Sunday, January 15, 2017

[Nusantara] Chapter 29 – Rio Vs Kruzgar II



Chapter 29 – Rio Vs Kruzgar II

[1st Person Point of View – Rey As Center Point]

            “Hou~”

            Bocah ini! Kuhahaha… kupikir dia sudah mati hanya karena serangan lemah seperti itu.

            Selagi aku memperhatikan bocah dihadapanku, suara angin berhembus melewati sela-sela pepohonan yang telah hancur terdengar halus.

            Tidak satupun dari kami berdua memalingkan pandangan kami. Mungkin terdengar aneh tapi aku merasakan aura disekitar bocah sialan itu telah berubah. tubuhnya yang gemetar beberapa saat yang lalu, kini telah berhenti… terlebih lagi, postur berdirinya saat ini terlihat sangat tegak.

            Tunggu! Tubuhnya… tidak terluka sama sekali?! Ba-bagaimana bisa?

            Diselang kesunyian yang telah berlangsung beberapa detik ini, aku menyadari bahwa seluruh tebasan ringanku tidak berdampak sedikitpun kepadanya. Lupakan masalah meninggalkan luka atau tidak, baju yang ia kenakan saat ini bahkan tidak robek sedikitpun.

            Mungkinkah ia menghindari seluruh seranganku? Sejujurnya akupun tidak memiliki kepastian akan hal itu. Alasannya satu dan sangat mudah untuk kumengerti, itu karena… seketika aku menebasnya, aku dengan jelas merasakan pedangku menyayat daging tubuhnya. Untukku yang telah menebas dan menghabisi nyawa seseorang ratusan bahkan ribuan kali hampir tidak mungkin aku salah mengira akan sensasi yang kurasakan ini.

            Sebenarnya apa yang terjadi? Untuk bocah ingusan sepertinya bisa menghindari… menahan seranganku dengan tubuhnya adalah hal yang hampir mendekati mustahil. Lupakan jika ia memiliki tubuh kekar dan berotot ataupun dapat menggunakan [Herculean Bless], hal itu masih dapat aku terima namun, jelas sekali saat ini aku sama sekali tidak merasakan aliran [Mana] darinya.

            “Bocah! Kukira kau sudah mati?!”

            “Jangan Bercanda, Sialan! Harusnya gua yang bilang begitu!”

            Seperti biasanya, perkataan yang keluar dari mulutnya tidak berubah sedikitpun. Angkuh dan juga memprovokasi namun tetap terlihat santai… atau mungkin mencoba untuk terlihat santai? Apapun itu, sepertinya aku masih dapat berharap lebih darinya.

            Grek!

            Memikirkan hal yang bahkan tak kupahami itu percuma saja, lebih baik aku mengujinya sekali lagi untuk memastikan dugaanku.

            Kretak! Zraaash!

            Sekali lagi aku meluncur kearah bocah sialan itu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Kutebas tangan kirinya. Tanpa melihat keadaannya, aku segera menjadikan pohon dibelakang bocah itu sebagai tumpuanku untuk meluncur lebih cepat lagi. Kali ini, aku menebasnya dibagian kaki kanannya. Dengan begini, seharusnya ia kehilangan keseimbangannya. Kuulangi seranganku berkali-kali. Menebas lalu mencari tumpuan baru untuk meningkatkan kecepatanku. Kutebas tangan kanan, perut, dada, lambung, ulu hati, kaki kiri, tangan kanan, ubun-ubun, punggung, bahkan lehernya. Kali ini akan kupastikan bahwa aku benar-benar telah mencincang habis bocah sialan ini. berulang kali kurasakan sensasi daging manusia tertebas oleh pedang kesayanganku.

Pedang yang kudapatkan sesaat sebelum aku menjadi salah satu raja bandit gunung setelah menghabisi salah seorang petualang yang memiliki tingkat kemampuan [Ace]—Krivyara Strazy sang [Phyro Clasher].

Kalau dipikir-pikir lagi, saat itu posisi aku dan Strazy tidak jauh berbeda dengan posisiku saat ini. hanya saja pada saat itu akulah yang berada diposisi bocah sialan ini  dan Strazy yang berada diposisiku sekarang. Mengingatnya saja membuat tubuhku merinding karena sensasi sengit waktu itu.

Asap dari pasir yang terbawa oleh angin akibat gerakanku mulai menghilang terbawa angin sejuk yang sejak tadi melewati wilayah ini.

Selain itu, aku sudah memastikan bahwa sensasi daging yang kutebas adalah miliknya. Searang aku hanya perlu menunggu pasir ini menghilang dan melihat apa yang terjadi dengan tubuh bocah itu. Akankah ia mati dengan tubuh yang telah hancur atau mungkin dengan santainya ia berdiri seperti beberapa saat yang lalu?

“Naa~ Bandit sialan! Apa lu yakin kemampuan lu cuma segitu? Tolong serang gua dengan lebih serius lagi kenapa, Hah?!”

“Ap—?!”

Bo-bocah ini! Ku…

“Kuhahahahaha… Menarik! Menarik sekali bocah!”

“Menarik, menarik saja dari tadi, berisik sialan!”

Diluar dugaan, ada apa dengan bocah sialan ini? Lupakan masalah mati terkoyak atau berdiri santai seperti tadi, saat ini dia memasang muka yang seakan-akan ingin mengatakan “Apa-apaan dengan serangan tadi? Bahkan hanya bisa membuatku menguap saja”. Tidak salah lagi, bocah ini… pantas menjadi lawanku.

