Chapter 8 – Seriusan Langkah Pertama
[3rd Person Point of
View]
“…”
<Tu-Tuan… ?>
“…”
<Jangan bilang Tuan… marah ?>
“…”
Dibawah langit biru yang sangat cerah ini, lantunan suara hewan yang
menyerupai jangkrik bersahutan satu sama lain. Dari sudut manapun orang
melihatnya, pemandangan yang bisa mendeskripsikan mereka saat ini hanyalah
sebuah gambaran dimana anak sekolah yang sedang menikmati liburan musim panas
mereka disebuah desa. Hanya saja… jika mereka benar-benar menikmatinya. Saat
ini seorang pria hanya terdiam selagi melempar tatapan dingin namun tajam
terhadap sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh sebuah buku berwarna biru
donker yang sedang melayang disamping dadanya.
Dua puluh lima menit telah berlalu sejak Rio, Nusa, dan “Itu”
meninggalkan wilayah pohon [Arg Gruf]…
setidaknya itulah nama wilayah yang disebutkan oleh Nusa beberapa saat sebelum
mereka berdua meninggalkan tempat tersebut… dan ucapan Nusalah yang membuat Rio
terus menatap tajam dan kesal hingga saat ini…
***
<Ah Benar Juga !............................................................
Tuan ! Sebenarnya kesalah pahaman yang terjadi disini adalah karena…>
“…”
Mendengar ucapan Nusa yang bahkan sama sekali tidak meyakinkan, Rio hanya
bisa terdiam mencurigai Nusa selagi menunggu kata selanjutnya dari Nusa—
< Pohon [Arg Gruf] yang dia
maksud bukanlah pohon yang ini, Tuan !>
“…”
Suara air sungai yang mengalir dan saling bersimfoni dengan tarian daun
yang saling bersentuhan satu sama lain mengisi keheningan yang terjadi diantara
mereka berdua…
“Kalo itu sih gua juga tau !”
<eh ? Ba-bagaimana bisa…?>
“Oi ! Oi ! yang ngasih tau gua skill [Furia’s Knowledge] kan lu !”
<Ah !>
“jangan bilang lu… lupa ?”
<Tidak Tuan Saya Tidak Lupa
serius Tuan saya Tidak Lupa Mana Mungkin Saya bisa Lupa Tidak ada sejarahnya
saya bisa Lupa tentang hal seperti itu serius Tuan saya tidak Lupa Tuan !>
Ini
makhluk satu… bilangnya gak “lupa” tapi ngulang kata “lupa” sampe 5 kali…
jelas-jelas ini makhluk Lupa…
Berusaha sekuat tenaga meyakinkan Rio, Nusa dengan paniknya menolak fakta
bahwa ia benar-benar melupakan hal tersebut. Disisi lain, Rio yang sudah
menyadari tingkah laku Nusa melemparkan tatapan kecurigaan kepada Nusa…
“Nah… biar gua kasih tau ke lu sekalian ya… tiap kali lu ngomong pake
bahasa yang lu sebut bahasa [Furia],
saat itu juga kaya ada jendela kaca warna biru transparan muncul didepan gua…”
<…>
Rio mengabaikan Nusa yang sepertinya mengeluarkan sebuah cairan layaknya
keringat… namun dilihat dari sudut manapun Nusa adalah sebuah buku. Oleh karena
itu Rio lebih memilih mengabaikannya dan melanjutkan ucapannya…
“…dan lu tau apa yang ada di jendela biru transparan itu Ha!?”
<…>
“disitu ada deskripsi tentang pohon [Arg
Gruf] beserta letak dan gambar pohon tersebut… lu pikir lu bisa ngebohongin
gua Ha!?”
<It-it-itu…>
Nusa yang panik dan juga mulai kehabisan kata-kata akhirnya menyerah dan
memberitahu alasan dibalik sikapnya itu.
Setelah itu Nusa memberitahu kepada Rio bahwa pohon didepannya itu memang
bukanlah pohon [Arg Gruf] yang
sebenarnya. Melainkan pohon yang menjadi tempat penampungan [Mana] yang sebelumnya dimiliki oleh Nusa
dan Rio… lebih tepatnya adalah wadah yang Nusa jadikan tempat penampungan [Mana] Rio yang menyebar akibat ia
hilang kesadaran selama menggunakan kemampuan [Teleport]. Kemampuan itu sendiri adalah salah satu kemampuan
tingkat atas dan bahkan dalam menggunakannya Rio kehilangan setengah dari total
[Mana] yang ia serap dari ke-11
makhluk suci panggilan selama ia terjebak ditengah medan perang saat pertama
kali tiba ditempat ini.
