Chapter 9 – Hutan Skyp
[3rd Person Point of
View]
“Jangan lari kau !”
“Berhenti !”
Sekitar 400 meter sebelah Barat sebelum memasuki daerah hutan [Skyp], tepatnya didaerah perbatasan
antara [Kekaisaran Mangaka Sinanoide]
dan [Kerajaan Lotoregna], sekitar 30
pria dewasa berpakaian kaos berwarna putih lusuh serta celana kain berwarna
hitam dimana 3 di antaranya memakai pakaian seperti rompi namun terbuat dari
kulit hewan yang terlihat seperti beruang, sedang memberikan perintah dari
barisan depan kepada 27 orang lainnya. Saat ini mereka sedang mengejar seorang
gadis berpakaian coklat lusuh dengan rantai yang telah terpotong disekitar
pergelangan kakinya.
“ha~…ha~…ha~…”
[Suara seseorang sedang berlari
dengan rantai terpotong dikakinya selagi menabrak ranting dan menginjak
dedaunan kering yang dilewatinya]
“Kalian Berdua jangan Banyak Bicara, cepat Kejar !”
“”Si-Siap Bos!!!””
Salah seorang yang mengenakan rompi yang terbuat dari kulit hewan yang
terlihat seperti beruang dengan bandana berwarna hitam dikepalanya memberikan
perintah kepada kedua orang lainnya yang mengenakan rompi. Dilihat dari sisi
manapun seseorang pasti mengetahui bahwa ialah pemimpin dari seluruh pria
dewasa tersebut. Laki-laki berbadan kekar dimana baju yang dikenakannya terlihat
kecil saat dipakainya karena otot-ototnya yang besar.
“Hoi…! Eric ! Reosen ! kalian berdua bawa orang-orang kalian memasuki
hutan melewati sisi kiri dan kanan !”
“”Si-Siap Bos !“”
Setelah memberikan perintah kepada bawahannya yang mengenakan rompi, pria
dewasa yang mengejar seorang gadis tersebut terbagi dalam 3 regu berisi 10
orang dalam setiap regunya. Sepertinya pria yang mengenakan Bandana dengan
huruf “E” ditengahnya adalah Eric, dan orang yang mengenakan bandana berwarna
coklat adalah Reosen. Regu yang dipimpin oleh Eric memasuki hutan melewati sisi
kiri dan regu yang dipimpin oleh Reosen melewati sisi kanan hutan.
“Tangkap wanita itu sebelum ia berhasil melewati hutan ! Terlukapun tidak
masalah ! kita hanya perlu menyembuhkannya dengan [Healing Magic] !”
Setelah memberikan perintah kepada pasukannya, Reosen pun menghilang
memasuki wilayah hutan melewati sisi kanan. Tidak lama berselang setelahnya,
Eric pun memasuki wilayah hutan melewati sisi kiri dan disusul oleh bos mereka
yang memasuki hutan melewati bagian tengah.
“jangan harap kau bisa kabur begitu saja gadis kecil !”
Selagi tersenyum lebar dengan tatapan layaknya seorang serigala yang
sedang mengincar mangsanya, orang yang dipanggil bos oleh para pria dewasa itu
pun akhirnya menghilang kedalam hutan [Skyp].
***
Disisi lain sang gadis yang menjadi incaran para pria dewasa itu telah
jauh memasuki hutan dengan pakaian yang sudah compang-camping. walaupun disebut
seorang gadis, ia hanyalah seorang anak kecil berumur kurang dari 15 tahun jika
dilihat dari penampilannya.
Tinggal sedikit lagi ! *napas berat* setelah
melewati hutan ini… *napas Berat* aku akan tiba di wilayah negara netral…
Menanamkan pikiran seperti itu didalam benaknya, gadis itu pun terus
berlari menyusuri wilayah hutan berharap menemukan akhir dari hutan [Skyp]. Berlari… berlari… tanpa tahu
akhir dari usahanya tersebut. Kantung hitam dibawah matanya menjadi tanda dari
kewaspadaannya selama beberapa hari terakhir. Napasnya yang semakin lama
menjadi semakin berat menandakan bahwa ia sudah mencapai batasnya.
“*napas berat*”
Gadis itu terus berlari tanpa menyadari bahwa kakinya telah terluka
akibat menginjak bebatuan dan terkena ranting pohon yang telah terjatuh. Kulitnya
yang terlihat mulus dan berwarna putih bagaikan salju kini terukir berbagai
macam luka goresan. Beberapa luka goresan lainnya dapat ditemukan disekitar
muka gadis kecil tersebut. Saat ini yang menguasai dirinya hanyalah secercah
harapan untuk dapat menuju wilayah netral dan rasa takut yang ia rasakan.
