Sunday, October 16, 2016

[Nusantara] Chapter 16 – Anak Perempuan

Chapter 16 – Anak Perempuan



[3rd Person Point of View]

            “Hyaaa~ lega rasanya”

            [Tu-tuan… sejujurnya saya sudah kehabisan kata-kata tapi…]

            “Hmm ?”

            [Tuan itu… kejam juga ya…]

“Hohou~ gua gitu… maaa~ sebenernya ini hanya untuk melepaskan stress saja sih, selain itu… gua yakin bandit-bandit yang gua hajar tadi masih pada hidup kok, jadi gak ada masalah, kan ?”

[Ha… haaa~]

[Justru disitu masalahnya tuan…], walaupun sebenarnya itulah yang ingin Nusa katakan, namun ia mengurungkan niatnya dan hanya memberikan jawaban setengah hati serta terkesan untuk segera mengakhiri percakapan. Disisi lain, Rio sendiri dengan bangganya mengucapkan hal tersebut.

“Oh ya ? apa mungkin… lu mulai berpikir ‘Kayaknya gua salah membawa ini orang’… begitu kah ?”

[Ti-tidak kok tuan…]

Melihat dari jawaban Nusa yang terdengar sedikit panik, ucapan Rio sepertinya tepat pada sasaran namun ia memilih untuk membiarkannya.

Dilihat keadaan disekelilingnya sekali lagi. Hutan [Skyp] benar-benar berada pada kondisi yang sangat parah dan mungkin saja jika ia berada dinegara tempat ia dilahirkan, ia dapat dikenai sanksi yang cukup berat karena merusak hutan.

“Hmm ? Ah ! Itu dia !”

Dihadapan Rio, ia melihat arah panah yang sejak tadi menunjukkan jalan menuju tempat tasnya terlempar kini telah berubah menjadi berbentuk lingkaran dengan cahaya transparan berwarna biru yang menyembul kelangit setinggi 2 hingga 3 meter dengan diameter lingkaran sekitar 1 hingga 2 meter. Tentu saja cahaya dan lingkaran ini hanya Rio lah yang dapat melihatnya karena ia menggunakan kemampuan [Open Map – Direct Locator].

Didekati cahaya tersebut oleh Rio dan seketika ia mengambil shoulder bag miliknya, cahay tersebut menghilang dengan efek layaknya sebuah bintang-bintang yang menyembur keluar.

“Semakin dilihat, kemampuan ini semakin terlihat seperti sebuah game ya ?”

Biarpun Rio berpikiran seperti itu, tentu saja ia mengerti kalau apa yang ada dihadapannya saat ini dan apa yang ia rasakan adalah hal yang nyata dan bukanlah sebuah game. Rio sendiri bukanlah seorang yang naif dan menganggap sepele hal yang ia alami ini.

[Tuan…]

“Hmm ?”

[I-itu…]

Melihat kearah yang didekati oleh Nusa, Rio membuka matanya lebar karena bingung. Apa yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang anak perempuan dengan baju berwarna putih lusuh serta terdapat robekan dibeberapa bagian. Perempuan yang sepertinya berumur tidak kurang dari 13 tahun itu terlihat sangat kesakitan. Dikedua kakinya terdapat sebuah rantai dengan lebar sekitar 30 cm yang telah terpotong dengan tidak rapi. Dibadannya terdapat memar. Namun hal yang paling menyita perhatian Rio adalah…

“Telinga itu… kelinci ? Namun, bukankah terlalu lebar untuk sebuah kelinci ?”

Hmm ? Tunggu ! Tapi kalau diperhatikan lagi, dibalik rambut pirangnya itu… telinga ?! Terlebih lagi… sedikit runcing ?! Elf ? Tapi…

Melihat hal ini, Rio memasang ekspresi muka kebingungan. Disatu sisi perempuan itu memiliki telinga kelinci yang lebar sehingga membuat anak perempuan itu terlihat sangat imut. Namun, disisi lain, rambut berwarna kuning cerah bagaikan kulit lemon itu dan juga telinga runcing yang tersembunyi dibalik rambutnya memberikan kesan elegan dan juga cantik. Melihat hal ini Rio hanya bisa terpaku karenanya.

“Ugh !”

“Ah !”

[Tu-tuan…]

[Suara Benda ditancapkan Ketanah]

Melihat anak perempuan itu merintih kesakitan, Rio segera mendekatinya.

Layaknya seorang yang dapat dibilang cukup tidak berperasaan, Rio menancapkan kepala “Itu” ketanah layaknya sebuah benda… mungkin dimata Rio, ia telah sepenuhnya menganggap “Itu” sebagai sebuah senjata. Namun hal yang membuat Rio tidak habis pikir karenanya adalah karena… “Itu” memasang ekspresi senang dan bahagia setiap kali Rio mengayunkannya. Oleh karena itulah, Rio mulai berhenti memikirkannya sebagai sebuah “Makhluk hidup”.

“O-oi, Apa lu bisa denger suara gua ?!”

“Urgh !”

