Chapter 15 –
Defeat All The Bandit Underlings
[3rd Person
Point of View]
“…”
[…]
Hutan [Skyp],
sebuah hutan yang berada didaerah perbatasan antara [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] dan [Kerajaan Lotoregna]. Hutan ini juga dikenal sebagai surga yang menjadi
sebuah daerah netral diantara kedua belah pihak. Hutan ini sangat dikenal
karena kesuburan tanah dan juga komoditi buah yang sangat beragam. Dan dihutan
ini juga, kegaduhan yang terjadi beberapa saat lalu, kini menjadi sangat sunyi.
Tu-tu-tung-tunggu
tunggu tunggu tunggu tunggu ! I-i-ini kan ?! Eh… ta-tapi, eh ?! Kok bisa ?!
“*Glup*”
[…]
Keadaan
ini sunyi ini terjadi karena pemandangan yang terjadi sebelumnya. Pemandangan
dimana seorang bandit terlempar sangat jauh dan juga kedua bilah pisau yang ia
pegang hancur seketika oleh benda yang diayunkan oleh tangan kanan Rio. Namun,
bukan hal ini yang menjadi sumber masalah keadaan ini, melainkan benda yang Rio
peganglah yang menjadi masalah saat ini.
Diliriknya
buku yang selalu melayang disampingnya sejak beberapa saat yang lalu. walaupun
Rio tidak berbicara sepatah katapun, seakan mengetahui apa yang Rio pikirkan,
buku itu, Nusa menjawab tatapan Rio…
[Sa-saya juga tidak tahu tuan, sejujurnya
saya juga terkejut melihatnya]
Setidaknya
itulah yang diucapkan Nusa kepada Rio.
Tidak
hanya Rio, bahkan kedua bandit yang memegang panah dibelakangnya menunjukkan
tatapan penuh rasa kebingungan. Bahkan mata mereka berdua membentuk “O.O”
karena sangat tidak mengerti dengan apa yang mereka lihat. Selain itu, mulut
mereka berdua… tidak, bahkan mulut Rio pun menganga selagi melihat “Sesuatu”
yang berada ditangan kanannya.
Tu-tunggu
! Sabar ! Co-co-coba tenang ! Mu-mungkin saja i-ini… E-e-ex… ca-ca-calibur…
da-dari dunia ini, be-benar mungkin karena be-bentuknya yang berbeda, ti-tidak
ada yang dapat menemukannya… hmm… pa-pasti seperti itu… mungkin…
Selagi
Rio menganalisis “Sesuatu” yang ia pegang ditangan kanannya, keringat mengalir
dari sekujur tubuhnya. Kakinya gemetar. Dan ia hanya bisa tersenyum pahit
karenanya.
“Apa
mungkin… ini…”
[Walaupun
saya tidak tahu apa yang tuan coba pikirkan, mungkin jawabannya… bukan, tuan]
“…”
Ha…
haha… hahahahaha… be-benar juga… ka-kalo dipikirkan lagi, ti-ti-tidak mungkin
pedang legendaris mempunyai bentuk seperti ini, kan ? ha… hahahahaha…
Bahkan disaat Rio ingin memastikannya, Nusa langsung
menyangkalnya tanpa berpikir lama. Mendengar jawaban Nusa, Sekali lagi Rio
memperlihatkan senyuman pahitnya.
“Naaa~”
[Hmm ?]
“Bukankah yang bisa melakukan hal seperti ini… hanya [Magic Tools] saja, kan ?”
[Sejauh yang saya
tahu sih… begitu]
“…”
[…]
Sekali lagi mereka terdiam. Tidak sepatah katapun
terdengar selama beberapa menit. Situasi ini semakin lama semakin terlihat
statis. Namun, hanya seorang yang berhasil memecahkan situasi ini.
“Apa yang kalian lakukan ?! Cepat serang ! Ini kesempatan
emas kita !”
“Eh ?”
“A-ah, i-iya !”
Mendengar suara dari arah samping kirinya, Rio
mengalihkan pandangan kearah sumber suara tersebut. Disana ia melihat seorang
bandit yang sedang memegang sebilah pisau dengan muka benyut dan penuh memar
disekujur tubuhnya yang terekspos karena baju yang ia kenakan telah robek
dibeberapa bagian karena terhantam oleh serpihan batu yang Rio lakukan beberapa
saat lalu tengah memberikan perintah kepada kedua bandit pemanah yang sedang
berada didahan pohon. Melihat muka bandit tersebut, “Ah ! Itu kan…”,
seakan-akan ia baru mengingatnya, bandit tersebut tanpa membuang kesempatan
tersebut segera mengarahkan pisaunya kepada Rio—
[Suara Seseorang
Terlempar Jauh]
[Suara Pisau
terlempar lalu tertancap di batang pohon]
“Ah !”
