Chapter 4 – Kemampuan
“Eh !?”
[3…]
Disaat suaraku menggema keseluruh penjuru medan pertempuran ditanah antah
berantah ini, aku hanya bisa terpaku oleh suara gema tersebut. Suara yang
bahkan aku sendiri tidak yakin keluar dari mulutku begitu saja. “hehe~… Tamat
Gua ! T.T”
Disaat aku mulai pasrah melihat pemandangan didepan mataku selagi
menunjukkan senyuman masam dimana berbagai macam serangan berskala besar yang
bahkan setidaknya aku yakini dapat menghancurkan sebuah benua mengarah langsung
kepadaku—
<Tuan Bodoh ya ?>
[2…]
Sebuah suara yang menyerupai suara om-om yang tidak lain berasal dari
buku ditangan kiri yang sejak tadi kupegang sambil terduduk diatas toilet duduk
ini, Nusa yang tidak salah lagi merupakan penyebab kenapa aku bisa sampai
ditempat ini menanyaiku sebuah pertanyaan yang membuatku sangat kesal. Terlebih
lagi nada santai dengan unsur mengejeknya itu membuat seluruh darah yang sejak
beberapa saat lalu berkumpul di dalam kepalaku mendidih seketika.
“Hoi ! Buku Sialan ! Gua Pastiin kalo gua mati gua bawa lu juga mati
bareng gua!”
Selagi aku tertawa sinis melupakan pemandangan didepanku, kufokuskan
pandanganku kepada Nusa.
<Tenang Saja Tuan, Saya hanya
bercanda… Sekarang Serius Kok… Tolong Ikuti Apa yang saya Ucapkan dan tolong
dipraktikkan…>
[1…]
“Awas aja Kalo gagal Sialan ! gua
pastiin tangan kiri gua ga akan ngelepasin lu !”
Selagi kupegang buku ditangan kiriku dengan erat, kuangkat tangan kananku
tepat kearah atas kepalaku dimana seluruh serangan berkumpul dan dalam hitungan
kurang dari satu detik akan mengenai diriku dan permukaan.
<Tolong Fokus Tuan Kesempatan
kita hanya satu kali…>
Muka
lu satu !! kesempatan dari tadi banyak lu-nya aja yang ngeselin !
Selagi aku memprotes Buku sialan ditangan kiriku dalam benakku, aku
memfokuskan tangan kananku kearah datangnya serangan berskala besar tersebut.
[…0]
Dan disaat hawa panas mulai mengenai tanganku dan mengikis permukaan
disekelilingku—
<Sekarang Tuan…! Absorb !>
“[Absorb] !”
Kuteriakkan salah satu kemampuan yang sebelumnya diucapkan terlebih
dahulu oleh Nusa. Kemampuan yang sudah tidak asing lagi dan selalu terdapat
didalam game RPG yang sering kumainkan, kemampuan yang biasanya digunakan untuk
menghisap nyawa atau lebih tepatnya “Hit
Points” atau biasa disebut “HP”
hanya saja kali ini yang diserap adalah serangan yang dikeluarkan oleh ke-11 makhluk
suci diatas kepalaku.
Tangan kananku merasakan panas yang tidak biasa namun disaat yang
bersamaan rasa panas tersebut dialirkan ke tangan kiriku dan terakhir
menghilang sesaat bersentuhan dengan Nusa. Singkatnya kekuatan yang diserap
oleh kemampuan [Absorb] yang saat ini kugunakan disalurkan langsung ke Nusa dan
diserap olehnya.
“AAAAAAAAA~”
Disaat kualihkan pandanganku kearah Nusa, yang kulihat adalah buku
berwarna biru dongker yang sebelumnya kupegang melayang dan berubah warna
secara bertahap dari warna—
[Biru à Merah à Coklat à Hitam à Perunggu à Silver à Emas à 7 warna Pelangi à Biru Metalik Keemasan]
Seketika buku berubah warna
menjadi biru metalik—
“Kyaaa!”
Terdengar sebuah jeritan dari arah depan bilik toilet tempatku berada
saat ini…
<Tuan Tolong Fokus>
“berisik lu ! Ini juga udah Fokus… Cuma Tadi lu denger ada suara ga !?
Argh !”