“Jadi… karena lu pikir bisa bahaya kalo itu [Mana] lepas kendali, pohon ini akhirnya lu jadiin buat wadah, gitu
?”
<I-Iya Tuan…>
“Tch…”
“Lain kali bilang dulu kenapa.” Setidaknya itulah yang ingin Rio katakan
namun karena menurutnya ini juga separuh dari kesalahannya ia tidak bisa
menyalahkan Nusa karena hal tersebut. Terlebih lagi, hal yang menyebabkan Rio
terdiam dan hanya bisa menatap tajam Nusa hingga saat ini adalah karena ia
merasa malu untuk mengakuinya dan juga karena separuh dari hati kecilnya
mengatakan bahwa ia tidak ingin kalah dari buku yang ia sebut dengan “Sialan”
itu. Oleh karena itu, akhirnya Rio memutuskan untuk tetap membawa “Itu”
bersamanya karena permintaan Nusa dan juga harga dirinya.
***
<Tu-Tuan ?>
“…”
<Tu-Tuan->
“Ha!?”
Merasa kesal karena Nusa terus memanggil Rio sejak dua puluh lima menit
yang lalu, untuk pertama kalinya Rio membalas ucapan Nusa walaupun itu hanya
sebatas “Ha!?”. Tidak hanya itu, Rio juga tidak lupa melemparkan tatapan tajam
kearah Nusa beserta raut muka kesal kepadanya. Nusa yang merasakan hal tersebut
hanya bisa terdiam seolah-olah ia merasa ada sebilah pisau yang siap untuk melubanginya.
Rio mengambil napas dalam-dalam dan akhirnya membuka suaranya…
“Oi ! jadi abis ini gua harus lewat mana supaya bisa ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] ?”
<a-ah… Tuan cukup ikuti jalan
ini saja terus, Nanti Tuan akan tiba ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] kurang
lebih sekitar 2 hari lagi dari sini, jika kita bisa sampai didesa [Pasgat]
malam ini… tidak sore ini, kita bisa menumpang bersama karavan ataupun pedagang
yang akan pergi menuju ke sana Tuan>
“2 hari !? serius lu ?”
<saya serius Tuan, kalau soal
makanan Tuan tenang saja, selama perjalanan kita akan banyak menemukan pohon
buah yang bisa Tuan makan>
“Haaaa~ gua kira gua ga akan makan sampe di kekaisaran”
<oh iya satu lagi Tuan, saat
tiba di kekaisaran Tuan tetap harus mencari pekerjaan untuk makan>
“Eh ?”
<singkatnya Tuan saat ini sama
sekali tidak mempunyai uang untuk membeli makanan ataupun pakaian>
“Serius lu ? ._.” Mendengar ucapan Nusa, Rio hanya bisa terdiam. Mulanya
ia berpikir bahwa setidaknya saat ia mencapai kekaisaran ia akan mendapatkan
makan, minum, dan juga mempunyai tempat tinggal secara gratis namun faktanya…
ia harus mencari itu semua sendirian.
[Suara benda yang ditarik paksa]
“…”
<…>
Sebenarnya ini bukanlah pertama kalinya mereka berdua mendengar suara
itu. Suara yang saat ini mereka dengar telah berbunyi sekitar dua puluh menit
yang lalu. Namun mereka berdua memutuskan untuk mengabaikan suara tersebut dan
melanjutkan perjalanan menuju wilayah kekaisaran.
Saat ini Rio dan Nusa sudah memasuki wilayah hutan [Skyp]. Menurut jendela yang Rio namakan dengan [Pop Out Descript] atau [P.O.D], di hutan ini banyak terdapat
buah-buahan yang dapat ia makan dan dapat ia jual dengan harga 5 [Sentinel]. [Sentinel] sendiri merupakan mata uang resmi yang dipakai oleh
orang-orang di kekaisaran ini. Oleh karena itu Rio berencana untuk mengumpulkan
buah-buahan yang akan ia temukan dihutan ini.
“oh iya ! sebelum gua lupa…”
<…>
“…Kalo gua udah sampe disana gimana caranya gua bisa tau kalo ada sejarah
yang harus gua ubah ?”
<ah ! kalau soal itu… Tuan
tinggal menggenggam saya lalu katakan [Hist Log] setelah itu katakan [B.A] dan Tuan
akan dapat melihat sejarah yang akan terjadi dalam waktu dekat…>
“[B.A]…? apaan tuh ?”