—Namun, karena Rio lupa, ia mengayunkan “Itu” kearah
bandit tersebut. Dan hasilnya, bandit itu terlempar sangat jauh. Bahkan pisau
yang ia pegang dengan erat beberapa saat lalu terlempar sangat kencang dan
berhenti setelah menancap salah satu batang pohon yang berada didaerah hutan
ini.
Melihat hal ini, kedua bandit yang sudah bersiap untuk
melepaskan anak panah ditangan mereka terdiam dengan mulut membuka lebar
seakan-akan apa yang mereka lihat bukan mimpi karena…
Ternyata benar ! Si
Kakek ini bisa gua jadiin senjata !
Benar, apa yang saat ini Rio pegang dan ia gunakan
sebagai senjata adalah “Itu” atau seorang kakek yang ia bawa dari daerah pohon
yang terkena dampak dari kemampuan [Teleport]
yang ia gunakan, sehingga kakek tersebut mengira bahwa pohon itu adalah pohon [Arg Gruf].
Melihat raut muka Rio yang tersenyum licik dan terkesan…
tidak berperasaan, Nusa hanya bisa mengatakan.
[Apa tuan
baik-baik saja ?], namun tentu saja ia tidak mengatakannya secara jelas
kepada Rio dan memendam jauh perkataan tersebut kedalam pikirannya.
“Sepertinya ini
sudah bukan waktunya untuk termenung kebingungan karena hal kecil”
[…]
[Serius, ini bukan hal kecil tapi entah
kenapa… apa yang tuan tunjukkan oleh raut muka tuan saat ini terlihat sangat
kejam ?!], sekali lagi Nusa menyanggah perkataan Rio yang sudah terlihat
tidak mempedulikan “Itu” dan mulai menganggapnya sebagai senjatanya. Tapi seperti
sebelumnya, Nusa hanya menyimpan kalimat tersebut jauh-jauh didalam hatinya.
Walaupun banyak yang ingin ia sanggah, tapi memang benar seperti perkataan Rio,
saat ini bukanlah saat yang tepat untuk melakukannya.
Pandangan Rio saat
ini mulai terkunci kepada kedua bandit yang berada di atas dahan pohon.
Difokuskan tenaga Rio kepada kedua kakinya, dan dengan suara yang cukup kuat
untuk meretakkan permukaan tanah, ia segera berlari kearah bandit yang berada
sebelah kanannya. Jika diumpamakan, ia lebih terlihat sebagai penjahatnya
dibandingkan dengan bandit yang ia lawan.
“Haa !”
“Kyaa !”
[Suara Wanita Jatuh Dari Pohon Setinggi 2
Meter]
Disaat Rio
menendang batang pohon tersebut hingga hancur, ia mendengar suara teriakan
bandit wanita itu. Namun, tentu saja Rio mengabaikan teriakan wanita yang
terjatuh dengan muka menghadap ketanah itu dan langsung menuju kearah batang
pohon yang berada sedikit jauh diarah kanannya untuk menyerang bandit wanita
satu lagi.
Sama seperti
sebelumnya, bandit tersebut terjatuh karena kehilangan keseimbangannya setelah
Rio menghancurkan batang pohon tempat bandit itu berada. Namun jika ditanya apa
yang berbeda, hal itu adalah fakta bahwa bandit wanita itu tidak langsung
pingsan karena ia tidak terjatuh dengan muka menghadap ketanah.
Melihat Rio yang
menatapnya dengan sangat intens, wanita itu mulai gemetar ketakutan.
Keringatnya mulai mengalir sangat deras bahkan lebih deras dari sebelumnya.
Tubuhnya lemas karena telah dikuasai oleh rasa teror yang diperlihatkan oleh
Rio.
[Tuan, apa tuan
juga akan memukul wanita ini hingga pingsan ?]
“Ha ?! Apa yang lu bicarakan ?”
“Hii—!”
“Ha ?!”
Mendengar Rio menaikkan nada bicaranya, wanita
tersebut mengeluarkan suara aneh
sehingga membuat Rio menaikkan nadanya sekali lagi. Melihat Rio bertingkah
seperti itu, bandit itu mengunci mulutnya rapat-rapat dan memejamkan matanya.