Disaat konsentrasiku mulai memudar aku merasakan sakit bukan main pada
telapak tangan kananku yang sejak 5 menit lalu menghisap seluruh kekuatan
penghancur yang datang tepat kearahku. Sayangnnya setiap kucoba untuk kembali
fokus pada akhirnya aku tetap penasaran dengan suara yang kudengar beberapa saat
yang lalu.
<Seandainya Tuan Sangat
Penasaran Tolong Ucapkan…>
“[Nature’s Eyes] !”
Seketika kuucapkan [Nature’s Eyes], didepanku aku
melihat banyak monitor terproyeksikan begitu saja layaknya sebuah Projector yang biasa dipakai oleh Dosen
saat mengajar kuliah.
<[Nature’s Eyes] adalah salah satu kemampuan yang dapat Tuan gunakan
tanpa menggunakan [Mana] atau energi
Supranatural sama seperti [Absorb]
dan berguna untuk menampilkan apa yang alam lihat dengan radius 2 kilometer
dari tempat tuan berada saat ini>
Hmm~
si sialan ini punya kemampuan yang ada gunanya juga…
Selagi aku memikirkan hal tersebut, aku mencoba memikirkan dan mengingat
suara yang tadi kudengar dan beberapa saat kemudian proyeksi yang muncul
dihadapanku layaknya sebuah monitor futuristik menampilkan sebuah gambar dari
berbagai macam sudut dimana seorang wanita berpakaian layaknya seorang Valkryie dengan pelindung kepala dimana
terdapat 2 buah sayap burung namun wanita tersebut terlihat mengenakan
selendang dengan corak Batik khas Indonesia terjatuh dan akan ditebas oleh
seorang lelaki… tunggu dibandingkan lelaki bagiku orang tersebut memang lelaki
namun bukan manusia melainkan… Minotaur,
sejenis makhluk mitologi Yunani dengan tubuh layaknya seorang lelaki dewasa
dengan kepala seperti Banteng atau Sapi… jujur saja saat ini hal itu tidak
penting bagiku.
“Tch… sial ! ga akan sempet ! Oi ! Buku Sialan !”
Disaat aku menjentikkan lidah dan hampir kehabisan akal, aku memanggil
Buku Sialan, Nusa—
<Saya Tahu Apa yang Tuan
Ingingkan, Kalau Begitu Ucapkan…>
“[Create] !”
<Lalu Bayangkan atau
deskripsikan secara singkat rincian Jenis Kemampuan apa yang Tuan Ingin
Ciptakan dalam 5 kata>
Bersamaan dengan ucapan Nusa, akupun menggunakan kemampuan [Create]
seperti yang ia sarankan padaku. Dilihat dari namanya saja aku sudah tahu jenis
kemampuan ini adalah untuk menciptakan sesuatu tapi hanya satu yang aku tidak
habis pikir adalah “kenapa semua nama [Skill] atau Kemampuan yang si Sialan
sebutin dari tadi Pake Bahasa Inggris terus ?”
Cepat,
Cahaya, Otomatis, Vital, Tepat
Sesaat aku membayangkan jenis serangan yang ingin aku Ciptakan dalam 5
kata, sebuah layar kembali muncul dihadapanku dan menyuruhku untuk menyebutkan
5 kata tersebut dengan lantang. Walaupun tulisan pada layar tersebut
menggunakan bahasa asing entah kenapa aku merasa paham akan apa yang
disampaikan pesan tersebut.
“Sroff (Cepat) à Amf (Cahaya) à Kroul (Otomatis) à Freim (Vital) à Srack (Tepat) = Amf Sroul”
Seketika aku selesai menyebutkan bahasa yang bahkan aneh menurutku namun
hal yang lebih aneh lagi adalah aku mengerti apa yang aku ucapkan beberapa saat
yang lalu, sebuah sinar kecil seukuran ibu jari balita berumur satu tahun
muncul didepanku dan sesaat aku memikirkan untuk menyerang Minotaur yang diproyeksikan oleh kemampuan [Nature’s Eyes], tanpa
kusadari sinar kecil yang beberapa saat lalu muncul didepanku, kurang dari satu
detik telah menembus organ vital Minotaur
berkali-kali. Walaupun aku tidak yakin apakah struktur organ yang dimiliki oleh
Minotaur mirip dengan manusia atau
tidak namun setidaknya yang kulihat saat ini adalah [Amf Sroul] atau sinar
kecil layaknya sebuah Railgun yang bisa dikendalikan
menembus organ Minotaur mulai dari
Jantung, lambung, hati, usus, pankreas, Ginjal, hingga mata. Setidaknya satu
hal yang kuketahui saat ini adalah menambahkan [Freim] atau Vital pada bagian definisi untuk
kemampuan [Create] sama saja dengan semua organ vital yang dimiliki oleh
target.
