Sunday, August 28, 2016

[Nusantara] Chapter 9 - Hutan Skyp

Chapter 9 – Hutan Skyp






[3rd Person Point of View]


“Jangan lari kau !”


“Berhenti !”


Sekitar 400 meter sebelah Barat sebelum memasuki daerah hutan [Skyp], tepatnya didaerah perbatasan antara [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] dan [Kerajaan Lotoregna], sekitar 30 pria dewasa berpakaian kaos berwarna putih lusuh serta celana kain berwarna hitam dimana 3 di antaranya memakai pakaian seperti rompi namun terbuat dari kulit hewan yang terlihat seperti beruang, sedang memberikan perintah dari barisan depan kepada 27 orang lainnya. Saat ini mereka sedang mengejar seorang gadis berpakaian coklat lusuh dengan rantai yang telah terpotong disekitar pergelangan kakinya.

“ha~…ha~…ha~…”


[Suara seseorang sedang berlari dengan rantai terpotong dikakinya selagi menabrak ranting dan menginjak dedaunan kering yang dilewatinya]


“Kalian Berdua jangan Banyak Bicara, cepat Kejar !”


“”Si-Siap Bos!!!””


Salah seorang yang mengenakan rompi yang terbuat dari kulit hewan yang terlihat seperti beruang dengan bandana berwarna hitam dikepalanya memberikan perintah kepada kedua orang lainnya yang mengenakan rompi. Dilihat dari sisi manapun seseorang pasti mengetahui bahwa ialah pemimpin dari seluruh pria dewasa tersebut. Laki-laki berbadan kekar dimana baju yang dikenakannya terlihat kecil saat dipakainya karena otot-ototnya yang besar.


“Hoi…! Eric ! Reosen ! kalian berdua bawa orang-orang kalian memasuki hutan melewati sisi kiri dan kanan !”


“”Si-Siap Bos !“”


Setelah memberikan perintah kepada bawahannya yang mengenakan rompi, pria dewasa yang mengejar seorang gadis tersebut terbagi dalam 3 regu berisi 10 orang dalam setiap regunya. Sepertinya pria yang mengenakan Bandana dengan huruf “E” ditengahnya adalah Eric, dan orang yang mengenakan bandana berwarna coklat adalah Reosen. Regu yang dipimpin oleh Eric memasuki hutan melewati sisi kiri dan regu yang dipimpin oleh Reosen melewati sisi kanan hutan.


“Tangkap wanita itu sebelum ia berhasil melewati hutan ! Terlukapun tidak masalah ! kita hanya perlu menyembuhkannya dengan [Healing Magic] !”


Setelah memberikan perintah kepada pasukannya, Reosen pun menghilang memasuki wilayah hutan melewati sisi kanan. Tidak lama berselang setelahnya, Eric pun memasuki wilayah hutan melewati sisi kiri dan disusul oleh bos mereka yang memasuki hutan melewati bagian tengah.


“jangan harap kau bisa kabur begitu saja gadis kecil !”


Selagi tersenyum lebar dengan tatapan layaknya seorang serigala yang sedang mengincar mangsanya, orang yang dipanggil bos oleh para pria dewasa itu pun akhirnya menghilang kedalam hutan [Skyp].

***

Disisi lain sang gadis yang menjadi incaran para pria dewasa itu telah jauh memasuki hutan dengan pakaian yang sudah compang-camping. walaupun disebut seorang gadis, ia hanyalah seorang anak kecil berumur kurang dari 15 tahun jika dilihat dari penampilannya.


Tinggal sedikit lagi ! *napas berat* setelah melewati hutan ini… *napas Berat* aku akan tiba di wilayah negara netral…


Menanamkan pikiran seperti itu didalam benaknya, gadis itu pun terus berlari menyusuri wilayah hutan berharap menemukan akhir dari hutan [Skyp]. Berlari… berlari… tanpa tahu akhir dari usahanya tersebut. Kantung hitam dibawah matanya menjadi tanda dari kewaspadaannya selama beberapa hari terakhir. Napasnya yang semakin lama menjadi semakin berat menandakan bahwa ia sudah mencapai batasnya.


“*napas berat*”


Gadis itu terus berlari tanpa menyadari bahwa kakinya telah terluka akibat menginjak bebatuan dan terkena ranting pohon yang telah terjatuh. Kulitnya yang terlihat mulus dan berwarna putih bagaikan salju kini terukir berbagai macam luka goresan. Beberapa luka goresan lainnya dapat ditemukan disekitar muka gadis kecil tersebut. Saat ini yang menguasai dirinya hanyalah secercah harapan untuk dapat menuju wilayah netral dan rasa takut yang ia rasakan.


