Chapter 29 – Rio
Vs Kruzgar II
[1st
Person Point of View – Rey As Center Point]
“Hou~”
Bocah ini! Kuhahaha… kupikir dia
sudah mati hanya karena serangan lemah seperti itu.
Selagi
aku memperhatikan bocah dihadapanku, suara angin berhembus melewati sela-sela
pepohonan yang telah hancur terdengar halus.
Tidak
satupun dari kami berdua memalingkan pandangan kami. Mungkin terdengar aneh
tapi aku merasakan aura disekitar bocah sialan itu telah berubah. tubuhnya yang
gemetar beberapa saat yang lalu, kini telah berhenti… terlebih lagi, postur
berdirinya saat ini terlihat sangat tegak.
Tunggu! Tubuhnya… tidak terluka sama
sekali?! Ba-bagaimana bisa?
Diselang
kesunyian yang telah berlangsung beberapa detik ini, aku menyadari bahwa seluruh
tebasan ringanku tidak berdampak sedikitpun kepadanya. Lupakan masalah
meninggalkan luka atau tidak, baju yang ia kenakan saat ini bahkan tidak robek
sedikitpun.
Mungkinkah
ia menghindari seluruh seranganku? Sejujurnya akupun tidak memiliki kepastian akan
hal itu. Alasannya satu dan sangat mudah untuk kumengerti, itu karena… seketika
aku menebasnya, aku dengan jelas merasakan pedangku menyayat daging tubuhnya.
Untukku yang telah menebas dan menghabisi nyawa seseorang ratusan bahkan ribuan
kali hampir tidak mungkin aku salah mengira akan sensasi yang kurasakan ini.
Sebenarnya
apa yang terjadi? Untuk bocah ingusan sepertinya bisa menghindari… menahan
seranganku dengan tubuhnya adalah hal yang hampir mendekati mustahil. Lupakan
jika ia memiliki tubuh kekar dan berotot ataupun dapat menggunakan [Herculean Bless], hal itu masih dapat
aku terima namun, jelas sekali saat ini aku sama sekali tidak merasakan aliran
[Mana] darinya.
“Bocah!
Kukira kau sudah mati?!”
“Jangan
Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”
Seperti
biasanya, perkataan yang keluar dari mulutnya tidak berubah sedikitpun. Angkuh
dan juga memprovokasi namun tetap terlihat santai… atau mungkin mencoba untuk
terlihat santai? Apapun itu, sepertinya aku masih dapat berharap lebih darinya.
Grek!
Memikirkan
hal yang bahkan tak kupahami itu percuma saja, lebih baik aku mengujinya sekali
lagi untuk memastikan dugaanku.
Kretak! Zraaash!
Sekali
lagi aku meluncur kearah bocah sialan itu dua kali lebih cepat dari sebelumnya.
Kutebas tangan kirinya. Tanpa melihat keadaannya, aku segera menjadikan pohon
dibelakang bocah itu sebagai tumpuanku untuk meluncur lebih cepat lagi. Kali
ini, aku menebasnya dibagian kaki kanannya. Dengan begini, seharusnya ia
kehilangan keseimbangannya. Kuulangi seranganku berkali-kali. Menebas lalu
mencari tumpuan baru untuk meningkatkan kecepatanku. Kutebas tangan kanan,
perut, dada, lambung, ulu hati, kaki kiri, tangan kanan, ubun-ubun, punggung,
bahkan lehernya. Kali ini akan kupastikan bahwa aku benar-benar telah
mencincang habis bocah sialan ini. berulang kali kurasakan sensasi daging
manusia tertebas oleh pedang kesayanganku.
Pedang yang kudapatkan sesaat sebelum
aku menjadi salah satu raja bandit gunung setelah menghabisi salah seorang
petualang yang memiliki tingkat kemampuan [Ace]—Krivyara
Strazy sang [Phyro Clasher].
Kalau dipikir-pikir lagi, saat itu
posisi aku dan Strazy tidak jauh berbeda dengan posisiku saat ini. hanya saja
pada saat itu akulah yang berada diposisi bocah sialan ini dan Strazy yang berada diposisiku sekarang.
Mengingatnya saja membuat tubuhku merinding karena sensasi sengit waktu itu.
Asap dari pasir yang terbawa oleh
angin akibat gerakanku mulai menghilang terbawa angin sejuk yang sejak tadi
melewati wilayah ini.
Selain itu, aku sudah memastikan
bahwa sensasi daging yang kutebas adalah miliknya. Searang aku hanya perlu
menunggu pasir ini menghilang dan melihat apa yang terjadi dengan tubuh bocah
itu. Akankah ia mati dengan tubuh yang telah hancur atau mungkin dengan
santainya ia berdiri seperti beberapa saat yang lalu?
“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin
kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa,
Hah?!”
“Ap—?!”
Bo-bocah
ini! Ku…
“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik
sekali bocah!”
“Menarik, menarik saja dari tadi,
berisik sialan!”
Diluar dugaan, ada apa dengan bocah
sialan ini? Lupakan masalah mati terkoyak atau berdiri santai seperti tadi,
saat ini dia memasang muka yang seakan-akan ingin mengatakan “Apa-apaan dengan
serangan tadi? Bahkan hanya bisa membuatku menguap saja”. Tidak salah lagi,
bocah ini… pantas menjadi lawanku.
“Baiklah kalau itu maumu, Sialan!
Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”
“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’,
gitu?!”