“Baiklah kalau itu maumu, Sialan! Mungkin aku akan melayanimu dengan serius!”

“Heee~ terus gua harus bilang ‘Wow!’, gitu?!”

“Bocah!”

Mendengar jawabannya membuat urat disekitar keningku terasa naik kepermukaan. Darahku mendidih. Dan tubuhku terasa dipenuhi oleh tenaga yang sudah lama tidak pernah kukeluarkan. Tidak salah lagi… aku benar-benar ingin menghancurkan ekspresinya itu.

Grep!

            Kali ini aku menggenggam gagang pedangku dengan sangat erat. Lebih erat dari sebelumya. Kupastikan agar pedang yang kupegang ini tidak terlepas saat aku mengayunkannya. Otot-otot dilengankupun terasa lebih keras dari sebelumnya. Kugernyitkan gigiku yang terus menyeringai karena sensasi ini. tidak perlu dipikirkan lagi, aku paham kalau diriku ini adalah seorang maniak dalam bertarung. Mulutku yang terus menyeringai karena rasa senang adalah salah satu buktinya.

            “Ha!”

            Untuk yang kesekian kalinya aku meluncur secara langsung kearah bocah sialan itu. Kali ini aku mengayunkan pedangku dengan sangat kencang bukan dengan maksud untuk menebasnya, melainkan untuk membagi dua tubuhnya.

            Duagh!

“Haaaa~!”

“…”

Psiu!

            Namun apa yang terjadi dihadapanku bukanlah tubuh bocah itu yang terbagi dua melainkan, tubuhnyalah yang terpental jauh beberapa puluh meter dan masih terus bertambah dengan kecepatan yang bahkan menyamai motor yang melaju dengan kecepatan 150 km/jam. Hanya dengan melihat hal ini aku yakin jika beberapa tulang rusuknya patah karena seranganku ini.

            Tidak berdiam diri ditempatku berada, aku segera merapalkan salah satu kemampuanku,

            “[Firo Assets]”

            Sebelum aku menyadarinya, seluruh tubuhku mengeluarkan api berwarna merah panas yang seakan-akan mencoba untuk melahap tubuhku namun, seiring dengan berjalannya waktu, api tersebut berubah bentuk menjadi 4 buah gelang berwarna merah menyala yang mengitari seluruh pergelangan tangan dan kakiku.

            [Firo Assets] sendiri adalah salah satu kemampuan bertipe [Support] yang dapat digunakan oleh [Firo User]. Kemampuan ini sendiri dapat menggandakan kecepatan dan kekuatan dari penggunanya. Selain itu, kemampuan ini juga dapat meningkatkan ketajaman dari suatu senjata dan dapat meningkatkan ketahanan akan serangan bertipe api. Kelebihan lainnya adalah kemampuan ini hanya menggunakan sedikit [Mana] dan dapat aktif selama 20 hingga 30 menit. Benar-benar kemampuan yang sangat berguna, bukan?

            Tidak menyia-nyiakan waktuku, aku segera melesat kearah belakang bocah yang sedang terpental itu dan kali ini aku menebas punggungnya lalu kuarahkan keudara. Tentu saja tanpa perlawanan, bocah itu terpental tinggi keangkasa akibat seranganku. Kukuatkan pijakanku ketanah, dan tanpa berpikir lama aku melompat dengan kecepatan tinggi untuk kembali menebas bocah itu. Kali ini sasaranku adalah kepalanya. Dengan begini sudah dapat dipastikan tulang punggungnya akan menderita luka yang fatal dan seranganku dikepala akan menyebabkannya kehilangan kesadaran. Ditambah lagi jika kuarahkan dia kesalah satu pucuk pohon besar dari ketinggian ini dapat kupastikan tubuhnya akan berlubang oleh pohon tersebut.

            Dhuag! Psiu! …Zreeep!

            “Argh!”

            “Haaa~!”

            Tanpa menunggu lama, aku segera mengarahkan pedangku ketubuhnya yang sedang terjun bebas menuju pucuk pohon runcing itu berada. Selagi aku tersenyum lebar, kuhunuskan pedangku tepat didadanya. Dengan serangan ini akan kupastikan ia tidak lagi dapat mengeluarkan ekspresi menyebalkannya itu.

            [Phyro Explosion]

            Untuk memastikan kemenanganku, kuteriakkan salah satu mantra penghancur yang kumilikki. Kumasukkan mantera tersebut kedalam [Magic Sword – Phyro Elemental] dan seketika tubuh bocah sialan itu tertembus oleh batang pohon runcing dibelakangnya, pedangkupun ikut menembus dadanya secara bersamaan dan,

            Zep—

Kebisingan yang terbuat dari udara yang terkompresi terjadi beberapa detik dan tidak lama setelah itu,

—Dhuar!

            Sebuah ledakan besar terjadi disekelilingku dengan radius 1 km, lebih tepatnya terjadi dihadapanku dan tentu saja akulah yang menyebabkannya. Berkat mantera [Firo Assets] akupun terhindar dari dampak ledakan yang diciptakan oleh mantera [Phyro Explosion].

            Kali ini, tamatlah riwayatmu, Bo—

            “—Sudah kubilang… Apa hanya segini kemampuanmu—“

            Dihadapanku, sebuah senyuman sinis nan licik terpantul secara langsung dimataku. Senyuman yang seakan-akan mengejek dan menolak keberadaanku. Senyuman yang cukup untuk memprovokasi iblis sekalipun, ditunjukkannya untuk merendahkanku.

            ”—Bandit Sialan!”

            

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close