“*napas berat perlahan mengurang*”


Merasa lelah, gadis kecil itupun berhenti sejenak. Dilihatnya keadaan sekitar secara perlahan agar tidak ditemukan oleh para regu pengejar. Kaki yang semakin berat untuk ia gerakan membuat ia terdiam ditempatnya selama beberapa saat. Setelah ia memastikan bahwa keadaan disekitarnya aman, ia pun terduduk dan menyandarkan tubuhnya pada batang pohon yang tepat berada dibelakangnya.


Kakinya gemetar tidak karuan, telapak kaki kecil yang tadinya halus kini telah dihiasi oleh warna biru menandakan luka memar. Bibir kecil imut miliknya kering dan terlihat pucat.


“uuu…~”


Seraya menggerutu, tanpa ia sadari air mata mengalir membasuhi pipi mungilnya itu. Entah pengalaman mengerikan seperti apa yang menimpanya saat ini tapi… sedikit demi sedikit cahaya dalam pantulan matanya mulai memudar.


“*hik hik*”


Suara tangis yang ia keluarkan terdengar sangat kecil. Siapapun dapat mengetahui bahwa ia saat ini sedang menahan suara tangisnya. Selagi bersandar pada batang pohon, ditekuk lutut kakinya lalu ia membenamkan mukanya. Pemandangan ini bagaikan melihat seorang anak kecil menangis karena dijauhi oleh teman sepermainannya.


Beberapa menit telah berlalu selagi gadis kecil itu terdiam dalam posisinya. Suara kicauan burung dalam hutan terdengar ceria mengabaikan perasaan si gadis kecil. Namun karena hal itu juga ia merasa terselamatkan. Kicauan demi kicauan ceria para burung yang dikenal dengan nama [Algatraz] atau dalam bahasa [Harya] berarti burung penghibur. Kicauan dari burung ini mengandung sihir [Enviro] atau jenis sihir yang berasal dari alam dalam jumlah kecil. Sifat dari jenis sihir ini adalah untuk menarik memori bahagia ataupun mengganti mood seseorang yang mendengarnya, namun karena hal ini juga air mata sendu sang gadis kecil bertambah banyak seiring kicauan burung ini terdengar olehnya.


Hal yang ditarik dari memori bahagia miliknya saat ini adalah saat pertama kali kedua orang tua dan laki-laki yang sepertinya adalah kakak dari sang gadis kecil memujinya karena ia berhasil menguasai sihir [Enviro Rank 3 Intermediate I – Shrecht Enviro Pax (Lazy Nature Pace)] pada saat ia berumur 5 tahun. Normalnya sihir ini adalah hal yang baru bisa dikuasai oleh seseorang saat ia mencapai umur 15 tahun atau sudah melewati pelatihan dalam sekolah sihir. Namun ia berhasil menguasai sihir ini saat baru berumur 5 tahun. Baginya ini adalah satu-satunya kemampuan yang bisa ia banggakan karena kakaknya sekalipun yang dijuluki seorang jenius tidak bisa menguasainya karena faktor ketidakcocokkannya dengan sihir bertipe [Enviro].


“Oi ! bagaimana !? apa anak itu ada disebelah sana !?”


“Tidak ada Bos!”


“tch… kemana anak itu pergi !?”


“!!!”


Mendengar suara tersebut, gadis kecil itupun kembali kepada kenyataan bahwa saat ini ia masih belum aman dari para pria dewasa yang mengejarnya.

***

“Hoi ! Eric ! Reosen ! apa kalian menemukannya !?”


“Maaf bos Rey belum”


“…”


“Eric ! disitu bagaimana ?"


“…”


Tidak mendapatkan balasan dari Eric, Rey, bos dari para lelaki dewasa, sedikit curiga.


“Hoi ! Eric ! Cepat jawab !”


“…”


Setelah memanggilnya sekali lagi yang ia dapatkan hanyalah sebuah keheningan dari regu Eric. Hal ini membuatnya yakin bahwa sesuatu telah terjadi kepada regu Eric.


“Sial… anak itu…!”


Merasa geram, ia pun segera memberikan tanda kepada Reosen untuk mengikutinya—


[Enviro – Schrin (Bind)]


Sebelum ia sadari, akar pohon tiba-tiba menjulur keluar dari tanah lalu mengikat kaki seluruh pasukan regu Rey. Akar berwarna coklat sebesar bola basket mengikat atau lebih tepatnya menjulur lalu melingkari kaki para pasukan dan secara paksa mengangkat tubuh seluruh pasukan—


“cih ! KAU PIKIR BISA MENIPU KAMI DENGAN SIHIR TINGKAT INI HAH !?”