“Bukannya sudah jelas—”
[—Tuan akan
membebaskannya, kan ?]
“—Gua bilang lu ngomong apa sih ? Mana mungkin gua
lepasin begitu saja ?!”
Mendengar hal ini, Nusa terdiam karena ia tidak dapat
berkata-kata mendengar jawaban Rio. Bandit wanita yang mendengar ucapan Rio,
hanya bisa terdiam selagi mulai mengeluarkan air matanya karena sangat
ketakutan dengan Rio.
[Maksud tuan ?]
“Maksud ? Walaupun
gua kurang mengerti apa yang mau lu bicarakan, tapi… maaf saja ya, gua itu
orang yang menghormati R.A Kartini yang sudah susah payah membawa persamaan
derajat kezaman gua sekarang…”
[Persamaan Derajat
?]
“Iya, persamaan derajat…”
Mendengar ucapan Rio, Nusa dan bandit wanita itu tidak
dapat berkata apa-apa dan hanya bisa memperlihatkan raut muka kebingungan.
Namun tentu saja bandit wanita yang jatuh terduduk dihadapan Rio hanya bisa
menangis histeris selagi menutupi mulutnya agar suaranya tidak terdengar oleh
Rio.
[Dengan kata lain
?]
“Dengan kata lain,
gua tidak akan membedakan laki-laki dan perempuan, kalo mereka sudah berniat
membunuh gua, gua juga harus memperlakukan mereka dengan hal yang sama, maaaa~
gimana bilangnya ya, gua ini orang yang suka keadilan sih…”
[Tuan, walaupun apa yang tuan katakan terasa
sangat benar bagi saya, namun entah kenapa disisi lain terasa sangat salah dan
menyeramkan saat tuan yang mengatakannya…]
Walaupun itu yang
Rio ucapkan, ia sama sekali tidak mempunyai niat untuk membunuh orang. Tapi apa
yang ia katakan, adalah prinsip hidupnya sehingga ia tidak dapat mengubah hal
tersebut seenaknya. Persamaan derajat tanpa adanya perbedaan dan juga rasa
keadilan yang berbeda dari pahlawan keadilan, dengan kata lain rasa keadilan
akan kesamaan tanpa perbedaan… setidaknya itulah yang Rio maksud.
“Hiii—!”
Mendengar ucapan
Rio, bandit wanita dihadapannya mengeluarkan jeritannya sekali lagi sebelum
kesadarannya menghilang dihadapan Rio.
Melihat hal ini,
Rio memutuskan untuk meninggalkan bandit tersebut dan kembali mengaktifkan
kemampuan [Open Map – Direct Location],
dengan kata lain kemampuan layaknya GPS
yang dapat memunculkan arah panah berwarna biru menuju ketempat tasnya berada.
Dikuatkan kakinya
sekali lagi, Rio segera berlari dengan sangat cepat menuju arah yang
ditunjukkan oleh arah panah berwarna biru. Tidak lupa, ditangan kanannya ia
tetap menggenggam kaki kiri dari “Itu” dan benar-benar menganggapnya sebagai
senjata.
[Tuan, itu !]
“Hmm ?”
Melihat kearah
yang ditunjukkan oleh Nusa dengan arah panah berwarna merah kecil dihadapan
Rio, ia melihat seorang pria yang menjadi pemimpin dari kelima bandit yang ia
lawan beberapa saat yang lalu. melihat hal ini, urat muncul dikeningnya
menandakan Rio sangat kesal karena perintahnya, ia harus menghabiskan banyak
waktu untuk melawan bandit tersebut.
Sudah lama gua pengen mencoba hal seperti ini…
Diarahkan “Itu”
kearah pemimpin bandit dengan bandana berwarna coklat dihadapannya. Lalu diayunkannya
“Itu” pelan dengan kepala berada di belakang kepala Rio, ia mengambil
ancang-ancang layaknya seorang pemukul clean
up dalam permainan baseball tanpa
berhenti sedikitpun. Dan dengan kecepatannya saat ini—
[Suara Orang
Dipukul Bagian Perutnya Dengan Sangat Keras]
“HOME RUN !”
—Dipukulnya badan
bandit yang menggunakan bandana berwarna coklat itu menggunakan “Itu” dengan
kedua tangannya selagi meneriakkan kata tersebut disaat badannya tetap melayang
diudara karena kecepatan berlarinya yang menggunakan seluruh tenaganya.
0 comments:
Post a Comment