebak ditengah medan perang saat pertama kali tiba ditempat ini.


“Jadi… karena lu pikir bisa bahaya kalo itu [Mana] lepas kendali, pohon ini akhirnya lu jadiin buat wadah, gitu ?”


<I-Iya Tuan…>


“Tch…”


“Lain kali bilang dulu kenapa.” Setidaknya itulah yang ingin Rio katakan namun karena menurutnya ini juga separuh dari kesalahannya ia tidak bisa menyalahkan Nusa karena hal tersebut. Terlebih lagi, hal yang menyebabkan Rio terdiam dan hanya bisa menatap tajam Nusa hingga saat ini adalah karena ia merasa malu untuk mengakuinya dan juga karena separuh dari hati kecilnya mengatakan bahwa ia tidak ingin kalah dari buku yang ia sebut dengan “Sialan” itu. Oleh karena itu, akhirnya Rio memutuskan untuk tetap membawa “Itu” bersamanya karena permintaan Nusa dan juga harga dirinya.

***

<Tu-Tuan ?>


“…”


<Tu-Tuan->


“Ha!?”


Merasa kesal karena Nusa terus memanggil Rio sejak dua puluh lima menit yang lalu, untuk pertama kalinya Rio membalas ucapan Nusa walaupun itu hanya sebatas “Ha!?”. Tidak hanya itu, Rio juga tidak lupa melemparkan tatapan tajam kearah Nusa beserta raut muka kesal kepadanya. Nusa yang merasakan hal tersebut hanya bisa terdiam seolah-olah ia merasa ada sebilah pisau yang siap untuk melubanginya.


Rio mengambil napas dalam-dalam dan akhirnya membuka suaranya…


“Oi ! jadi abis ini gua harus lewat mana supaya bisa ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] ?”


<a-ah… Tuan cukup ikuti jalan ini saja terus, Nanti Tuan akan tiba ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] kurang lebih sekitar 2 hari lagi dari sini, jika kita bisa sampai didesa [Pasgat] malam ini… tidak sore ini, kita bisa menumpang bersama karavan ataupun pedagang yang akan pergi menuju ke sana Tuan>


“2 hari !? serius lu ?”


<saya serius Tuan, kalau soal makanan Tuan tenang saja, selama perjalanan kita akan banyak menemukan pohon buah yang bisa Tuan makan>


“Haaaa~ gua kira gua ga akan makan sampe di kekaisaran”


<oh iya satu lagi Tuan, saat tiba di kekaisaran Tuan tetap harus mencari pekerjaan untuk makan>


“Eh ?”


<singkatnya Tuan saat ini sama sekali tidak mempunyai uang untuk membeli makanan ataupun pakaian>


“Serius lu ? ._.” Mendengar ucapan Nusa, Rio hanya bisa terdiam. Mulanya ia berpikir bahwa setidaknya saat ia mencapai kekaisaran ia akan mendapatkan makan, minum, dan juga mempunyai tempat tinggal secara gratis namun faktanya… ia harus mencari itu semua sendirian.


[Suara benda yang ditarik paksa]


“…”


<>


Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya mereka berdua mendengar suara itu. Suara yang saat ini mereka dengar telah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Namun mereka berdua memutuskan untuk mengabaikan suara tersebut dan melanjutkan perjalanan menuju wilayah kekaisaran.


Saat ini Rio dan Nusa sudah memasuki wilayah hutan [Skyp]. Menurut jendela yang Rio namakan dengan [Pop Out Descript] atau [P.O.D], di hutan ini banyak terdapat buah-buahan yang dapat ia makan dan dapat ia jual dengan harga 5 [Sentinel]. [Sentinel] sendiri merupakan mata uang resmi yang dipakai oleh orang-orang di kekaisaran ini. Oleh karena itu Rio berencana untuk mengumpulkan buah-buahan yang akan ia temukan dihutan ini.


“oh iya ! sebelum gua lupa…”


<>


“…Kalo gua udah sampe disana gimana caranya gua bisa tau kalo ada sejarah yang harus gua ubah ?”


<ah ! kalau soal itu… Tuan tinggal menggenggam saya lalu katakan [Hist Log] setelah itu katakan [B.A] dan Tuan akan dapat melihat sejarah yang akan terjadi dalam waktu dekat…>


“[B.A]…? apaan tuh ?”