Ketika aku memastikan bahwa wanita itu aman, aku kembali memfokuskan
konsentrasiku kepada telapak tangan kananku yang sejak tadi menggunakan
kemampuan [Absorb] untuk menyerap semua serangan berskala besar dari ke-11
makhluk suci dan tanpa kusadari darah segar sudah mengalir ketanganku dan
akhirnya menetes kelantai seketika mencapai sikut. Melihat hal ini untuk
beberapa alasan aku mulai merasa mual dan lemas.
“Oi ! Sialan ! Sampe Kapan Gua harus Kaya Gini Terus ! AAARRRGGGHHH!”
<Bersabarlah Tuan, Tahan dan
tetap fokus sekitar 10 menit lagi>
Tch!
10 menit lagi ? jangan bercanda !
Selagi aku tetap memfokuskan pandanganku namun entah kenapa bokongku yang
sejak tadi terekspos terasa kering. Biarpun seharusnya adegan dimana aku
menyerap seluruh kemampuan yang dahsyat ini terlihat keren dan hebat dimata
orang lain namun sayangnya sejak awal aku tiba di tempat aneh ini tidak
sedikitpun aura kekaguman tertuju kearahku. Satu-satunya perasaan yang
kurasakan dari orang-orang yang melihatku hanyalah “Menjijikan !”
Tanpa harus diungkapkan dengan kata-katapun aku paham… aku paham bahwa
keadaan dimana seorang anak laki-laki berumur 19 tahun dengan baju lengkap
tanpa mengenakan celana sehelaipun terduduk di sebuah toilet selagi
mengeluarkan atau bahasa halusnya adalah “Setor hasil” ditengah medan perang
ke-12 kerajaan dan menghalau serangan berskala besar dari ke-11 makhluk suci
itu jelas-jelas “Menjijikan”, bahkan Grim Reaper aja sampe senyum kaya
gitu. Ayam Kate yang pake julukan [The Emperor] aja sampe
guling-guling begitu di awan.
“Oi ! Sialan ! sumpah ini mah, Gua udah ga kuat kepala gua pusing
kehabisan Darah ini Oi !”
<Tuan Tenang tinggal 1 menit
kurang>
“Tch ! AAAAARRRRRGGGGG !!!”
Menjentikkan lidah selagi meraung kesakitan, kutahan seluruh rasa sakit
yang menyengat tangan kananku. Jujur saja aku bahkan tidak habis pikir bahwa
tangan kanan yang sudah tidak bisa kurasakan lagi karena kehilangan banyak
darah sejak tadi masih bisa menopang lurus menyerap seluruh serangan dahsyat
ini.
Sesaat aku melihat kearah buku sialan, buku yang sebelumnya sudah berubah
warna menjadi biru metalik mulai bersinar kembali. Namun sayangnya sinar
tersebut entah kenapa terasa seperti ditahan dan tidak lekas berubah warna.
Kualihkan pandangan sekali lagi menuju langit, dimana ke-11 makhluk suci
berada. Entah pandangan mataku yang mulai kabur karena kehilangan cukup banyak
darah ataupun jauhnya jarak pandang terlebih lagi awan gelap yang menghalangi
datangnya sinar mentari membuat pandangan semakin berkurang namun yang kulihat
ke-11 makhluk suci tersebut mulai memudar seakan-akan menguap dibalut oleh
cahaya.
<Sepertinya sekarang sudah
saatnya, Tuan !>
“Saatnya !? Muka lu Saatnya ! Apanya yang Saatnya !? Mata gua Udah Gelap
nih !”
<Kalau Begitu Tuan tidak perlu
banyak pertanyaan cukup ulangi apa yang saya ucapkan>
“Yaudah Cepetan”
Selagi aku memperhatikan keadaan sekitarku dan mencoba untuk fokus,
sesaat kemudian mungkin lebih tepatnya sekitar 5 detik sebelum serangan ke-11
makhluk suci yang kuserap sejak tadi selesai kuserap menggunakan [Absorb]—
<Tuan Sekarang ! Ucapkan…>
“[Teleport] !”
0 comments:
Post a Comment