Sunday, March 12, 2017

[Nusantara] Chapter 37 - Arrival


Chapter 37 – Arrival

            [3rd Person Point of View]

            “Lagi-lagi kamu… sudah yang ke berapa kalinya di minggu ini? haaa~”

            Didepan sebuah gerbang penjagaan terlihat seorang penjaga yang sedang duduk dibelakang sebuah dimeja dengan tulisan “Pengunjung Harap Lapor dan Membayar Pajak Masuk sebesar 10000 Sentinel” selagi membuat tatapan bosan yang ditujukan kepada seorang pemuda berambut ungu dengan pakaian terbilang cukup aneh.

            Pemuda itu pertama kali muncul di depan gerbang [Kekaisaran Mangaka Sinanoide] atau [KMI] sekitar 13 hari yang lalu, dengan kata lain sudah 2 minggu pemuda itu tiba disini. Saat pertama kali ia tiba, pemuda tersebut melewati gerbang penjagaan tanpa melapor dan juga tanpa membayar pajak sehingga membuatnya dengan segera dikeluarkan kembali sebelum sempat melihat bagian dalam dari wilayah kekaisaran. Pada awalnya ia diberi teguran oleh seorang penjaga lelaki dihadapannya saat ini namun saat ia disuruh membayar pajak ia tidak mempunyai uang sedikitpun. Sebaliknya, pemuda itu mengeluarkan sebuah surat yang sepertinya berasal dari seorang petualang, Jatmiko.

            Jika mendengar kata Jatmiko, hanya muka seseorang yang muncul dibenak sang penjaga, dia adalah seorang petualang hebat yang tentu saja dengan reputasi yang terbilang “Mepet-mepet” baik. Mengapa demikian? Jawabannya mudah, itu karena biarpun ia memiliki kemampuan yang hebat tapi sifatnya yang senang berhutang membuatnya sulit untuk disukai dan juga karena sifatnya yang mudah akrab membuat ia sulit untuk dibenci disaat yang bersamaan.

            Tentu saja bukan itu alasan mereka melarang pemuda itu untuk masuk ke [KMI]. Alasan utamanya adalah karena peraturan tetap saja peraturan. Baik itu teman maupun orang tua, jika mereka belum memiliki kontribusi apapun untuk suatu wilayah tertentu mereka tidak diperbolehkan menggunakan hak yang berasal dari orang lain. Setidaknya itulah peraturan diseluruh wilayah [KMI].

            “Makanya, buat gua bisa masuk sekarang juga!”

            “Kan sudah kubilang, peraturan tetap saja peraturan. Selain itu, jika yang menyarankanmu itu adalah Jatmiko, tidak ada perasaan persuasif didalamnya”

            “Kalau begitu bagaimana cara gua bisa mendapatkan uang, Hah?!”

            Jualah sesuatu… setidaknya itulah yang sudah ia pikirkan sejak beberapa hari yang lalu tapi jangankan untuk menjual sesuatu, masuk kedesa terdekatpun ia harus membayar pajak. Hanya dengan melihat fakta ini, iapun paham jika menjual sesuatu adalah hal yang paling mustahil.

            Terlebih lagi, kenapa gua percaya begitu aja sih?! Bahkan sekarang gua udah lupa sama muka orang yang bernama Jatmiko itu… ah Sial!

            Menggerutu didalam benaknya, pemuda itu—Rio hanya bisa terdiam. Selama 2 minggu ini ia hanya memakan buah [Apegur] yang ia ambil dan bawa. Sejujurnya ia bahkan sudah mencapai tahap dimana ia harus menggunakan [Paste] untuk memperbanyak pasokan makanannya. Namun sayang, saat melewati 4 kali [Paste], rasa dari buah itu menghilang dan menjadi hambar. Singkatnya setiap kali ia menggunakan [Paste] rasa dari buah tersebut menghilang sebanyak ¼ dari rasa aslinya.

            Tidak berhenti disitu, Rio selama 14 hari ini berkemah didepan gerbang kekaisaran dengan menggunakan toilet yang terhubung dengannya dan menggunakan [Resize] sehingga ia dapat tidur diatas permukaan tutup toilet yang berubah menjadi sepanjang 2x2 meter.

            “Haaa~ malang sekali nasibmu”

            Kalo gitu bantu kenapa?!