“Bocah!”
Mendengar jawabannya membuat urat
disekitar keningku terasa naik kepermukaan. Darahku mendidih. Dan tubuhku
terasa dipenuhi oleh tenaga yang sudah lama tidak pernah kukeluarkan. Tidak
salah lagi… aku benar-benar ingin menghancurkan ekspresinya itu.
Grep!
Kali
ini aku menggenggam gagang pedangku dengan sangat erat. Lebih erat dari
sebelumya. Kupastikan agar pedang yang kupegang ini tidak terlepas saat aku mengayunkannya.
Otot-otot dilengankupun terasa lebih keras dari sebelumnya. Kugernyitkan gigiku
yang terus menyeringai karena sensasi ini. tidak perlu dipikirkan lagi, aku
paham kalau diriku ini adalah seorang maniak dalam bertarung. Mulutku yang
terus menyeringai karena rasa senang adalah salah satu buktinya.
“Ha!”
Untuk
yang kesekian kalinya aku meluncur secara langsung kearah bocah sialan itu.
Kali ini aku mengayunkan pedangku dengan sangat kencang bukan dengan maksud
untuk menebasnya, melainkan untuk membagi dua tubuhnya.
Duagh!
“Haaaa~!”
“…”
Psiu!
Namun
apa yang terjadi dihadapanku bukanlah tubuh bocah itu yang terbagi dua
melainkan, tubuhnyalah yang terpental jauh beberapa puluh meter dan masih terus
bertambah dengan kecepatan yang bahkan menyamai motor yang melaju dengan
kecepatan 150 km/jam. Hanya dengan melihat hal ini aku yakin jika beberapa
tulang rusuknya patah karena seranganku ini.
Tidak
berdiam diri ditempatku berada, aku segera merapalkan salah satu kemampuanku,
“[Firo Assets]”
Sebelum
aku menyadarinya, seluruh tubuhku mengeluarkan api berwarna merah panas yang
seakan-akan mencoba untuk melahap tubuhku namun, seiring dengan berjalannya
waktu, api tersebut berubah bentuk menjadi 4 buah gelang berwarna merah menyala
yang mengitari seluruh pergelangan tangan dan kakiku.
[Firo Assets] sendiri adalah salah satu
kemampuan bertipe [Support] yang
dapat digunakan oleh [Firo User].
Kemampuan ini sendiri dapat menggandakan kecepatan dan kekuatan dari
penggunanya. Selain itu, kemampuan ini juga dapat meningkatkan ketajaman dari
suatu senjata dan dapat meningkatkan ketahanan akan serangan bertipe api.
Kelebihan lainnya adalah kemampuan ini hanya menggunakan sedikit [Mana] dan dapat aktif selama 20 hingga
30 menit. Benar-benar kemampuan yang sangat berguna, bukan?
Tidak
menyia-nyiakan waktuku, aku segera melesat kearah belakang bocah yang sedang
terpental itu dan kali ini aku menebas punggungnya lalu kuarahkan keudara.
Tentu saja tanpa perlawanan, bocah itu terpental tinggi keangkasa akibat
seranganku. Kukuatkan pijakanku ketanah, dan tanpa berpikir lama aku melompat
dengan kecepatan tinggi untuk kembali menebas bocah itu. Kali ini sasaranku
adalah kepalanya. Dengan begini sudah dapat dipastikan tulang punggungnya akan
menderita luka yang fatal dan seranganku dikepala akan menyebabkannya
kehilangan kesadaran. Ditambah lagi jika kuarahkan dia kesalah satu pucuk pohon
besar dari ketinggian ini dapat kupastikan tubuhnya akan berlubang oleh pohon
tersebut.
Dhuag! Psiu! …Zreeep!
“Argh!”
“Haaa~!”
Tanpa
menunggu lama, aku segera mengarahkan pedangku ketubuhnya yang sedang terjun
bebas menuju pucuk pohon runcing itu berada. Selagi aku tersenyum lebar, kuhunuskan
pedangku tepat didadanya. Dengan serangan ini akan kupastikan ia tidak lagi
dapat mengeluarkan ekspresi menyebalkannya itu.
[Phyro Explosion]
Untuk
memastikan kemenanganku, kuteriakkan salah satu mantra penghancur yang
kumilikki. Kumasukkan mantera tersebut kedalam [Magic Sword – Phyro Elemental] dan seketika tubuh bocah sialan itu
tertembus oleh batang pohon runcing dibelakangnya, pedangkupun ikut menembus
dadanya secara bersamaan dan,
Zep—
Kebisingan yang terbuat dari udara
yang terkompresi terjadi beberapa detik dan tidak lama setelah itu,
—Dhuar!
Sebuah
ledakan besar terjadi disekelilingku dengan radius 1 km, lebih tepatnya terjadi
dihadapanku dan tentu saja akulah yang menyebabkannya. Berkat mantera [Firo Assets] akupun terhindar dari
dampak ledakan yang diciptakan oleh mantera [Phyro Explosion].
Kali ini, tamatlah riwayatmu, Bo—
“—Sudah
kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“
Dihadapanku,
sebuah senyuman sinis nan licik terpantul secara langsung dimataku. Senyuman
yang seakan-akan mengejek dan menolak keberadaanku. Senyuman yang cukup untuk
memprovokasi iblis sekalipun, ditunjukkannya untuk merendahkanku.
”—Bandit
Sialan!”
0 comments:
Post a Comment