<[B.A] atau [Bi Ei] adalah
singkatan dari [Before Action], dalam [Menu] ini Tuan dapat melihat sejarah yang
akan terjadi dalam kurun waktu satu bulan kedepan dan apa pengaruhnya dimasa
yang akan datang. Selain itu, jika Tuan ingin melihat sejarah yang sudah Tuan
coba untuk ubah, Tuan tinggal katakan [A.A] atau [Ei Square] yang merupakan
singkatan dari [After Action] Namun—>
“—dalam [Menu] ini gua ga bisa
liat efek yang akan terjadi dimasa depan, iya kan ?”
<Benar… karena setelah Tuan
melakukan suatu tindakan untuk merubah sejarah, sekecil apapun riak yang Tuan
ciptakan, sejarah itu akan berubah kearah yang sangat tidak terduga>
Uwaaaa~
gua gak ngira bisa denger kata-kata mutiara dari ini buku sialan satu…
Biarpun itu hal yang ia pikirkan, Rio tidak mengucapkannya secara
langsung karena baginya jika ia mengganggu penjelasan dari Nusa saat ini, ia
merasa akan melupakan hal yang ingin ia tanyakan nantinya. Selain itu ia juga
yakin bahwa arah topik pembicaraan akan berubah kearah yang tidak karuan jika
ia mengganggunya saat ini.
<Selain itu, Jika Tuan memiliki
seseorang yang Tuan anggap sebagai Teman ataupun seseorang yang berharga bagi
Tuan dimasa ini… entah Tuan menyadarinya atau tidak, masa depan orang tersebut
akan terdaftar secara otomatis dan dapat Tuan lihat melalui [F.L] atau [Friend’s
Log] setelah mengatakan itu selanjutnya Tuan tinggal sebutkan nama orang
tersebut dan tentu saja masa depan yang bisa Tuan lihat hanya sebatas dalam
kurun waktu satu bulan ke depan>
“…”
“Teman…kah ?” Rio tidak bisa berkata-kata mendengar kata tersebut.
Baginya mendapatkan seorang teman itu lebih sulit dibandingkan mendapatkan
seribu kenalan.
<Terlebih lagi dalam setiap
[Menu] yang Saya miliki, jika ada suatu peringatan menandakan adanya sebuah
keadaan mendesak ataupun berbahaya akan ada pengumuman tertentu yang muncul
dihadapan Tuan sama seperti saat pertama kali Saya berbicara dengan Tuan…>
“hmmm~ Peringatan,kah ? [Menu] lu banyak gunanya juga ya…”
<…tapi pengumuman itu sendiri
hanya akan muncul jika Tuan tidak melihat [Hist Log] ataupun [Friend’s Log]
hingga satu minggu sebelum sejarah tersebut terjadi, jadi Tuan tenang saja…
selama Tuan rajin membaca detail tentang keadaan yang akan terjadi baik itu
penyebabnya, efek setelahnya, maupun kronologi dari kejadian tersebut, saya
yakin… kali ini kita pasti akan berhasil>
“Percaya diri amat lu ? maaa~ kalo gitu sih tenang aja… malah harusnya lu
itu bersyukur yang lu bawa itu gua…”
<Bersyukur ? kepada Tuan ?>
“iyalah… soalnya gua itu ganteng”
[Suara hewan menyerupai jangkrik
dan dedaunan yang saling bersentuhan satu sama lain]
Seketika Rio selesai mengatakan itu, suasana disekitar mereka berdua
hening seketika. Hanya suara hewan yang menyerupai jangkrik yang terdengar
beserta suara dari ranting pohon yang saling bersentuhan satu sama lain.
Dedaunan kering terhempas oleh angin melewati jalan kecil yang tercipta
diantara Rio dan Nusa yang melayang disebelahnya.
<Ternyata benar Tuan ini Bodoh
ya…>
“Anjrit ! ngomong sekali lagi gua bakar lu seriusan gua ga bohong !”
<ah ! Tuan… Itu !>
“hmmm………………………………………………. Itu kan !?”
Tanpa mereka sadari… setelah berjalan hampir sekitar Sembilan puluh lima
menit didalam hutan, akhirnya mereka berhasil keluar dari hutan [Skyp] dan tiba disebuah padang rumput
yang sangat hijau dimana sejauh mata memandang yang ia lihat adalah sebuah
pemandangan yang benar-benar bisa dibilang sebuah kesuksesan dari program “Green Revolution” atau Revolusi Hijau—
“Oi ! itu kan !?”
<aaa~h… Itu dia Desa [Pasgat]
Tuan, Desa penghasil tanaman [Krufa] terbesar dikekaisaran atau di dunia Tuan
dikenal dengan nama… gandum>
0 comments:
Post a Comment