Sebelum akar yang melingkari kakinya, Rey dengan sigap memotong akar pohon tersebut dengan pedangnya. Pedang yang dibungkus oleh cahaya berwarna merah itu tidak diragukan lagi adalah sebuah [Magic Sword – Phyro Elemental] atau singkatnya adalah pedang sihir bertipe api yang juga merupakan kelemahan dari sihir bertipe [Enviro]


“!!!”


Gadis kecil yang menyadari hal itu terus mengalirkan [Mana] kepada sihirnya selagi mengukur jarak dan saat yang tepat agar ia bisa melarikan diri. Dengan mengalirkan [Mana] kepada sihir yang ia keluarkan, ia dapat membuat sihirnya lebih kuat dan dapat bertahan lebih lama, dengan kata lain—


“[Mana Link], kah ? cih ! dia benar-benar meremehkan kami, Hah!!!”


Sekali lagi Rey menebas akar-akar yang terus menjulur dari permukaan tanah. Sihir yang digunakan oleh gadis kecil itu bukanlah tipe sihir yang membahayakan nyawa melainkan hanya untuk mengulur waktu dan menahan gerakan musuh saja.


“ah ! ketemu kau !”


“!!!”


Menyadari kesalahannya, gadis kecil itu segera meninggalkan tempat ia bersembunyi beberapa saat yang lalu menuju kea rah perbatasan. Jika ditanya apa kesalahannya yaitu adalah dengan menggunakan [Mana Link] itu sendiri, karena dengan menggunakan sihir tersebut sama saja ia memberitahukan lokasi dimana ia berada karena jika diperhatikan akan ada sepercik kilatan cahaya atau [Spirit] yang akan mengalir ketempat sihir itu dikeluarkan dengan kata lain jika kita mengikuti arah dari percikan itu keluar kita dapat menemukan lokasi dari sang pengguna sihir.


Berlari… berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat ia berada saat ini… berlari sejauh mungkin yang ia bisa… tanpa tahu akhir dari lautan pohon tempat ia berada saat ini… satu-satunya hal yang dapat ia pikirkan saat ini hanyalah…


Sedikit lagi… sedikit lagi perbatasan…


Secercah kecil harapan ia pertaruhkan kepada sisa-sisa tenaganya. Kakinya yang sudah tidak dapat ia rasakan mulai bergetar tidak karuan. Pandangannya semakin buram.


Jangan bilang gara-gara terlalu banyak mengeluarkan [Mana] ? tolong… sedikit lagi…


Hanya itulah harapannya saat ini—


“apa itu kah yang kau pikirkan saat ini, HA!?”


“!!!”


Sebelum ia menyadarinya, seorang pria dewasa dengan bandana coklat muncul dari balik pohon yang berada didepannya. Pria dewasa yang mengatakan seluruh isi pikirannya beberapa saat yang lalu itu dengan segera menendang keras perut gadis kecil tersebut hingga ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Biarpun dibilang memuntahkan, apa yang dikeluarkan gadis kecil itu hanyalah air dan sedikit darah bercampur dengannya.


“seorang ras rendahan seperti [Svregna] tidak perlu banyak tingkah !”


“! *memuntahkan isi perutnya dan terkejut*”


Mendengarkan perkataan tersebut membuat matanya terbelalak karena kaget. Melupakan rasa sakit yang ia alami, walaupun ini bukan pertama kalinya ia mendengar hal seperti ini tapi entah kenapa ia merasakan sakit di dadanya saat ini. Rasa sakit yang ia alami karena seseorang menghina rasnya… menghina orang tua yang telah melahirkannya… dan juga menghina… dirinya sendiri…


Air mata mengalir membasahi pipinya yang mungil… suara isakan tangisnya… mulai mengencang secara perlahan-lahan… namun, dibandingkan dengan hal itu, rasa sakit didadanya berkali-kali lebih menyakitkan baginya.


“*uhuk Uhuk*”


“Oh ya ! untuk apa ras rendahan menangis dan merasakan sakit, HA!?”


[suara keras seseorang menendang orang dengan sepatu boots]


“uuu— *uhuk uhuk* *Suara anak kecil memuntahkan sesuatu*”


Dipegangi perutnya yang kecil, gadis kecil itu kini merasakan rasa sakit yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Tendangan pertama, Reohen, pria dewasa dengan bandana coklat beberapa saat yang lalu itu tepat mengenai perutnya dan kini mengenai dadanya telak.


Gadis kecil tersebut mulai merasakan sesak didadanya. Paru-parunya sulit untuk bernapas. Dan kini kesadarannya pun mulai menghilang… satu-satunya harapan kini telah sirna—


HOME RUN !


Bersamaan dengan teriakan serta pemandangan dimana pria dewasa yang memukul dan menghinanya beberapa saat lalu terpental dengan sangat kencang hingga merobohkan setiap pohon yang ia lewati, ia pun memejamkan matanya…

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close