Tch ! Gawat, sejujurnya gua males berurusan dengan hal seperti ini, pasti repot nantinya. Tapi… kalau seandainya gua tinggalkan begitu saja, entah kenapa gua merasa seperti akan ada sesuatu yang benar-benar hilang dari tubuh gua…

Melihat keadaan ini, Rio menatap kearah Nusa. Bahkan sebelum Rio ingin mengatakan sesuatu, Nusa sudah memberikan jawabannya terlebih dahulu.

[Tenang saja tuan, saya tidak menggunakan seluruh [Mana] yang tuan miliki]

Mendengarkan jawaban dari Nusa, Rio mengangguk pelan. Namun entah mengapa ia merasa kesal tanpa sebab yang jelas. Mungkin hal ini karena ia merasa Nusa dapat dengan mudah menebak apa yang sedang ia pikirkan.

[Create]

Sesaat setelah Rio mengucapkan kemampuannya tersebut, ia segera memikirkan 5 buah kata yang akan merealisasikan kemampuan yang sedang ia ciptakan.

Sembuh… luka… sakit… hilang… istirahat…

Setelah ia selesai membayangkan dan memilih kelima kata tersebut untuk direalisasikan, dihadapannya munculah sebuah tulisan yang ia sendiri bahkan tidak tahu itu tulisan dari daerah apa. Namun anehnya, setiap kali tulisan ini muncul, mulutnya bergerak sendiri seolah-olah ia mengetahui apa yang dituliskan oleh tulisan tersebut…

Kruft (sembuh) à Frein (luka) à Haft (sakit) à Laft (hilang) à Grei (istirahat) = Kuft Fre Ha ! (Heavenly Heal)

“Urgh ! … haaa~… fuuu~…”

Tepat setelah Rio selesai menggunakan kemampuan [Create], sebuah cahaya berwarna kuning hangat menyeliputi tubuh anak perempuan tersebut. Rintihan kesakitan perlahan-lahan mulai menghilang dan napas anak perempuan tersebut mulai kembali stabil. Melihat anak perempuan yang sudah mulai tertidur lelap, Rio melihat luka memar yang terdapat dibeberapa bagian tubuhnya mulai menghilang. Luka gores dan juga luka akibat tebasan benda tajam mulai menutup dengan sangat cepat. Tidak kurang dari 3 menit, kulit anak perempuan yang dipenuhi oleh luka gores itu kini telah menjadi mulus kembali. Kalau diperhatikan lagi, kulit anak perempuan itu berwarna putih cerah dan terlihat sangat mulus.

“Hmm ? Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa dia bisa berada disini ya ?”

[Entahlah tuan, mungkin saja dia seorang budak yang melarikan diri ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide], tuan]

“Eh ? Emang aman kalau dia kabur kesana begitu saja ?”

[Selama anak perempuan ini kabur dalam perjalanan dan lolos dengan selamat, menurut peraturan kekaisaran tersebut, itu dihitung aman tuan… mungkin]

“Mungkin… kah ? Perasaan itu kerajaan bebas banget ya…”

Mendengar hal tersebut, Rio merasakan ketegangan yang ia alami beberapa saat lalu mengendur begitu saja dan ia mulai kembali rileks.

“Tapi sebenarnya… dia itu ras apa ? Sekilas sih terlihat seperti kelinci namun… jika diperhatikan, karakteristiknya lebih kearah [Elf]”

[[Svregna], tuan]

“[Svreg… na] ? Apa itu ? Gua belum pernah mendengar tentang ras seperti itu di setiap komik, novel, maupun cerita fantasi yang gua tahu… tapi sepertinya gua pernah mendengar nama itu… ah !”

Mengingat kalau ia pernah mendengar nama [Svregna], Rio menunjukkan muka layaknya mendapat sebuah pencerahan.

Kalau gak salah, pas pertama kali gua pakai [Open Map – Direct Locator] didaerah ini buat mencari shoulder bag gua tadi, buku sialan itu menyebutkan ras tersebut…

“Jadi… [Svregna] itu ras yang seperti apa ?”

[[Svregna] itu adalah ras—Tuan !]

“Ap—?!”

[Suara Tebasan Pedang yang Diayunkan Dengan Kencang]

“Tch ! Sial, berhasil menghindar, kah ?”

Sebelum Rio selesai mendengar penjelasan dari Nusa, dihadapannya saat ini Rio melihat seorang pria berbadan besar membawa sebuah pedang yang terbakar oleh api, [Magic Sword – Phyro Elemental] yang diayunkan tepat dihadapannya. Jika bukan karena peringatan dari Nusa, mungkin saat ini tubuh Rio telah kehilangan kepalanya. Menghindari tebasan pria tersebut selagi memegang anak perempuan dengan tangan kirinya, Rio melompat mundur dan segera mengambil “Itu” dan langsung bersiap-siap memasang kuda-kuda—

“Bocah sialan ! Jika kau ingin agar aku mengampuni nyawamu, tinggal kan anak itu dan segera pergi dari sini ! Tentu saja… akan kupastikan kau dapat keluar dari sini dengan selamat… mungkin Kuhahahahaha !”

“Serius lu ?!”

[Tuan !]


—Dan begitulah, Ronde terakhir antara Rio dan bandit berbadan besar didalam hutan [Skyp] ini dimulai.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close