“*napas berat perlahan mengurang*”
Merasa lelah, gadis kecil itupun berhenti sejenak. Dilihatnya keadaan
sekitar secara perlahan agar tidak ditemukan oleh para regu pengejar. Kaki yang
semakin berat untuk ia gerakan membuat ia terdiam ditempatnya selama beberapa
saat. Setelah ia memastikan bahwa keadaan disekitarnya aman, ia pun terduduk
dan menyandarkan tubuhnya pada batang pohon yang tepat berada dibelakangnya.
Kakinya gemetar tidak karuan, telapak kaki kecil yang tadinya halus kini
telah dihiasi oleh warna biru menandakan luka memar. Bibir kecil imut miliknya
kering dan terlihat pucat.
“uuu…~”
Seraya menggerutu, tanpa ia sadari air mata mengalir membasuhi pipi
mungilnya itu. Entah pengalaman mengerikan seperti apa yang menimpanya saat ini
tapi… sedikit demi sedikit cahaya dalam pantulan matanya mulai memudar.
“*hik hik*”
Suara tangis yang ia keluarkan terdengar sangat kecil. Siapapun dapat
mengetahui bahwa ia saat ini sedang menahan suara tangisnya. Selagi bersandar
pada batang pohon, ditekuk lutut kakinya lalu ia membenamkan mukanya.
Pemandangan ini bagaikan melihat seorang anak kecil menangis karena dijauhi
oleh teman sepermainannya.
Beberapa menit telah berlalu selagi gadis kecil itu terdiam dalam posisinya.
Suara kicauan burung dalam hutan terdengar ceria mengabaikan perasaan si gadis
kecil. Namun karena hal itu juga ia merasa terselamatkan. Kicauan demi kicauan
ceria para burung yang dikenal dengan nama [Algatraz] atau dalam bahasa [Harya]
berarti burung penghibur. Kicauan dari burung ini mengandung sihir [Enviro] atau jenis sihir yang berasal
dari alam dalam jumlah kecil. Sifat dari jenis sihir ini adalah untuk menarik
memori bahagia ataupun mengganti mood seseorang
yang mendengarnya, namun karena hal ini juga air mata sendu sang gadis kecil
bertambah banyak seiring kicauan burung ini terdengar olehnya.
Hal yang ditarik dari memori bahagia miliknya saat ini adalah saat
pertama kali kedua orang tua dan laki-laki yang sepertinya adalah kakak dari sang
gadis kecil memujinya karena ia berhasil menguasai sihir [Enviro Rank 3 Intermediate I – Shrecht Enviro Pax (Lazy Nature Pace)]
pada saat ia berumur 5 tahun. Normalnya sihir ini adalah hal yang baru bisa
dikuasai oleh seseorang saat ia mencapai umur 15 tahun atau sudah melewati
pelatihan dalam sekolah sihir. Namun ia berhasil menguasai sihir ini saat baru
berumur 5 tahun. Baginya ini adalah satu-satunya kemampuan yang bisa ia
banggakan karena kakaknya sekalipun yang dijuluki seorang jenius tidak bisa menguasainya
karena faktor ketidakcocokkannya dengan sihir bertipe [Enviro].
“Oi ! bagaimana !? apa anak itu ada disebelah sana !?”
“Tidak ada Bos!”
“tch… kemana anak itu pergi !?”
“!!!”
Mendengar suara tersebut, gadis kecil itupun kembali kepada kenyataan
bahwa saat ini ia masih belum aman dari para pria dewasa yang mengejarnya.
***
“Hoi ! Eric ! Reosen ! apa kalian menemukannya !?”
“Maaf bos Rey belum”
“…”
“Eric ! disitu bagaimana ?"
“…”
Tidak mendapatkan balasan dari Eric, Rey, bos dari para lelaki dewasa,
sedikit curiga.
“Hoi ! Eric ! Cepat jawab !”
“…”
Setelah memanggilnya sekali lagi yang ia dapatkan hanyalah sebuah
keheningan dari regu Eric. Hal ini membuatnya yakin bahwa sesuatu telah terjadi
kepada regu Eric.
“Sial… anak itu…!”
Merasa geram, ia pun segera memberikan tanda kepada Reosen untuk
mengikutinya—
[Enviro – Schrin (Bind)]
Sebelum ia sadari, akar pohon tiba-tiba menjulur keluar dari tanah lalu
mengikat kaki seluruh pasukan regu Rey. Akar berwarna coklat sebesar bola
basket mengikat atau lebih tepatnya menjulur lalu melingkari kaki para pasukan
dan secara paksa mengangkat tubuh seluruh pasukan—
“cih ! KAU PIKIR BISA MENIPU KAMI DENGAN SIHIR TINGKAT INI HAH !?”