            Setidaknya itulah yang Rio pikirkan saat mendengar gumaman penjaga dihadapannya. Penjaga yang memiliki umur tidak jauh dengannya itu bernama Axel. Dalam 14 hari ini ia selalu menemuinya 3 kali dalam sehari dan juga ia melakukannya setiap hari hingga mereka sampai pada tahap dimana mereka dapat berbicara layaknya teman akrab. Setidaknya dimata Rio, Axel bukanlah orang yang jahat. Hal ini disimpulkan Rio karena terkadang saat ia membeli roti selesai istirahat siang Axel terkadang membawakan Rio sepotong roti dan juga beberapa makanan yang memiliki rasa seperti singkong goreng. Walaupun roti tersebut sedikit lebih keras dari roti yang pernah ia makan, Rio tetap berterimakasih kepada Axel.

            Hmm? Tunggu! Kenapa gua gak kepikiran cara ini!

            Terkejut dengan Rio yang tiba-tiba saja tersenyum, Axel merasa ia akan mendapatkan sesuatu yang merepotkan.

            “Nah, Axel. Sejujurnya gua lupa tapi… bukannya gua bisa minta tolong ke lu yah?”

            “Minta tolong? Buat apa?”

            Mencari sesuatu didalam shoulder bag miliknya, Rio mengeluarkan 22 buah [Apegeur] mini yang tersisia dan kembali menggunakan [Resize] untuk mengembalikan ukurannya kembali seperti semula. Tidak hanya sampai disitu, Rio menggunakan sedikit kemampuan [Create] untuk melambatkan waktu didalam tasnya sehingga semua buah tersebut tidak membusuk.

            Melihat Rio menggunakan [Magic] membuat Axel membuka matanya lebar. Bukan berarti ia belum pernah melihat [Magic] namun ia terkejut karena Rio tidak memikirkan hal ini sejak dulu.

            “Tolong jualkan ini di jam istirahat lu, gimana?”

             Selagi melemparkan sebuah [Apegur] kepada Axel, Rio pun memberitahunya agar memberikan 1 buah [Apegur] kepada pedagang dan menjual 20 buah sisanya. Mendapatkan [Apegur] dari Rio, Axel segera mencobanya dan terkejut karena rasanya sangat manis. berbeda dengan yang berada ditoko, [Apegur] yang ia makan saat ini terasa sangat segar dan banyak memiliki sari buah.

            “Kalau begitu, nanti sore atau paling lambat besok akan aku berikan uang hasil penjualannya padamu”

            “Sip, tenang aja”

            Memberikan kata-kata seperti itu, Rio pun kembali mengobrol didaerah penjagaan dengan Axel dan beberapa penjaga lainnya yang selesai berpatroli. Seakan-akan Rio berada disitu adalah hal yang natural, mereka berbicara banyak hal. Tak lama setelah itu, jam istirahat pun tiba dan Axel segera membawa ke 21 buah tersebut untuk dijual.

            Setelah Axel pergi, Rio tetap berada di pos penjagaan dan mengobrol dengan penjaga lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan minuman dengan rasa yang mirip sekali dengan kopi dan juga beberapa makanan ringan yang memiliki rasa yang sama dengan singkong goreng.

            Tanpa disadari mataharipun mulai terbenam dan disaat Rio akan kembali ke tempat biasa ia berkemah, Axelpun tiba dan memberikan uang hasil penjualan [Apegur] tersebut. total uang yang didapat dari hasil penjualan itu adalah 9500 sentinel. Terdiri dari sebuah uang kertas dengan tulisan 5000 sentinel, 2 buah uang kertas dengan tulisan 2000 sentinel, dan sebuah uang logam 500 sentinel. Menurut dugaan Rio kurs uang disini memiliki perhitungan yang sama dengan rupiah hanya saja 10000 sentinel itu setara dengan sebuah uang perunggu.

            Melihat hal ini, Rio sedikit kebingungan karena uang yang ia miliki masih kurang 500 sentinel.

            “Mulai besok kau sudah dapat masuk ke kota”

            “Eh?! Bukannya masih kurang?”

            “Hmm? Ah! Uang yang kau terima itu adalah kembaliannya”

            Sepertinya harga totalnya adalah 19500 sentinel untuk 20 buah

            Mendengar hal itu, Rio seketika menjadi lebih tenang dan lebih rileks. Akhirnya setelah 2 minggu berkemah ia bisa masuk ke [Kekaisaran Mangaka Sinanoide]—

            “—Atau mungkin lebih tepatnya [Kekaisaran Mangaka Indonesia]”

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
 
close
   
close