<[B.A] atau [Bi Ei] adalah singkatan dari [Before Action], dalam [Menu] ini Tuan dapat melihat sejarah yang akan terjadi dalam kurun waktu satu bulan kedepan dan apa pengaruhnya dimasa yang akan datang. Selain itu, jika Tuan ingin melihat sejarah yang sudah Tuan coba untuk ubah, Tuan tinggal katakan [A.A] atau [Ei Square] yang merupakan singkatan dari [After Action] Namun—>


“—dalam [Menu] ini gua ga bisa liat efek yang akan terjadi dimasa depan, iya kan ?”


<Benar… karena setelah Tuan melakukan suatu tindakan untuk merubah sejarah, sekecil apapun riak yang Tuan ciptakan, sejarah itu akan berubah kearah yang sangat tidak terduga>


Uwaaaa~ gua gak ngira bisa denger kata-kata mutiara dari ini buku sialan satu…


Biarpun itu hal yang ia pikirkan, Rio tidak mengucapkannya secara langsung karena baginya jika ia mengganggu penjelasan dari Nusa saat ini, ia merasa akan melupakan hal yang ingin ia tanyakan nantinya. Selain itu ia juga yakin bahwa arah topik pembicaraan akan berubah kearah yang tidak karuan jika ia mengganggunya saat ini.


<Selain itu, Jika Tuan memiliki seseorang yang Tuan anggap sebagai Teman ataupun seseorang yang berharga bagi Tuan dimasa ini… entah Tuan menyadarinya atau tidak, masa depan orang tersebut akan terdaftar secara otomatis dan dapat Tuan lihat melalui [F.L] atau [Friend’s Log] setelah mengatakan itu selanjutnya Tuan tinggal sebutkan nama orang tersebut dan tentu saja masa depan yang bisa Tuan lihat hanya sebatas dalam kurun waktu satu bulan ke depan>


“…”


“Teman…kah ?” Rio tidak bisa berkata-kata mendengar kata tersebut. Baginya mendapatkan seorang teman itu lebih sulit dibandingkan mendapatkan seribu kenalan.


<Terlebih lagi dalam setiap [Menu] yang Saya miliki, jika ada suatu peringatan menandakan adanya sebuah keadaan mendesak ataupun berbahaya akan ada pengumuman tertentu yang muncul dihadapan Tuan sama seperti saat pertama kali Saya berbicara dengan Tuan…>


“hmmm~ Peringatan,kah ? [Menu] lu banyak gunanya juga ya…”


<…tapi pengumuman itu sendiri hanya akan muncul jika Tuan tidak melihat [Hist Log] ataupun [Friend’s Log] hingga satu minggu sebelum sejarah tersebut terjadi, jadi Tuan tenang saja… selama Tuan rajin membaca detail tentang keadaan yang akan terjadi baik itu penyebabnya, efek setelahnya, maupun kronologi dari kejadian tersebut, saya yakin… kali ini kita pasti akan berhasil>


“Percaya diri amat lu ? maaa~ kalo gitu sih tenang aja… malah harusnya lu itu bersyukur yang lu bawa itu gua…”


<Bersyukur ? kepada Tuan ?>


“iyalah… soalnya gua itu ganteng”


[Suara hewan menyerupai jangkrik dan dedaunan yang saling bersentuhan satu sama lain]


Seketika Rio selesai mengatakan itu, suasana disekitar mereka berdua hening seketika. Hanya suara hewan yang menyerupai jangkrik yang terdengar beserta suara dari ranting pohon yang saling bersentuhan satu sama lain. Dedaunan kering terhempas oleh angin melewati jalan kecil yang tercipta diantara Rio dan Nusa yang melayang disebelahnya.


<Ternyata benar Tuan ini Bodoh ya…>


“Anjrit ! ngomong sekali lagi gua bakar lu seriusan gua ga bohong !”


<ah ! Tuan… Itu !>


“hmmm………………………………………………. Itu kan !?”


Tanpa mereka sadari… setelah berjalan hampir sekitar Sembilan puluh lima menit didalam hutan, akhirnya mereka berhasil keluar dari hutan [Skyp] dan tiba disebuah padang rumput yang sangat hijau dimana sejauh mata memandang yang ia lihat adalah sebuah pemandangan yang benar-benar bisa dibilang sebuah kesuksesan dari program “Green Revolution” atau Revolusi Hijau—


“Oi ! itu kan !?”


<aaa~h… Itu dia Desa [Pasgat] Tuan, Desa penghasil tanaman [Krufa] terbesar dikekaisaran atau di dunia Tuan dikenal dengan nama… gandum>


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close