Sebelum akar yang melingkari kakinya, Rey dengan sigap memotong akar
pohon tersebut dengan pedangnya. Pedang yang dibungkus oleh cahaya berwarna
merah itu tidak diragukan lagi adalah sebuah [Magic Sword – Phyro Elemental] atau singkatnya adalah pedang sihir
bertipe api yang juga merupakan kelemahan dari sihir bertipe [Enviro]
“!!!”
Gadis kecil yang menyadari hal itu terus mengalirkan [Mana] kepada sihirnya selagi mengukur
jarak dan saat yang tepat agar ia bisa melarikan diri. Dengan mengalirkan [Mana] kepada sihir yang ia keluarkan,
ia dapat membuat sihirnya lebih kuat dan dapat bertahan lebih lama, dengan kata
lain—
“[Mana Link], kah ? cih ! dia
benar-benar meremehkan kami, Hah!!!”
Sekali lagi Rey menebas akar-akar yang terus menjulur dari permukaan
tanah. Sihir yang digunakan oleh gadis kecil itu bukanlah tipe sihir yang
membahayakan nyawa melainkan hanya untuk mengulur waktu dan menahan gerakan
musuh saja.
“ah ! ketemu kau !”
“!!!”
Menyadari kesalahannya, gadis kecil itu segera meninggalkan tempat ia
bersembunyi beberapa saat yang lalu menuju kea rah perbatasan. Jika ditanya apa
kesalahannya yaitu adalah dengan menggunakan [Mana Link] itu sendiri, karena dengan menggunakan sihir tersebut
sama saja ia memberitahukan lokasi dimana ia berada karena jika diperhatikan
akan ada sepercik kilatan cahaya atau [Spirit]
yang akan mengalir ketempat sihir itu dikeluarkan dengan kata lain jika kita
mengikuti arah dari percikan itu keluar kita dapat menemukan lokasi dari sang
pengguna sihir.
Berlari… berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat ia berada saat ini…
berlari sejauh mungkin yang ia bisa… tanpa tahu akhir dari lautan pohon tempat
ia berada saat ini… satu-satunya hal yang dapat ia pikirkan saat ini hanyalah…
Sedikit lagi… sedikit lagi
perbatasan…
Secercah kecil harapan ia pertaruhkan kepada sisa-sisa tenaganya. Kakinya
yang sudah tidak dapat ia rasakan mulai bergetar tidak karuan. Pandangannya
semakin buram.
Jangan bilang gara-gara terlalu
banyak mengeluarkan [Mana] ? tolong…
sedikit lagi…
Hanya itulah harapannya saat ini—
“apa itu kah yang kau pikirkan saat ini, HA!?”
“!!!”
Sebelum ia menyadarinya, seorang pria dewasa dengan bandana coklat muncul
dari balik pohon yang berada didepannya. Pria dewasa yang mengatakan seluruh
isi pikirannya beberapa saat yang lalu itu dengan segera menendang keras perut
gadis kecil tersebut hingga ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Biarpun
dibilang memuntahkan, apa yang dikeluarkan gadis kecil itu hanyalah air dan
sedikit darah bercampur dengannya.
“seorang ras rendahan seperti [Svregna]
tidak perlu banyak tingkah !”
“! *memuntahkan isi perutnya dan terkejut*”
Mendengarkan perkataan tersebut membuat matanya terbelalak karena kaget.
Melupakan rasa sakit yang ia alami, walaupun ini bukan pertama kalinya ia
mendengar hal seperti ini tapi entah kenapa ia merasakan sakit di dadanya saat
ini. Rasa sakit yang ia alami karena seseorang menghina rasnya… menghina orang
tua yang telah melahirkannya… dan juga menghina… dirinya sendiri…
Air mata mengalir membasahi pipinya yang mungil… suara isakan tangisnya…
mulai mengencang secara perlahan-lahan… namun, dibandingkan dengan hal itu,
rasa sakit didadanya berkali-kali lebih menyakitkan baginya.
“*uhuk Uhuk*”
“Oh ya ! untuk apa ras rendahan menangis dan merasakan sakit, HA!?”
[suara keras seseorang menendang
orang dengan sepatu boots]
“uuu— *uhuk uhuk* *Suara anak kecil memuntahkan sesuatu*”
Dipegangi perutnya yang kecil, gadis kecil itu kini merasakan rasa sakit
yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tendangan pertama, Reohen, pria dewasa
dengan bandana coklat beberapa saat yang lalu itu tepat mengenai perutnya dan
kini mengenai dadanya telak.
Gadis kecil tersebut mulai merasakan sesak didadanya. Paru-parunya sulit
untuk bernapas. Dan kini kesadarannya pun mulai menghilang… satu-satunya
harapan kini telah sirna—
“HOME RUN !”
Bersamaan dengan teriakan serta pemandangan dimana pria dewasa yang
memukul dan menghinanya beberapa saat lalu terpental dengan sangat kencang
hingga merobohkan setiap pohon yang ia lewati, ia pun memejamkan matanya…